"Beritahu Daddy di mana keberadaan mu sekarang, Uncle Lucas akan langsung—"

"Yak! Jika Daddy hanya ingin menyuruh Uncle Lucas untuk menjemput Jeno, lebih baik Jeno tidak memberi tahu Daddy sama sekali tentang keberadaan Jeno sekarang!"

"Ada apa denganmu? Kenapa kau berani menggunakan nada tinggi saat berbicara dengan Daddy? Di mana sopan santun mu Jung Jeno?! Daddy tidak pernah mengajarkan mu berbicara tidak sopan kepada orang yang lebih tua."

"Sudah Jeno duga, jika Daddy tidak pernah menyayangi Jeno. Lihat? Daddy bahkan selalu berteriak kepada Jeno!"

"Sudahlah Jeno, Daddy sedang lelah, banyak pekerjaan juga berkas-berkas penting yang harus Daddy tanda tangani. Sekarang lebih baik kau beri tahu Daddy di mana kau berada, Uncle Lucas akan langsung menjemputmu."

"Kau bahkan lebih mementingkan pekerjaanmu itu di bandingkan Jeno Dad. Jeno membenci Daddy!"

"Yak! Jung Jeno berani sekali kau berbicara seperti itu—"

"Daddy tenang saja, Jeno saat ini sedang bersama dengan Noona cantik yang telah berbaik hati menolong Jeno. jika Daddy ingin menemui Jeno, datanglah sendiri untuk menjemput Jeno Dad. Tanpa perlu menyuruh Uncle Lucas."

"Sudah ku bilang—"

"JUNG JENO?!—"

Jeno memutus kan sambungannya secara sepihak, membuat orang yang di seberang telepon tadi mengerang frustasi.

"Apa sudah selesai?" Tanya Taeyong yang masih sedikit ragu dengan pembicaraan bocah di hadapannya dengan lawan bicaranya diponsel.

"Hm, jika Daddy memang benar menyayangi Jeno. Maka dia akan datang dengan sendirinya ke sini untuk menjemput Jeno Noona." bocah itu menjawab pertanyan Taeyong dengan santai.

"Bagaimana dia akan menjemput mu? Kau bahkan tidak memberikan alamat rumahku kepadanya."

Bocah mungil dengan bentuk mata segaris itu tersenyum manis "Noona tenang saja, Daddy mempunyai banyak orang pintar untuk melacak keberadaan Jeno. Kita tunggu saja, kapan Daddy akan menjemput Jeno."

▒▒▒▒▒

Saat ini Taeyong tengah di repotkan oleh tingkah Jeno yang memintanya untuk bermain di taman kota. sejujurnya, Taeyong hampir jengah dengan celotehan Jeno yang selalu membujuknya untuk bermain-main.

"Ayolah, Noona. Jeno ingin sekali pergi ke sana. Daddy selalu menolak dan selalu tidak Ada waktu untuk sekedar mengajak Jeno pergi ke sana." ujar Jeno seraya menarik ujung jaket denim si lelaki manis itu.

"Jeno-ya." belum sempat Taeyong menyelesaikan ucapannya, ponsel di saku celananya bergetar.

"Tunggu sebentar Ne? Aku harus mengangkat panggilan telepon." Katanya dia angguki Jeno, perlu di ingatkan bahwa bibir si bocah itu tengah mengerucut.

Taeyong yang melihatnya hanya bisa menggeleng, Dan kembali memusatkan pandangannya pada ponsel di genggamannya. Nama seseorang di layar ponselnya membuat pria bermarga Lee itu tersenyum simpul, juga panik secara bersamaan.

"Hallo,"

"Yak! Lee sejak kapan kau menjadi lamban untuk sekedar mengangkat panggilan telepon ku?"

Taeyong menggaruk tekuknya yang tidak gatal, karena sungguh! Taeyong sangat gugup sekarang, "Maafkan aku Noona, akhir-akhir ini aku sangat di sibuk kan oleh pekerjaanku." Yah, Taeyong terpaksa berbohong untuk menutupi semuanya.

Let's Live Together • Jaeyong  [✓]Where stories live. Discover now