***

"Ingat kalian udah semester 6, segera masukkan judul kalian sama saya. Manfaatkan waktu kalian yang ada sebaik mungkin."

Sebagian mahasiswa kelas A menghela napas kasar. Ada yang merenggut, bimbang dan mungkin saja bisa menjadi stress. Beberapa dari mereka bahkan belum memikirkan judul apa yang akan mereka ambil untuk skripsi nanti. Memikirkan praktikum dan mata kuliah yang berjalan disemester ini saja sudah membuat pusing, belum lagi mata kuliah dibawah yang harus mereka kontrak karena mendapatkan nilai D dan E.

Tak berlaku bagi Ayla. Walaupun terkadang Ayla capek, tapi Ayla tak pernah mengeluh layaknya teman-teman sekelasnya. Lagipula kepada siapa Ayla mengeluh? Ayla sudah memikirkan judul skripsi yang akan diambil sejak semester 4. Jadi, Ayla tak perlu repot memikirkannya lagi. Semoga saja judulnya yang akan dimasukkan kepada dosen pembimbingnya nanti bisa diterima dengan baik.

"Kenapa gue harus nyasar ke jurusan ini sih? Sumpah ya gue nggak pernah bayangin masuk ke jurusan Farmasi,"

"Sama. Orangtua gue malah yang maksain gue buat masuk sini. Katanya kalau nggak mau dokter, Farmasi aja. Gue kan mikir ya dokter lebih menakutkan, eh ternyata disini sama aja. Otak gue nggak bisa beradaptasi,"

"Kapan waktunya buat gue istirahat dari semua ini?"

"Gue kangen sama pacar gue. Karena jurnal, laporan sama praktikum ini gue jadi nggak punya waktu buat jalan,"

"Gue diputusin karena selalu nggak ada waktu buat dia."

Ayla hanya menggelengkan kepala pelan mendengarkan keluhan-keluhan dari beberapa teman sekelasnya. Namun, Ayla cukup bangga kepada mereka selalu banyak mengeluh tapi tetap tak lupa tanggungjawab mereka. Tetap datang ke kampus, melaksanakan semuanya secara teratur. Berbeda dengan beberapa orang temannya yang telah gugur duluan. Ibaratnya disemester 4 adalah masa seleksi alam bagi jurusan mereka. Walaupun sudah ada yang menyerah dari pertama masuk.

Ayla sangat mengingat pertama kali masuk ke jurusan ini tidaklah mudah. Dan setelah masuk ternyata jauh lebih sulit dari yang dibayangkan. Baru awal masuk sudah bisa membuat begadang sampai 3 hari berturut-turut tanpa tidur. Beberapa temannya bahkan sempat sakit. Bagi Ayla dijurusannya saat ini yang paling penting adalah sehat fisik dan mental.

"Buat group kelompok steril nggak, Ay?" gadis berambut panjang dengan mata monolid menghampiri Ayla yang sedari tadi hanya diam melamun.

"Buat aja, Stell." Jawab Ayla kepada teman sekelasnya---Stella.

Ayla memang jarang berkomunikasi dengan teman sekelasnya, namun diantara teman sekelasnya hanya Stella yang cukup dekat dengan Ayla. Dan satu lagi yang bernama Gista.

"Oke, kantin nggak?" Stella mengangguk pelan dan kembali bertanya.

"Next time, ya. Gue harus jemput adik gue." Jawab Ayla.

"Oke Ay, see u." Stella melambaikan tangannya pada Ayla dan berjalan meninggalkan kelas. Ayla segera membereskan alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tasnya.

***

"Gimana udah ditembak belum?"

Dea menunduk dan menggelengkan kepalanya pelan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Katya. Saat ini Dea, Katya dan Oliv sedang berada dirumah makan tempat biasa mereka makan dan berkumpul selain kantin fakultas teknik. Bagi mereka ini adalah tempat paling aman untuk menggibah.

"Lo kurang kali kodeinnya," ujar Katya sambil menyeruput es teh manisnya.

"Kurang gimana lagi sih, Ya? Emang tuh cowok aja yang dodol sama nggak pekaan," Dea bersunggut kesal.

PHOSPHENESحيث تعيش القصص. اكتشف الآن