Part 1 Koin Merah

96.3K 6.1K 312
                                    

Otak adalah bagian vital manusia yang digunakan untuk berpikir, mencerna rangsangan dari kelima indra dan menafsirkannya, serta menyimpan memori. Sudah seminggu lebih Okan memberi tugas sulit kepada dua puluh enam siswa SMA di kelas Seni Rupa yang diajarnya: menggambar otak manusia lengkap dengan keterangannya. Okan memberi petunjuk bahwa gambar tersebut dapat diselesaikan maksimal satu bulan. Siswa boleh menggunakan media apapun.

Sementara itu, Okan sendiri sedang mengerjakan karya seni yang akan dijualnya hari Senin. Lukisan grotesque yang menggambarkan manusia bertubuh kera besar Sulawesi yang sedang menangisi mayat seekor rusa jantan di hadapannya. Ia berniat menjual karya itu seharga tiga juta rupiah, yang sebenarnya terhitung terlalu murah untuk lukisan sebagus itu. Sebagian besar sapuan kuasnya terasa tebal dan kaku. Tiap cuplikan warna dibuat timbul dengan sengaja, memberi kesan seolah lukisan itu adalah relief.

Okan meletakkan kuas dan cat akrilik yang dipegangnya. Matanya disilaukan oleh sesuatu yang berkilau di halaman depan. Ia berjalan ke arah benda yang memantulkan cahaya matahari sore tersebut.
"Sebaiknya ini koin yang bagus. Aku sudah bosan dengan koin seratus rupiah yang orang-orang lemparkan ke sini." Okan mendekati sebaris pot tanaman kaktus tempat koin itu terlihat. Dari postur tegak, tubuhnya berakhir dalam posisi membungkuk. Koin itu kemudian ia usap hingga bersih dengan ujung bajunya.

Tetangga sekitar rumah sudah mengetahui kebiasaan Okan memunguti koin di tanah sejak kecil. Okan akan berlari riang ke pangkuan ayahnya dan menceritakan tempat penemuan koinnya, lalu memasukkan koin itu ke dalam lubang di dinding. Hal yang sama masih dilakukan oleh para tetangga saat seluruh keluarga Okan meninggal dalam kecelakaan pesawat yang menyisakan Okan sebatang kara. Melempar koin adalah cara mereka menjaga Okan tetap hidup dan berinteraksi dengan mereka. Setiap kali melempar koin mereka menaikkan doa agar Okan bisa hidup lebih baik.

"Ah, koin lima ratus rupanya. Oh, hai! Selamat sore, Pak Mantri." Okan tersenyum dan melambaikan tangan pada seorang lelaki tua di depan rumahnya. Lelaki paruh baya itu membalas lambaian tangannya. Ia sedang duduk santai minum kopi sambil membolak-balik halaman olahraga koran nasional di tangannya.

Mata Okan segera bergerak ke kanan, dan melihat ada koin lain di sudut halaman dengan pantulan aneh berwarna merah. "Sejak kapan ada koin berwarna merah?" keningnya mengkerut.

Okan berjalan mendekat dan mengangkat koin aneh berwarna merah bergambar burung yang tak pernah dilihatnya itu. Tak ada nominal pada kedua sisinya. Ia mengangkat koin itu tinggi-tinggi ke udara dan memperlihatkannya pada Pak Mantri di kejauhan. Pak Mantri menyipitkan matanya dan menggeleng kebingungan, lalu menunjuk rumah kecil di samping rumah Okan, rumah Pak Mizar yang sering ke luar negeri.

"Benar juga, mungkin ini koin dari luar negeri. Tapi negara mana yang punya koin seperti ini?" kata Okan.

Okan kemudian memasukkan koin lima ratus tadi ke dalam lubang di dinding. Namun, ia menyimpan koin merah untuk dibawanya pada Pak Syamsul, si Guru Sejarah. Dia terlalu yakin kalau guru panutan itu pastilah punya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar koin aneh di tangannya.

***

Di malam hari, Pak Mantri pergi memeriksa kondisi Rina, anak penyandang autis yang sedang demam di sebelah rumahnya. Terlihat Rina tergolek lemas di tempat tidur, namun tersenyum manis saat Pak Mantri datang berkunjung.

"Boneka kelinci, Rina?" Pak Mantri membawakan boneka yang dijanjikannya tadi pagi. Ia melanjutkan tugasnya malam itu. Mengukur suhu tubuh Rina dan memberinya obat demam serta vitamin. Lalu mengucapkan salam perpisahan kepada Rina serta papanya yang tuna netra.

Sementara itu, Okan sudah bersiap-siap tidur, dengan koin merah masih dipegangnya. Ia meletakkan koin itu ke dalam plastik kecil, dan menaruhnya ke dalam tas kerjanya. Lalu beranjak ke tempat tidurnya, melamun sejenak, sampai akhirnya ia terlelap.

MINDROOM [TAMAT]Where stories live. Discover now