🌺 ECCEDENTESIAST 🌺
Setelah lama mendekam di dalam kamarku dan menangis hingga pagi. Aku turun ke meja makan untuk sarapan setelah mandi dan berganti pakaian. "Selamat pagi, Kak."
Tanpa kuduga aku mendapat sapaan dari Tristan, adik laki-laki pertamaku. Dia duduk bersama dengan kedua orangtuaku yang bahkan acuh padaku. "Pagi, Tristan." balasku malas.
Jujur, aku sangat ingin melewatkan sarapan pagi seperti biasa. Tetapi mereka bahkan terlihat tidak peduli apakah aku mau sarapan bersama atau tidak. Jika sudah begini, ku putuskan untuk bergabung di meja makan.
"Selamat pagi, Ma-"
"Snow, bagaimana dengan jadwal basket mu? Apakah sesuai dengan waktu yang sudah mama pilihkan?"
Adik bungsuku terlihat melirik padaku. Dia terlihat tidak enak ketika mama jelas-jelas mengabaikan salam dariku.
"Ugh! Iya, ma..."
"Pagi, Pa..." lanjut ku menyapa papa.
Papa bersikap tak acuh seperti biasa. "Pa, hari ini Kelin ada pengambilan raport. Apa papa bisa datang?"
"Tidak! Papa sibuk!" balasnya secepat kilat.
"Pa, papa bilang kan mau ambil raport Tristan. Kenapa tidak sekalian ambil punya kakak juga?" tanya adik laki-laki pertamaku. Meski mendapat pembelaan darinya, aku sama sekali tidak mau berharap.
"Papa cuma ada waktu sampai pengambilan raport mu saja," kilah papa. "Biar mamamu yang ambil, kan dia tidak punya kerjaan!" sindir papa sambil melirik mama dengan sinis.
"Tidak punya kerjaan? Khe! Memang bagaimana keluarga ini bisa menjadi konglomerat kalau bukan karena uang mama. Tidak seperti seseorang yang bilangnya kerja, tapi bermain dengan pelacur murahan," balas mama dengan ketus.
"Snow, El, cepat habiskan sarapan kalian. Kita akan berangkat lebih awal supaya mama tidak dianggap menganggur!"
Setelahnya, mama dan kedua adikku pergi meninggalkan meja makan. Dan papa bersama Tristan menyusul tak lama kemudian. Lalu, tinggallah aku yang duduk mematung disini.
Karena nafsu makanku sudah hilang aku pun berangkat ke sekolah. Seperti biasa sahabatku Cherry selalu menjemputku. Apa ada anak dari keluarga yang katanya kaya, tapi tidak punya kendaraan pribadi dan selalu menjadi benalu sepertiku?
"Kelin, ngapain bengong! Sini gih cepetan," teriak Cherry dari dalam mobilnya. Aku berlari kecil dan menghampirinya setelah kembali memasang topengku seperti biasa.
🌺 ECCEDENTESIAST 🌺
Aku menutup raport yang siang tadi kuambil dengan alasan kedua orangtuaku sibuk. Meskipun Abigail merupakan nama keluarga yang cukup populer, namun tak banyak yang tahu kalau aku dan Tristan itu bersaudara.
Aku dan Tristan sepakat untuk tidak saling mengenal atas usulan dariku. Meski kulihat keengganan darinya, tapi semua ini kulakukan karena aku peduli padanya. Pasti dia juga akan terbebani memiliki saudari sepertiku. Ya, itulah yang aku pikirkan. Sehingga aku tidak perlu khawatir akan identitas orang tuaku yang selalu menjadi rahasia.
Aku sedikit berlari untuk menunjukkan raport ke orang tuaku. Seperti biasa aku memiliki nilai terbaik di kelas dan aku berniat memamerkannya. Mulanya aku mendatangi mama, "Ma, tolong lihat nilai Kelin! Tahun ini Kelin dapat ranking 1 lagi," ucapku sambil menyodorkan raport.
ESTÁS LEYENDO
C • E • R • P • E • N
Historia CortaCerpen adalah sebidang kaca kecil tempat kehidupan memantul. Ia lahir dari kata-kata yang singkat, tetapi menyimpan samudra rasa. Di dalamnya, dunia tak perlu berlarat-larat untuk menjelma; cukup beberapa halaman, sudah mampu mengguncang hati dan pi...
🌺 ECCEDENTESIAST 🌺
Comenzar desde el principio
