"maksud kamu?"
mingi menghela napasnya kasar.
"aku itu suka kamu.. udah dari lama"
entah perkataannya bisa aku percayai atau tidak karena dua alasan, pertama yaitu ia tentu terlihat sedang mabuk, dan kedua itu dia adalah tipe laki-laki yang jarang bisa diajak berbicara serius.
"mingi, kamu pasti capek banget, kita naik tak—
"gak rea, aku sadar, ya walau sedikit mabuk, tapi aku sadar sembilan puluh persen dengan apa yang barusan aku bilang ke kamu"
ia berhenti berjalan dan memutar badannya menjadi berhadapan dengan diriku, lantas aku berhenti berjalan juga atau aku akan menabrak tubuh jenjang mingi.
"sudah ayo ki—
"rea, dengerin aku dulu, aku suka kaku, aku sayang kamu, aku cinta kamu"
mingi meraih kedua pipiku dan menangkupnya pelan, membawa wajahku untuk menatap ekspresi wajahnya yang memang tidak bisa aku katakan sedang mabuk.
kedua matanya menatapku sayu namun penuh keseriusan terpancar dari dalamnya. ia menatapku lekat hingga aku bisa merasakan kehangatan dari kedua matanya.
"aku sayang kamu"
