Seven : Girls In The City

314 57 1
                                    

Yuri baru saja keluar dari ruang musik, setelah tadi berlatih selama jam istirahat berlangsung. Ini saatnya untuk mengisi perut, karena dia yakin pasti keadaan kantin telah sepi.

Berikutnya adalah pelajaran sejarah, karena gurunya sedang dalam masa rehat waktu melahirkan, murid kelas menjadi lebih bebas, sebab tidak ada guru pengganti.

Omong-omong soal pelajaran,

Terhitung sudah empat hari semenjak kejadian di lapangan sabtu pagi itu, Yuri tidak bertegur sapa dengan Minju. Kali ini Yuri yang sengaja menghindar, bukan apa-apa, hanya saja Yuri pikir akan canggung menyapa gadis itu setelah dua kali membuatnya marah dengan topik yang sama.

Biasanya, Yuri akan selalu menunggu Minju lewat didepan rumahnya untuk berangkat sekolah bersama, dan selalu mengikuti kemana gadis itu akan menghabiskan waktunya disekolah. Bisa dibilang, kalau Yuri itu penjaga Minju secara tidak langsung.

Dan tentang Minju sendiri, Yuri mendengar kalau dia sedang dekat dengan anak lain, dari yang diceritakan siswa-siswi, mereka terlihat benar-benar sangat dekat. Bahkan ada yang bilang lebih dekat dari Yuri sendiri.

Pantas saja ketika istirahat Minju langsung meninggalkan kelas, dan kalau sudah waktunya pulang pun, ia yang paling cepat menghilang.

"Kak Yuri!"

"Wonyoung! Omo, kamu kemana saja?"

"Baru pulang dari tokyo." ujarnya diikuti kekehan.

Yuri mencibir, dan mencubit pipi Wonyoung gemas, "Mentang-mentang sudah jadi model ya kamu ini, sombong sekali."

Wonyoung tertawa sembari mengelus pipinya yang memerah, "Maaf, tapi memang kenyataanya seperti itu." ujarnya tidak lupa mengerucutkan bibir, kesal pada Yuri.

Salah satu anak emas kebanggan sekolah ini adalah Wonyoung, yang memang anak dari ketua yayasan. Dan karena koneksi ayahnya pula, dia menjadi model diusia muda.

Ya, walaupun memang namanya masih tidak terlalu besar, setidaknya Wonyoung sudah pernah keliling asia.

"Kabarnya kamu sudah pulang dari seminggu yang lalu, kenapa baru bisa hadir hari ini?" tanya Yuri.

"Kakak tau sendiri kalau jadwalku selalu tidak konsisten, ada panggilan di kota makanya waktu hadir ku undur."

Yuri mengangguk-angguk paham, meski masih tidak paham kenapa Wonyoung betah bersekolah dipinggiran kota seperti ini. Ya, mungkin karena ini milik ayahnya, tapi dia bisa saja mencari yang lebih berkualitas, 'kan?

"Kenapa tidak pindah saja, sih? Lumayan kan kamu jadi tidak perlu jauh menuju tempat kerja."

Wonyoung menggeleng, lalu menyeruput susu vanila nya sedikit, "Tidak tau kalau akan jadi sibuk seperti ini, lagipula aku sudah betah disini. Dikampung halaman sendiri."

Mata Yuri memicing curiga, merasa janggal dengan jawaban yang diberikan adik kelasnya ini, "Apa itu memang alasan mu yang sebenarnya? Atau.."

"Kak, berhenti berpikiran yang aneh-aneh."

Yuri tertawa, melihat ekspresi kesal Wonyoung, ia kemudian menunjuk kearah lapangan yang memang terletak dekat dengan kantin.

"Dia, sepertinya sudah gila karena rindu padamu." diakhiri dengan tawa keras oleh Yuri.

***

Berbeda dengan Yuri yang terlihat santai menghadapi hari-harinya, sedangkan Chaewon harus terus dikejar protes dari anak-anak ekstrakulikuler.

Tuntutan kepastian keberlangsungan kegiatan memang akan diumumkan oleh Chaewon, tetapi bukan dia yang memutuskan untuk memilih kegiatan mana yang akan terus lanjut dan mana yang terpaksa harus berhenti.

Nemesis : For Her Ft. Kim MinjuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant