Dulu, aku kira semuanya tidak akan pernah baik-baik saja. Hingga akhirnya dia datang, membawaku pergi, dan memberiku rasa senang.
Aku tidak peduli dengan apa kata dunia tentangnya karena yang diriku tau dia adalah segalanya.
Dia, Syam. Hanya Syam. S...
Jangan lupa votenya dulu, besties🤍 Absen emot 🕊️ dulu juga sini hihihi.
Maap yah, aku baru bisa update lagi karena qadarullah dari Senin kemarin jatuh sakit hehe. Kalian juga jaga kesehatan ya🤍😇
Happy reading!🤍🕊️
2. Mungkin Mati Memang Pilihan Yang Tepat [09/04/2023]
Jika hidup hanya untuk sengsara, haruskah aku tiada saja agar rasa sakit itu segera pergi bersama dengan hilangnya nyawa? —AureaJarey Lucio.
[Dia, Syam]
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Napas gadis dengan nama tengah Jarey itu terengah. Sekarang dia sudah berada di bagian samping mansion Lucio untuk kabur seperti hari sebelumnya. Tubuh kurus tersebut dibalut sweater putih, kaki pendeknya memakai celana levis panjang. Aurea hendak membungkuk untuk memasang sepatu yang tadi dia lepas agar tidak menimbulkan suara apa pun, tapi tidak sempat ketika telinganya mendengar teriakan di dalam mansion memanggil namanya.
Putri bungsu keluarga Lucio dengan cepat melempar sepatu, lalu mulai berlari. Kakinya yang masih belum sembuh total kembali berdenyut apalagi ketika batu-batu kerikil terinjak olehnya. Dia tahu jemari kakinya berdarah, tapi tidak ada waktu untuk berhenti.
Kini dia sudah keluar dari rumah megah Lucio, menyusuri gang-gang kecil yang terkadang menambah luka gores di kaki bahkan lengannya karena bergesekan dengan tembok yang memiliki permukaan kasar.
"Nona Aurea berhenti di sana!" Suara itu tidak membuat gadis yang dipanggil terpengaruh.
"Nona!"
"Bunuh aku atau aku tidak akan pernah berhenti!" balas Aurea berteriak.
Dia berbalik, menghentikan langkahnya untuk melihat Kevin—pengawal Lucio— yang kini mengambil pistol. Aurea tidak gentar. Fisiknya sudah terbiasa dengan setiap luka, memang lebih baik dia mati saja. Lagipula untuk siapa dia hidup? Siapa yang berharap akan kehidupannya? Karenanya kali ini dia menantang maut. Gadis itu berdiri tegap.
"Bunuh aku, Kevin ..."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.