01. never exist family...

1K 64 0
                                    

Sabar adalah kunci.
Ikhlas datang dari hati.
Manusia akan diuji yang di atas.
Supaya tahu, mana yang berkualitas
--ameliartw00

Frislly Herlinda Balqis.

Seorang gadis yatim piatu yang hanya hidup berdua dengan adik lelakinya yang baru berusia 19 tahun dua bulan lalu dan dirinya sendiri di usianya yang juga baru saja menginjak 21 tahun enam bulan lalu.

Sebenarnya ia bukan merupakan anak yatim piatu.

Mereka hanya tidak tahu siapa orang tua mereka.

Sedari kecil kakak beradik yang memiliki beda umur kurang lebih satu setengah hingga dua tahun itu sudah tinggal di salah satu Panti Asuhan yang terletak di pinggiran kota Jakarta dan tidak mengetahui siapa atau dimana kedua orangtua mereka berada. Bahkan mereka berdua tidak mengetahui sedikitpun nama kedua orang tuanya.

Mereka benar benar hanya ditinggalkan begitu saja dengan si kakak yang baru berusia satu setengah tahun dan adiknya yang masih berusia kurang lebih lima sampai enam bulan, di depan teras Panti Asuhan tersebut.

Tanpa adanya nama ataupun identitas lain yang bisa membuat mereka mengenali diri mereka sendiri.

Selain itu tidak ada satupun barang ataupun surat yang ditinggalkan untuk bisa membuatnya mengenali identitasnya sebenarnya.

Kalau kalian pertanyaan mengenai apakah dirinya merindukan kedua orang tuanya atau setidaknya ingin tahu mengenai identitas mereka?

Tentu saja ia ingin tahu mengenai di mana keberadaan kedua orang tuanya ataupun sekedar mengenal dan tahu nama mereka.

Tapi dirinya pun tidak berdaya untuk mencari kedua orang tuanya disaat tidak ada satupun bukti yang ditinggalkan ataupun bisa dijadikan sebagai tuntunan untuk mencari keberadaan mereka.

Apakah ia merasa dendam karena mereka yang meninggalkannya begitu saja tanpa satupun identitas yang melekat padanya dan adik lelakinya?

Ia tidak dendam. Namun menurutnya ada rasa marah juga wajar. Tapi itu tidak menjadi alasan baginya untuk bisa memiliki rasa dendam dan marah kepada mereka berdua.

Yang bisa ia lakukan hanya mendoakan mereka dan berharap kalau, ini semua bukanlah keinginan kedua orang tuanya untuk meninggalkannya dan adiknya begitu saja di depan panti asuhan.

Ia hanya ingin hidup tenang dan tidak memiliki dendam kepada siapapun supaya tuhan nanti bisa dengan mudah memberikan jalan terbaik di hidupnya.

Sehingga walaupun ia harus rela hidup susah dan bahkan rela untuk mengurungkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke jenjang perkuliahan, ia bersyukur bahwa kini dirinya dengan adiknya bisa tinggal di ruko kecil yang juga merangkap sebagai tempatnya membuka usaha toko roti kecilnya.

Ia sudah merintis usaha kecil-kecilan ini dari hasil gaji serabutan yang didapatkannya selama bekerja sembari bersekolah di masa-masa SMA nya. Yang artinya sudah kurang lebih dua tahun ia menjalankan usaha toko roti kecilnya.

Untung saja walau letaknya tidak terlalu strategis karena tidak berdekatan dengan jalan raya, tapi lokasinya yang terletak di dekat pusat kota membuat toko rotinya selalu ramai pengunjung walau tidak bisa dibilang bisa menghabiskan seluruh barang yang jualnya. Setidaknya selalu bisa membuatnya tidak harus membuang atau menjual dengan harga lebih murah roti rotinya yang tersisa atau tidak laku itu.

Fahsya yang kini juga tengah melanjutkan sekolahnya di jenjang perkuliahan pun untungnya tidak merasa malu karena remaja lelaki itu setiap hari selalu membantunya di toko kecilnya ini untuk meringankan beban sang Kakak.

God's Scenario (END)Where stories live. Discover now