31 : Part Time

435 80 35
                                    

"Mom! Aku berangkat yaa!" seruku pada ibuku.

"Kau tidak sarapan dulu?" tanya ibuku yang sedang membuat roti bakar.

Aku menggeleng cepat. "Aku harus berangkat lebih pagi karena aku harus naik sepeda," jawabku. Ini adalah hari pertama aku membawa sepeda.

"Tunggu sebentar," ujar ibuku. Dia memasukkan roti bakar ke dalam kotak bekal. "Bawalah ini," lanjut ibuku.

Aku buru-buru memasukkan ke dalam tas ranselku.

"Okay, mom. Jangan hilangkan uangnya," ucapku cepat.

Aku mengingatkan ibuku, jangan sampai uang kami yang untuk membayar hutang itu hilang. Tanpa menunggu jawaban ibuku, aku segera menuju sepedaku, dan mulai mengayuh ke arah sekolah.

Biasanya jika naik mobil, aku akan sampai dalam 20 menit perjalanan, namun sekarang waktu tempuhku ke sekolah bertambah menjadi satu jam lebih.

Aku memarkir sepeda di tempat parkir sepeda, dan menguncinya. Saat aku sedang memasang gembok, Joanna datang dan memarkir sepeda di sebelah sepedaku.

"Star, kau naik sepeda?" tanya Joanna, dia melebarkan matanya seakan tidak percaya.

"Ya, begitulah," jawabku.

"Ada apa dengan mobilmu?" tanya Joanna.

"Kami menjualnya untuk membayar hutang," ucapku dengan santai.

"Ya Tuhan! Bukankah rumahmu jauh dari sini?" tanya Joanna seraya mengunci sepedanya.

"Lumayan sekitar satu jam lebih perjalanan," ucapku.

Joanna menggelengkan kepalanya.

"Oh God! Star, apa aku bisa membantumu?" tanya Joanna.

"It's okay, Jo. Aku bisa melakukan ini, dan lagi Ethan sudah menawariku pekerjaan di toko ayahnya di downtown," kataku.

"Katakan padaku, jika ada yang bisa aku bantu," ujar Joanna.

"Tentu. Ayo ke kelas," kataku pada Joanna.

Kami pun berjalan masuk gedung sekolah. Aku melihat Ethan sedang berada di depan lokernya. Joanna berhenti di lokernya, dan aku tetap berjalan menuju lokerku yang berada di sebelah Ethan.

"Hei, Ethan," kataku menyapa Ethan.

"Hei, Star. Jadi bagaimana? Kau sudah menyiapkan CV-mu?" tanyanya.

"Tentu sudah," jawabku cepat. Lalu aku membuka ranselku, dan mengeluarkan kertas berisi CV yang aku buat tadi malam. Meskipun aku belum ada pengalaman bekerja, aku harap ayah Ethan mau menerimaku.

"Aku akan memberikan pada ayahku hari ini," ucap Ethan.

"Terima kasih atas bantuanmu, Ethan," kataku jujur.

Ethan mengangguk dan tersenyum. Lalu kami berpisah, dia menuju kelasnya, dan aku menuju kelasku.

***

Malam hari, aku sedang mengerjakan tugas fisika di meja belajarku. Masalah-masalah yang timbul sejak aku datang ke Wilmington membuatku sedikit lengah dengan pelajaranku. Aku tidak ingin nilaiku turun, apalagi setelah kami kesulitan keuangan, aku yakin pasti aku harus mencari beasiswa, dan nilaiku harus tetap baik.

Tiba-tiba ponselku berdering di atas meja belajarku ketika aku sedang mengerjakan tugas. Nomor tidak dikenal yang menghubungiku, tanpa pikir panjang aku langsung mengangkatnya.

"Halo," kataku begitu mengangkat telepon.

"Star Allen?" Aku dapat mendengar suara seorang pria dari ujung telepon.

STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt