PHOSPHENES - 3

238 45 11
                                    

Ayla menghampiri seorang wanita yang kira-kira berusia 40an itu atau sepantaran sama mamanya. Wanita itu terlihat sedang duduk diruang tamu sembari membaca majalah dengan sesekali menyeruput es jeruknya.

"Mana adik saya?" tanya Ayla.

"Eh Ay udah pulang?" balas wanita itu yang membuat Ayla memutar bola matanya malas.

"Adik saya mana?" Ayla kembali bertanya dengan menekankan setiap kalimatnya.

"Ada tuh diatas. Kamu tenang aja, papa kalian udah nitipin kalian sama tante. Jadi adik kamu udah pasti aman, kamu nggak usah khawatir," jelas wanita itu kembali.

"Nggak usah sok akrab. Dan satu lagi jangan berani jemput adik saya lagi! Dasar bitch!"

Wanita itu mendesis kesal saat mendengar umpatan Ayla yang dilontarkan kepadanya. Bahkan setelah mengumpat Ayla langsung berjalan meninggalkan wanita itu.

"Dan!" Ayla memanggil Aidan. Tak lama sosok yang Ayla cari keluar dari kamarnya masih dengan seragam lengkapnya.

Ayla langsung memeluk adiknya erat. Sumpah demi apapun Ayla sangat mengkhawatirkan adiknya ini. Bagi Ayla orang yang membuatnya bertahan sampai saat ini hanya adiknya---Aidan. Ayla tak ingin terjadi sesuatu kepada adiknya.

"Lain kali kalau pulang tungguin kakak, ya! Idan harus inget mau selama apapun kak Ay jemput Idan, Kak Ay akan tetap kesana. Nanti Idan nunggu bareng pak Tio satpam di sekolah Idan. Jangan pernah mau dijemput sama orang asing terutama orang yang jemput Idan tadi, apapun alasannya. Dengerin kakak!" jelas Ayla panjang lebar. Ayla merasakan jika Aidan mengangguk dalam pelukannya.

***

"Ka!"

"Arka!"

Sang pemilik nama yang masih bermalas-malasan diatas kasur miliknya melenguh pelan. Beranjak dari tidurnya dengan mata yang masih tertutup dan tentunya nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya.

"Udah jam 7, katanya ada kelas pagi!"

Suara itu kembali membuat Arka tersadar. Arka segera berlari mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandinya.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk Arka bersiap-siap. Dari Arka mandi, ganti baju dan menyiapkan perlengkapan kuliahnya. Tak ribet seperti perempuan.

"Pagi, bund!" Arka mengecup pipi sang bunda hangat.

"Pagi anak bunda!" balas sang bunda sambil tersenyum.

"Ayah mana?" tanya Arka.

"Ayah kamu udah berangkat dari jam 6 tadi, ada meeting pagi," jawab bunda. Arka mengangguk pelan dan langsung duduk dimeja makan.

Arka adalah anak tunggal dari pasangan harmonis bernama Virza Mahendra dan Andini Distiya Herman. Ayah Arka adalah seorang pebisnis yang sudah terkenal dikalangannya, sementara sang bunda adalah seorang designer dan sudah mempunyai bisnis butik serta toko bunga. Arka sangat beruntung dilahirkan dalam keluarga ini, kasih sayang yang selalu orangtuanya berikan serta support yang tak pernah ada hentinya.

"Selesai ngampus jam berapa, Ka?" tanya Andini sembari mengolesi roti tawarnya dengan selai cokelat.

"12 keknya bund, kenapa?" balas Arka bertanya.

"Bunda minta tolong nanti jemput Nara, ya di sekolahnya! Kamu 'kan tahu tante Manda di rumah sakit, mau ngelahirin adiknya Nara bentar lagi, abis ini juga bunda mau kesana" jelas Andini. Arka mengangguk mengerti.

"Ya udah, bund. Arka pamit dulu, assalamualaikum!" Arka berpamitan sembari mencium punggung tangan Andini. Setelahnya Arka berlalu untuk segera menuju kampusnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PHOSPHENESWhere stories live. Discover now