Satu

13 1 0
                                    

"Sudah berapa kali saya bilang sama kamu kalo saya ga mau kamu ada disini lagi!"

Seperti suara halilintar yang memutar menyeramkan dilangit gelap, suasana ruang BK kali ini semacam itulah gambarannya.

"Kenapa si harus kamu mulu? Ga bisa apa sekali aja kamu tuh ga bawa masalah Petir, kenapa harus kamu lagi kamu lagi?"

"Kamu kamu kamu lagi rindu rindu rindu lagi ah bete aku hiya hiya hiya hiya"

"Raka saya tidak lagi bercanda!" Sangat tegas dan peka bagaimana seorang Sari Aminata itu mendengar seorang murid yang diadili meledeknya.

"Khasus kamu kali ini benar-benar memusingkan Petir, kamu tau bahkan ini belum ada satu semester tapi nama kamu terpampang lebih dari sepuluh kali di buku khasus ini! Apa tidak ada niat baik dihati kamu untuk berubah?"

Lelaki yang sedari tadi disebutkan namanya itu hanya memasang wajah cuek seakan-akan peradilannya ini hanya akan membuang waktu santainya saja, toh buktinya lelaki itu tidak sama sekali memasang wajah takut atau khawatir atas apa yang sudah diperbuat dia tetap enjoy pada letak duduknya.

"Kamu juga Raka saya mengahadapi satu orang seperti Petir saja saya hampir gila kenapa harus nambah kamu? Tolong lah Raka kamu bisa cari teman yang lebih baik dari Petir." Perintahnya lelah, sangat lelah dari ratusan orang yang ia tanganin khasusnya dia selalu meminta jika ada pilihan dia ingin sekali untuk tidak lagi bertemu dengan siswa bernama Petir Nagaung Labdagati.

Tuhan tolong saya,

"Tahun ini adalah tahun terakhir kalian disini jadi saya minta tolong dengan teramat kepada kalian tinggalkan lah bekas dengan sebaik mungkin, Petir teruntuk kamu, saya sudah sering membantu kamu jadi saya minta tolong bantulah saya!"

Mendengar kalimat permohonan tulus itu tatapan Petir kian meredup bila tadi dia menatap bu Sari dengan tatapan musuh kini tatapannya berubah fungsi menjadi lebih tenang.

"Minggu kemarin kamu baru saja saya sekors masa minggu ini kamu mau lagi"

"Saya hanya hampir membocorkan kepala orang bu, dan itu pun saya tidak sengaja" dari tadi hanya diam namun kini suaranya memilih keluar dan menjelaskan sebenernya apa yang terjadi.

"Apa kamu bilang?" Jelas bu Sari terkejut tentu saja bagaimana tidak anak murid badung nya satu ini berbicara sangat santai ketika dia melakukan tindakan kriminal bagaimana bisa, "Hanya? Kamu bahkan sudah membocorkannya Petir!" Helaan frustasi itu benar-benar terdengar bu Sari lelah dengan manusia bernama Petir ini bagaimana bisa dia terlahir sangat santai padahal dia sedang diambang masalah.

"Kami hanya sedang bercanda bu"

"Bercanda kamu tidak sama sekali lucu Petir bagaimana bisa kamu menyebut itu adalah candaan ketika salah satunya ada yang terluka?"

"Petir bener ko bu, kita emang lagi bercanda emang nasib sialnya Aska aja mangkanya dia sampe bocor" kali ini Raka Chandra Gaha yang bersuara dia terlalu muak ketika Petir mulu yang disalahkan padahal bu Sari pun tidak tau kronologi yang sebenarnya.

"Kalo memang itu sebuah ketidaksengajaan kenapa semuanya menyalahkan Petir?"

"Karna Petir dibenci bu!" Sarkasnya.

Bu Sari terdiam cukup lama matanya mengarah pada sosok Petir yang sedang mengigiti jari kukunya pandangannya menatap nanar lelaki itu. "Kalian boleh keluar kejadian kali ini saya anggap hanya sebuah kecelakaan tidak di sengaja."

Lalu kedua lelaki itu bangkit dengan senyum menang dimimik wajah mereka.

###

Amin Paling Serius Where stories live. Discover now