0.0 Prologue

24 13 13
                                    

Remaja, tapi sifatnya kekanakan dan sikapnya lebih polos dari anak sd. Namanya Go Yonhaa. Jika anak seumurannya yang biasanya akan memanjakan diri, menikmati gemerlapnya dunia, tapi itu tidak berlaku untuknya. Gadis sebatang kara yang dibuang oleh orangtuanya sendiri. Menyedihkan bukan?

Bagi Yonhaa dunia ini begitu kejam. Cukup untuk selalu membuatnya menderita bahkan tersiksa setiap harinya. Ia yang harus bekerja keras  diumurnya yang masih belia. Berjuang seorang diri menghadapi pahit dan kerasnya dunia. Setidaknya untuk tinggal didunia yang sama sekali tidak gratis baginya.

Ditinggalkan orangtuanya sejak umurnya sembilan tahun, didalam rumahnya sendiri, dalam keadaan demam.

Benar-benar menyakitkan. Tapi mau bagaimana lagi. Itu sudah terjadi.

Selama satu tahun Yonhaa kecil yang masih tidak tahu dirinya telah dibuang, menunggu ayah dan ibunya diluar rumah. Ia hanya masuk kedalam untuk buang air atau sekedar memakan nasi yang dia masak, tanpa sayur atau lauk---hanya itu yang dia bisa lakukan. Setelah itu ia akan keluar lagi. Menunggu lagi.

Bahkan ia selalu tidur diluar, hanya beralaskan selimut dan membawa bantal, ia menunggu, dan terus menunggu. Rasanya air matanya saja sudah tidak sudi untuk mengalir, karena terus menerus dipakai untuk menangisi nasibnya saat itu. Orangtuanya tidak pernah kembali, sampai detik ini. Meninggalkan Yonhaa kecil yang lugu. Yonhaa yang bahkan tidak tahu jalan pulang kerumahnya sendiri. Yonhaa yang selalu disembunyikan dari dunia oleh orangtuanya itu---sebuah aib.

Sekarang anak malang itu sudah tumbuh menjadi remaja yang cerdas. Yang rela menghabiskan masa kecilnya untuk bekerja, menghidupi dirinya sendiri. Belajar dengan mengandalkan buku-buku peninggalan mendiang sang kakak yang tidak pernah ia tahu seperti apa wajah yang katanya anak pertama itu.

Kalimat seperti 'aku harus pintar biar bisa mendapatkan uang, karena tanpa uang aku hanya dianggap angin'. Sepolos itu pemikirannya.

Dengan mengandalkan kecerdasannya Yonhaa mampu memasuki sekolah menengah pertamanya dengan beasiswa. Ya, walaupun beasiswa itu tidak termasuk seragam dan peralatan sekolah lainnya. Tapi dia sudah sangat bersyukur untuk itu. Terimakasih pada seorang nenek yang menjadi majikannya saat itu, karena telah membantunya untuk mewujudkan itu semua.

Malam hari itu. Go Yonhaa yang baru menyelesaikan kursus menarinya, harus mendapati kesialan lantaran dirinya yang kembali dipecat dari pekerjaan paruh waktu. Bahkan bos ditoko serba tempatnya mencari uang itu memarahinya habis-habisan karena ketahuan menjual rokok kepada seorang anak dibawah umur. Yonhaa tidak tahu jika anak itu berbohong. Jelas-jelas Yonha melihatnya sendiri sipembeli rokok itu memakai jaket universitasnya, bukan kah seharusnya itu bukan salahnya. Ditambah Ahjussi bos nya itu sama sekali tidak memberinya upah, sedangkan Yonhaa belum mendapat gaji bulan ini. Sial sekali.

Yonhaa yang menangis malam itu di
pinggir jalan, tidak lama, hanya beberapa menit. Selanjutnya ia memutuskan untuk pulang kerumah, beristirahat saja, karena besok masih harus bangun pagi-pagi sekali untuk ujian semester.

Namun saat akan menyebrang jalan,
tiba-tiba sebuah mobil mengklakson sangat kencang, membuatnya terkejut, karena mobil itu hampir saja menabraknya. Yonhaa tersentak ketika seorang pria keluar, seperti hendak memaki namun diurungkan. Entah mungkin karena pria itu melihat Yonhaa yang ketakutan, ditambah air matanya yang masih mengalir. Dan semakin deras akibat keterkejutan itu. Tubuh Yonhaa akhirnya ambruk. Tak kuasa menahan lututnya yang melemas. Seketika kepalanya pusing, membuatnya semakin menangis lebih kencang.

MY AMPHETAMINEWhere stories live. Discover now