1 - Malam pertama di rumah Mas Adil

30.8K 3.2K 165
                                    

Elegi komat-kamit membaca ayat kursi sambil duduk bersila di tepi tempat tidur empuk yang sudah dia duduki 30 menit yang lalu. Selama itu pula dia tegang setengah mati sampai tak merasakan kakinya yang kesemutan. Yang ada di kepalanya hanyalah bacaan-bacaan surah pendek yang dia hapal saat masih di bangku SD.

Dia memakai jubah mandi berbahan katun yang bersentuhan langsung dengan kulitnya. Bagaimana tidak? Dalaman dan baju sebelumnya terlanjur terendam di ember. Sementara pakaian ganti yang dia kira akan berada di lemari, ternyata raib. Entah siapa yang ambil.

Hanya satu dugaan pelakunya. Siapa lagi kalau bukan laki-laki yang sedang mandi 30 menit lamanya tak keluar-keluar?

Elegi punya salah apa sih, Ya Tuhan?!

Kenapa dia harus menggembel di malam pertama melepas status lajangnya? Bahkan dikerjain sama si syaiton yang sabun mandinya lebih harum daripada bunga mawar kuburan.

Elegi berhenti komat-kamit saat didengarnya pintu kamar mandi terbuka. Refleks dia langsung merapatkan jubah mandinya menutupi paha.

Heh, kenapa juga jubah mandi nggak didesain kayak mukena?? Menutup semua aurat, gitu lho.

Matanya menatap panik ke sumber suara. Terlihat sosok laki-laki memakai jubah mandi seperti dirinya, keluar pintu kamar mandi lalu menggosok kakinya di keset. Harum aroma sabun mandi langsung menyeruak ke seluruh ruangan. Rambutnya udah kayak keran bocor, air netes dimana-mana.

Etdah, kenapa nggak dilap dulu kek itu rambut.

Elegi bergetar panik saat matanya bertemu dengan Adil.

"Ma..mas liat tas aku di sini?"

Dia menunjuk spot samping lemarinya.

Adil mengangkat sebelah alisnya.

"Tas mana? Nggak ada."

"Tadi di sini!" Jerit Elegi sambil memegangi erat jubah mandi di depan dadanya, saat mendapati mata Adil sekilas melayang ke sana.

"Ya nggak tau, pindah sendiri kali, Gi," jawab Adil cuek lalu berjalan ke lemari, membuat lantai basah akibat tetesan air dari rambutnya.

Elegi beringsut sedikit ke belakang saat Adil lewat di depannya.

"Ma..mas," cicitnya memelas, "Baju Egi semuanya ada di sana."

"Yang di ember kamar mandi punya siapa?"

"Ya punya Egi juga."

"Yaudah pake itu lagi."

"Kan udah basah, Maas," protes Elegi kesal. Heran, deh. Setelah menikah dia baru tau selain aneh, Adil juga nggak punya otak.

"Secepet ini?" Adil meliriknya datar.

Elegi melongo. Ma..maksudnya?

Ee, dasar otak laki!

Dengan satu tarikan nafas kasar, dia menutup wajahnya. Tak tau lagi harus menghadapi syaiton menyebalkan macam Adil.

"Coba cari lagi, salah naruh kali tadi," kata Adil sambil mengambil salah satu kaosnya dari lemari.

"Enggak! Orang sebelum mandi ku taroh situ. Mas Adil pasti yang ambil, ya? Siapa lagi coba? Tuyul? Nggak doyan ambil cangcut kali."

Elegi langsung menyesali ucapannya. Mukanya merah padam.

Bego, lo, Gi!

Adil menarik sudut bibirnya, menciptakan senyum aneh yang akan membuat semua orang ingin menimpuk kepalanya, atau minimal menyeret sudut bibirnya agar simetris. Senyumnya menyebalkan!

Fifty Fifty Marriage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang