08. malaikat tanpa sayap

ابدأ من البداية
                                    

Suster Bella yang menjagaku ada di belakang, takut-takut aku jatuh. Tapi yey! Lewat setengah perjalanan aku berhasil tanpa oleng sedikit pun!!

Uyee!

Bangga deh jadinya. Sombong dikit boleh kali ya.

"Sus, anda berdiri di ujung finish aja deh. Tunggu saya di sana," kataku meliriknya yang ada di belakang.

"Nona yakin bisa sendiri?"

"Yakin Sus. Ga liat jalan saya udah bagus gini?" Kekehku percaya diri. "Tenang Sus, saya yakin saya bisa. Suster harus dukung saya dong!"

"Em baik saya tunggu di ujung ya. Nona pelahan-lahan saja jalannya, yang penting sampai."

"Siap Suss!"

Suster itu kini menungguku di ujung sana. Aku tersenyum penuh percaya diri dan mulai ambil langkah lagi.

Baru empat langkah tapi kok udah capek yah...

Aku tidak mau berhenti. Takutnya nanti Suster Bella khawatir. Mana tadikan aku juga udah pede maksimal bakal bisa. Gengsi dongg kalo engga sesuai ekspetasi. Jadi aku terusin.

Hap.

Hap.

Ha-hap.

Kakimu mulai oleng. Baru aku mau ambil langkah lagi, mendadak kakiku gemeteran. Aku gagal menjaga keseimbangan diriku sendiri!

Pasrah udah pasrah. Dibawah ini lagian ada matrasnya.

"Nona!?"

Grep!

Reflek aku menunduk, melihat lengan kekar yang melilit di perutku.

Omg! Tangan siapa ini?!

Baru mau menoleh ke bekalang, badanku keburu diangkat!

"Pak Linggar?!"

Gilakk!! Ternyata si dia!!!

"Turunin Pak!"

Dia tidak menggubris. Aku menatap wajahnya yang kini tampak mengeras.

Wait? Wait?? Kenapa dia?!

Ah sabodo teuing.

"Turunin Pakkk! Banyak orang yang liatin inii!"

"Suster ikut Saya."

Glup. Aku kok jadi nelen ludah sendiri waktu denger suara dinginnya. Matanya itu lho, tajem banget. Kaya pisau yang siap nusuk Suster Bella.

"Bapak kenapa sih?!" tanyaku pada akhirnya.

"Ini Saya mau dibawa kemana?!"

Dia tetap ga jawab. Sampai di kamar inapku, dia baru menaruhku di kasur.

Baru ingin protes lagi, tapi dia melengos gitu aja.

"Ih dasar rese!"

Aku mengerutu saraya menatap punggungnya yang menjauh dengan tajam.

Tak selang berapa lama pintu kembali dibuka. Ada Suster Bella datang. Dia langsung membungkukan badan di depanku.

"Maafkan kelalaian saya Nona."

"Lho kenapa??" tanyaku bingung.

"Gara-gara saya Nona hampir celaka. Kalau saja saya--"

Ah gue tau.

Aku segera menyetuh punggungnya dan meminta dia untuk bediri tegap. Dia engga salah apa-apa sumpah.

"Suster, saya yang harusnya minta maaf. Saya yang terlalu pede. Maafin saya ya."

Pak Linggarحيث تعيش القصص. اكتشف الآن