16. Perempuan aneh

Start from the beginning
                                    

Bima mengernyit lalu menatap tak percaya ke arah Bagas, "jangan bilang."

"Telat lo!" Sahut Fahri.

Pasti circle pertemanan Bagas juga bakalan tidak menyangka mendengar hal itu, bagaimana tidak menyangka kalau Valen itu terlihat begitu bucin dengan Bagas, bahkan sangking bucinnya melarang Bahas ini itu yang lebih parahnya dia melarang Bagas berteman dengan Ananta, perempuan itu bahkan rela membuang-buang waktunya selalu disamping Bagas agar pria itu tidak macam-macam diluaran sana, kesannya Valen takut Bagas selingkuh.

"Tapi dia tolol juga kalau lo disini dia juga kesini," ujar Bima.

"Gue bohongin dia kalau ada di rumah, pantas Valen nanya mulu gue kesini apa enggak," ucap Bagas.

"Jadi lo mau gimana Gas?" Tanya Bima.

"Biarin aja."

"Gila lo!"

Fahri menoleh ke sekitar mencari keberadaan Valen yang katanya ada disini juga, perempuan itu ada di sofa yang tak jauh dari tempat mereka.

"Dia ada didekat kita," ucap Fahri memberi kode ke sahabatnya itu agar cepat menoleh, ketiganya menoleh secara bersamaan, disana Valen sedang bercumbu dengan seorang pria, keduanya seolah lupa dengan orang-orang yang berlalu lalang disampingnya.

"Gue udah nggak tahan lagi!" Bagas menghela nafas panjang sebelum beranjak dari tempatnya lalu menghampiri Valen di ujung sana. Ketiganya mengikuti langkah lebar Bagas.

"Jangan pakai kekerasan Gas," saran Fahri, terakhir kali Bagas marah pria itu benar-benar mengerikan bahkan tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Mau gue pesanin kamar nggak? Gue kasihan sama lo berdua," sahut Ananta.

Kedua pasangan yang sedang bercumbu itu menoleh ke arah suara, raut muka Valen berubah menjadi panik bahkan perempuan itu langsung duduk berjauhan dari pria yang ditemaninya itu.

"Lo pikir gue nggak punya uang njing!" Ucap pria itu tersinggung.

Bagas hanya diam saja tetapi mata tajamnya tak lepas dari Valen yang hanya bisa menunduk menahan malu, perempuan itu bahkan terlihat berbeda dari biasanya, Valen yang biasanya selalu menggunakan baju sopan sekarang terlihat mengenakan baju ketat dan terbuka.

"Kalau mau main kesini mikir-mikir dulu ya Valen, lo tahu kan kalau disini tempat nongkrong gue sama yang lain apalagi Ananta sering stay disini," ujar Bagas penuh penekanan.

"Mainnya yang cantik-cantik aja dong," cetus Bima.

"Maksud lo semua apa?!" Bentak pria itu.

"Nggak ada maksud apa-apa." Mereka kembali ke tempatnya tadi.

Bagas menyesap rokok Ananta dengan emosi, pria itu melampiaskan amarahnya dengan rokok dan alkohol.

"Lo bisa mabuk bodoh," sahut Bima.

"Sekali-kali gue mabuk Bim lagian sekarang nggak ada yang larang juga," balas Bagas.

Fahri hanya bisa memandang sahabatnya iba bagaimanapun juga Bagas butuh pelampiasan amarah. "Gue mau ke toilet dulu bentar."

Fahri bergegas menuju toilet, setelah buang air kecil ia berpapasan dengan seorang perempuan yang berjalan sempoyongan.

Fahri menghindar saat perempuan itu semakin mendekatinya, namun perempuan itu semakin menggila dan tiba-tiba mencium tepat di bibirnya, Fahri membulatkan matanya lalu mendorong perempuan itu secara kasar.

"Lo apa-apaan sih anjing," runtuk Fahri menatap perempuan yang bersimpuh di lantai itu.

"Fahri nama lo Fahri, kan?"

"Lo siapa sih anjing!"

Fahri meninggalkan perempuan itu dengan perasaan jengkel, ia mendaratkan bokongnya di samping Bima dengan keras.

"Lo kenapa?" Tanya Bima.

"Ada perempuan yang cium gue tiba-tiba!"

"Rejeki itu," sahut Ananta.

"Rejeki apanya yang ada kesialan," cetus Fahri tidak terima.

"Dia cantik nggak?" Tanya Bima.

"Mana gue tahu."

"Cie yang jaga perasaan istrinya," sahut Bagas dengan matanya yang mulai menyipit karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.

"Mata lo mulai sawan!" Ucap Fahri.

Setelah hampir dua jam nongkrong di klub Hera Fahri pamit pulang, sedangkan Bima dan Ananta masih tetap disana menemani Bagas yang mulai mabuk.

Fahri mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia masih kesal soal perempuan tadi, selang beberapa menit Fahri sampai di rumah.

Saat masuk kedalam kamar Fahri melihat Mona sedang terlelap dalam posisi terlentang, melihat raut wajah Mona yang damai membuat Fahri merasa bersalah soal perempuan yang menciumnya tadi di klub, entahlah kenapa Fahri merasa bersalah seperti itu.

Fahri menatap wajah Mona dalam, Fahri memberanikan diri memajukan sedikit wajahnya agar lebih dekat dari wajah Mona, saat sisa jarak diantara mereka hanya lima jengkal tiba-tiba Mona menggeliat membuat Fahri langsung memundurkan wajahnya.

"Fahri, kamu dari tadi?" Tanya Mona selagi mengucek matanya.

"Baru aja, lanjutin aja tidurnya," balas Fahri.

"Kamu kenapa?" Mona mengernyit heran saat Fahri tampak gugup dan sedikit berkeringat.

"Hm, ah iya aku sakit perut," ucap Fahri terdengar tidak yakin.

Mona beranjak dari kasur menuju meja riasnya untuk mengambil sesuatu, "kamu baring deh," pintah Mona yang langsung dituruti Fahri.

Mona menyodorkan minyak kayu putih, "pakein diperut ya, itu lumayan manjur kok."

Fahri meraih minyak kayu putih itu lalu menggosokkan di perutnya secara asal-asalan, padahal saat Mona menyuruhnya baring yang dipikirkannya Mona yang akan menggosokkannya di perutnya ternyata pikirannya salah besar.

"Pikiran bodoh," gumam Fahri.

"Kamu bilang apa?" Tanya Mona yang sudah naik kembali ke kasur.

"Perutku panas," jawab Fahri asal.

Mona tersenyum tipis, "bukan panas tapi hangat."

"Iya itu."

******

Sebelum keluar dari bab ini tinggalkan jejak dulu ya berupa vote dan komen, terimakasih teman-teman!

Wedding Destiny [TERBIT]Where stories live. Discover now