9. Terbawa Suasana

Depuis le début
                                    

"Ha?" beo Stella tak paham.

"Lo nonton sendiri aja, dongo! Pokoknya, kalau gue Armand dan lo Mira, adegan yang ada di atas awan. Terjadi di antara kita," terang Erik.

Stella melototkan matanya, dia menunjuk wajah Erik menggunakan sedotan jus mangga bewarna hitam. "Wah parah lo, gue enggak mau nih mata ternodai. Lo cari aja Mira yang lain, gue enggak sudi jadi Mira lo!"

"Yeee, gue bercanda, suer dah suer." Jari tangan Erik berbentuk huruf V.

"Bodoamat," ketus Stella melipat lengan depan dada.

"Gue tau nih cerita dari Rangga, beneran gue aja enggak nonton. Gue enggak tau alurnya gimana, gue asal sebut aja judul filmnya. Enggak tau bener apa kagak," sosor Erik.

"Adegan di atas awan itu, si Armand berubah jadi Naga. Trus Mira duduk di leher Naga, dibawa keliling, terbang nikmati pemandangan pulau dan laut dari atas," jelas Erik.

"Bener?" tanya Stella.

Erik menggaruk kepala yang tidak gatal, lalu mengangguk kaku. "Kayaknya sih, bener." Stella manggut-manggut meladeninya.

"Minggu ini, gue tanding futsal. Lo bisa nonton enggak?" tanya Erik, dia menunggu jawaban dari Stella. Gadis itu masih terdiam entah apa yang ada dipikirannya, Erik harap Stella tidak memikirkan cerita random dari Rangga yang ia ceritakan ke Stella.

"Enggak bisa," jawab Stella.

"Kenapa? Kalo perlu gue jemput lo pagi-pagi biar ke lapangan bolanya barengan sama gue," ujar Erik.

"Gue ada acara, sebenarnya acara itu siang. Cuma, karena ini keluarga gue. Gue harus datang pagi dan kumpul sama keluarga yang lainnya," balas Stella.

Ingat sama undangan Rina waktu di rumah Stella? Rina akan menikah dengan lelaki pilihannya, jelas Papa Stella alias mantan suami Rina juga diundang. Mereka datang pagi karena benar akan berkumpul dengan keluarga yang datang diacara tersebut, dan Stella akan cukup lama untuk bercerita tentangnya kepada sang Papa, Yuda.

"Yaaahhh, kecewa banget gue sama lo," cibir Erik.

"Lah, emangnya lo siapa sampe gue harus banget nonton lo tanding? Nyadar napa, ada kaca enggak di rumah lo? Muka lo tuh, ya. Sebelas dua belas sama pantat kera," kelakar Stella.

"Baru kali ini ada cewek yang ngatain muka secakep gue enggak beda jauh sama pantat kera. Mana adik kelas pula," ringis Erik membuat Stella tertawa sembari menepuk pundaknya.

"Bercanda, Kak. Bercanda, jangan dibawa serius napa. Gue emang gini orangnya, kayak yang lo bilang. Gue awalnya cuek, tapi kelamaan bakal biasa aja sama lo. Lo juga orangnya mudah berbaur dan naikin mood gue kalo lagi pengen marah," ungkap Stella.

Erik menghela napas pasrah kala Stella terus menepuk pundaknya, memegang kepala Erik seraya digerakkan ke kanan dan kiri. Orang-orang yang berada di kantin juga sempat tertawa, namun berhenti dan hanya bisa ditahan saja saat Stella membentak semuanya.

"Oi! Kurang ajar banget, siapa yang suruh lo semua ngetawain ketos?!"

Arsalan dan Leo menggelengkan kepala tak habis pikir dengan tindakan Stella, Leo tertawa terpingkal-pingkal dan memukul meja. Lalu buku novel tebal milik Arsalan melayang ke wajah Leo.

"Diem," perintah Arsalan dingin.

***

Siska memandang Stella sinis, melihat kelakuan Stella yang terus mencuri perhatian siswa-siswi di Barkatama, Siska tak rela jika dirinya sebagai Primadona tak dipedulikan. Atas kehadiran Stella di sini, jarang sekali murid-murid menyapanya ramah. Semua berpindah kepada Stella, terutama angkatan sang Primadona.

Karena muak melihat pemandangan wajah Stella yang licik menjahili Erik, Siska memutuskan pergi dari kantin. Diikuti Abel, dan jelas Abel menarik tangan Rere agar ikut bersama mereka. Rangga ditinggal sendirian tak masalah, ada banyak teman lelaki yang langsung menghampiri dirinya ketika tiga perempuan itu pergi.

Tiba di belakang gedung kelas sebelas bagian IPA, Rere didorong hingga membentur dinding oleh Siska. Primadona itu menatap Rere tajam, lalu mengacak-acakkan rambut Rere yang sudah dirapikan Stella hingga berantakan. Dan Siska juga merebut kalung, gelang, serta antingan yang dibelikan oleh Stella. Dihempaskan ke atas tanah, lalu diinjak membuat Abel meringis kasihan kepada barang mahal tersebut.

"Lo cewek cupu!" sentak Siska, untungnya Rere tak pakai kacamata, benda itu disimpan dalam laci meja kelas. Kalau pakai, mungkin sudah hancur karena ulah Siska.

"Lo mau ngapain?" tanya Abel pada Siska.

"Gue mau buat dia sadar," balas Siska.

"Lo tau 'kan alasan Stella kenapa ngerubah lo? Lo ngerasain sendiri 'kan gimana tingkah dia ke lo? Seharusnya lo sadar, lo tuh cuma cewek yang dijadiin robot sama dia. Pembantu, upik abu yang miskin dan bakal tunduk sama dia. Stella juga bilang kalo lo lemah, lo tuh tolol. Seharusnya lo ada di pihak kita buat jatuhin Stella, biar lo enggak jadi budaknya lagi,"  ucap Siska menunjuk-nunjuk wajah Rere menggunakan jari telunjuknya.

Rere tidak menjawab, dia memejamkan mata. Perkataan Stella terngiang-ngiang dalam benaknya.

"Temen? Lo bukan temen gue."

"Lo kalo bilang gue sombong nggak papa, sih. Gue sombong karena gue punya."

"Udah sana, ngapain masih di sini?"

"Gue peduli gitu sama dia?"

"Gue lakuin ini, karena dia bakal tetap jadi Rere yang gue suruh-suruh. Sebab, gue nggak mau kenalan gue dibully habis-habissan hanya karena penampilan."

Rere mengepalkan tangannya, membuat senyum Siska terbit seketika. Siska memegang kedua pundak Rere, menatap Rere dalam-dalam.

"Lo suka 'kan sama Rangga? Gue denger percakapan lo sama Stella," ujar Siska pelan.

"Gue bakal bantuin lo buat dapetin Rangga, gue juga bakal bantuin lo buat Stella menderita. Lo harus ada dipihak gue buat jatuhin Stella, and... senin adalah hari mulanya Rere versi baru. Pemberani, dan bukan budak Stella lagi," tekan Siska.

"Halah, palingan nanti disuap duit oleh Stella bakal tunduk lagi," ceplos Abel.

Rere terdiam. Pemberani, dan bukan budak Stella lagi. Buat Stella menderita. Rere versi baru.

"Hari ini lo pulang sama kita, besok hari minggu, gue jemput lo. Gue bakal ngajarin lo cara bertindak tegas," sahut Abel diangguki oleh Siska.

Keduanya saling bertos ria membuat Rere tidak berkata apa-apalagi, Stella adalah wanita pertama yang baik padanya walaupun terus menyuruh ini dan itu.

Rere tidak sebodoh itu, Siska dan Abel adalah dua orang yang sudah mencelakainya dan membuatnya malu di depan semua orang. Rere tak akan pernah lupa atas kelakuan dua orang itu, dan kali ini keputusan Rere sudah bulat.

Ikuti cara main mereka, dan nikmati hasilnya bersama Stella.

Tbc.

Semangat puasanya (bagi yg menjalankan). Jangan lupa istirahat, ya. Jaga kesehatan mata💖

He's ArrogantOù les histoires vivent. Découvrez maintenant