21 • Wanita yang Sama

1.9K 171 95
                                    

"Ga, kamu masih tidur?!" tanya Rania terdengar semakin panik sesaat setelah sebelumnya panggilan suaranya dialihkan ke panggilan video oleh Arga.

Dapat Rania lihat dengan jelas jika pria itu masih belum sadar sepenuhnya, sesekali masih menguap, dan mengucek masing-masing matanya agar penglihatannya lebih jelas lagi. Bukannya segera bangun dan bersiap-siap untuk menuju tempat yang sebelumnya dipilih sebagai tempat akad nikah, Arga justru tertawa pelan seraya menatap Rania melalui layar ponselnya itu.

Sementara itu, Rania melihatnya dengan bingung. Arga benar-benar lupa, atau sedang pura-pura lupa jika hari ini adalah hari pernikahan mereka? Arga masih diam, belum mau menjawab pertanyaan Rania sama sekali. Pria itu terlihat seperti orang yang tidak waras, atau mungkin lebih tepatnya lagi terlihat seperti orang yang dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang.

Rania menggeram frustrasi, di dalam masjid itu semua orang sudah menunggu kedatangan Arga dan keluarganya. Namun, tidak ada satu orang pun dari mereka yang menampakkan diri, apalagi memberikan konfirmasi terkait hal ini. Sejak tadi Arga hanya memperlihatkan senyumnya saja, dan sesekali cengengesan tidak jelas. Rania dibuat hilang akal dengan semua ini. Seharusnya satu setengah jam yang lalu akad pernikahan mereka dilangsungkan. Namun, jika mempelai prianya saja tidak datang, bagaimana akad ini bisa dilangsungkan?

"Ga, kamu lupa apa gimana, sih? Hari ini kita nikah, Ga."

Lagi, bahkan untuk yang kesekian kalinya Rania mengatakan hal ini. Untungnya, yang kali ini Arga langsung diam dan menyudahi semua tawanya tadi. Pria itu mengernyit bingung sambil memikirkan apa yang baru saja Rania katakan.

"Nikah?" tanya Arga dengan raut wajah yang pura-pura polos, membuat dirinya benar-benar terlihat seperti orang bodoh.

Sejenak Rania memejamkan matanya guna menahan air mata yang rasanya sebentar lagi akan luruh begitu saja. Kemudian, Rania mengangguk pelan sebagai jawabannya. Namun, apa balasan dari Arga lagi? Lihat, pria itu kembali terkekeh pelan, entah apa yang membuatnya seperti ini. Bahkan, sejak tadi Arga masih berbaring di tempat tidurnya, berniat untuk mengubah posisinya menjadi duduk pun tidak. Sesekali pula pria itu meregangkan tubuhnya, sangat terlihat santai, seolah ia tidak memiliki beban sama sekali atas hal apa yang ia lakukan ini.

Rania tidak dapat menahan tangisnya lagi, air matanya jatuh bersamaan dengan rerintikan air hujan yang mulai turun mengguyur Ibu Kota. "Ga," panggil Rania terdengar lirih.

Bukannya menjawab panggilan Rania, kepala Arga justru terlihat sedikit memiring ke samping kirinya. Entah apa yang ia lakukan, yang dapat Rania lihat hanya sedikit bagian belakang kepalanya saja dan bantal berwarna putih itu. Tidak ada yang dapat Rania dengar, kecuali suara decapan yang sepertinya saling membalas.

"Kamu pilih aku atau Rania, hm?" tanya seseorang di sana, tentunya Rania dapat mendengar hal ini, walaupun sedikit tidak jelas.

Rania sempat merutuki suara petir yang mulai menggelegar, karena hal itu membuatnya kurang dapat mendengar apapun itu yang Arga katakan.

"Pilih kamu dong, Sayang," jawab Arga dengan lantangnya.

Satu kalimat ini langsung meruntuhkan pertahanan Rania untuk menahan tangisnya. Apalagi sesaat setelah Arga mengatakan hal itu, Rania mendengar wanita itu mendesah pelan. Tangan kanan Rania mengepal sempurna, sementara itu tangan kirinya mulai bergetar memegang ponselnya sendiri saat melihat Arga seolah-olah lupa jika video call-nya dengan Rania masih tersambung.

CarapherneliaWhere stories live. Discover now