Eros Perlambang Asmoro, sering dipanggil Cupid Millenial oleh teman-temannya. Sebutlah Mak Comblang versi kekinian. Tak terhitung berapa banyak pasang manusia yang akhirnya bisa berjodoh berkat perantara tangan dinginnya.
.
Malangnya, ia mengalami...
"Ah, oke, Mama tersayang. Dengan senang hati aku ikut Mama ke laboratorium." Lord tersenyum ceria. Tepat ketika Mamanya menutup pintu kamar, senyuman itu berubah menjadi seringai kecil. "Oke, Ma. Lihat aja apa yang bisa dilakuin anak cacat ini."
***
Ini bukan kali pertama Lord mengunjungi tempat orang tuanya bekerja. Laboratorium Scarlett adalah salah satu laboratorium terbesar di Indonesia. Menjadi tempat uji coba untuk produk makanan baru sebelum diedarkan, penemuan obar-obat berbagai macam penyakit, juga tak jarang para ilmuwan di sana melakukan eksperimen 'rahasia' , yang hanya diketahui tim inti dari pihak laboratorium.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dan, seperti biasa.
Setiap kali datang ke laboratorium, Lord selalu mengenakan topi yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Ia juga tidak diperbolehkan menyapa atau berbicara dengan pegawai lain tanpa seijin sang mama.
"Kamu mau bantu mama papa kayak biasanya, kan?"
"Selalu, Ma. Apa pun yang Mama butuhkan, aku siap bantu," jawab Lord. Mendongak ke belakang sembari menunjukkan senyuman termanisnya pada sang mama yang mendorong kursi rodanya menuju sebuah ruangan.
Jane mengelus rambut putranya. Sementara sang suami mulai menyalakan laptop beserta perangkat lainnya untuk memulai uji coba.
Tidak hanya ada satu laptop yang ada di ruangan itu, tapi juga tampak layar-layar besar yang menempel di dinding. Semuanya menampilkan data yang sama, yakni grafik dari sesuatu yang sedang mereka amati.
"Di sini, Nak."
Lord tidak tahu kenapa tiba-tiba Mamanya menusuk ujung telunjuknya dengan jarum lalu menuntunnya menekan sebuah tombol. Sisa darah yang ke luar dari telunjuknya menempel di sana.
Teng..Teng.. Teng!
Alarm bahaya tiba-tiba berbunyi dan menggema ke seluruh ruangan. Percikan api membakar cctv hingga membuatnya mengeluarkan ledakan kecil.
Situasi di dalam laboratorium mendadak kacau. Orang-orang berlari menyelamatkan diri. Yang paling parah ada di ruangan tempat Lord dan orang tuanya melakukan uji coba. Api sudah berkobar tinggi, nyaris membakar perabotan juga benda-benda elektronik di sana.
Tak ada angin kencang atau gempa dadakan, barang-barang di dalam ruangan tiba-tiba terlempar ke dinding, mental lalu menyerang siapa pun yang ada di sana.
Anehnya, benda-benda itu seperti menghindari Lord. Layaknya ada pelindung tak kasat mata yang mengelilinginya.
"Ma, Pa!" panggil Lord ketakutan ketika melihat orang tuanya berlari ke arah lain.
Dalam jarak pandang yang terbatas karena sebagian ruangan itu sudah tertutup asap, samar-samar Lord memperhatikan orang tuanya memeluk sosok lain di ruangan yang lebih kecil.