2

5.7K 702 19
                                    

Rasa sakit menghantam kepala Lynn ketika ia terjaga dari tidurnya, waniat itu langsung duduk.Kedua tangannya memegangi kepalanya, ia diam sejenak mencoba untuk menangani rasa sakit di sana.

Sejenak kemudian Lynn berhasil mengatasi sedikit masalah sakit kepalanya. Rasa dingin kini mulai ia rasakan, ia tersentak dalam kesadarannya. Melihat ke arah tubuhnya yang tidak mengenakan apapun.

Lynn menoleh ke sebelahnya, ia merasa seperti terkena serangan jantung ringan ketika ia mendapati seorang pria berbaring di sebelahnya, dan yang lebih gilanya lagi pria itu merupakan kakak kelasnya semasa sekolah menengah atas yang selalu menatapnya dengan dingin. Jenis tatapan permusuhan yang membuat ia selalu ingin menghindari pria itu. Noah Melviano, ia bahkan masih mengingat nama pria ini setelah beberapa tahun lulus.

Tidak ada waktu bagi Lynn untuk meratapi apa yang terjadi semalam. Ia segera melihat ke arah pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian ia meraihnya. Memakainya secepat kilat kemudian meninggalkan kamar hotel secepatnya.

Lynn memesan taksi. Di dalam sana Lynn baru memikirkan apa yang telah terjadi padanya. Bagaimana bisa ia berakhir seperti ini? Di mana Shirley yang mengajaknya pergi?

Ia mencoba untuk mengingat-ingat, tapi tidak ada yang ia ingat selain ia berjoget di club malam. Setelah itu ingatannya kabur.

Lynn memegangi kepalanya, merutuki kebodohannya sendiri yang menyebabkan ia berakhir seperti ini.

Taksi yang Lynn tumpangi membawa ia kembali ke kediaman orangtuanya. Lynn tidak memiliki uang untuk membayar, ia meminta sopir taksi untuk menunggu.

Lynn meminjam uang dari penjaga rumahnya lalu membayar taksi. Wanita yang penampilannya tidak terlihat baik itu kemudian melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan rasa sakit di bagian bawahnya yang baru ia rasakan.

"Dari mana saja kau?!" Suara marah itu diterima oleh Lynn. Ia memiringkan wajahnya menatap wanita anggun yang usianya sudah tidak muda lagi. Ya, dia adalah ibu tiri Lynn. "Lihat bagaimana penampilanmu. Kau persis seperti jalang yang menjual diri di luaran sana. Jangan pernah mengingatkan aku tentang dari mana kau berasal, Lynn."

Hari masih pagi, tapi Lynn sudah menerima kata-kata beracun dari ibu tirinya. "Maafkan aku, Mom. Aku merayakan ulang tahunku semalam."

"Dengan mabuk-mabukan." Ibu tiri Lynn menatap mencela. "Berhenti mempermalukan keluarga Archerio! Orang-orang di luaran sana terus membicarakanmu. Kau sepertinya sangat menikmati menjadi pusat perhatian."

Lynn tidak seperti itu, tapi tidak ada gunanya baginya untuk menjelaskan karena ibu tirinya pasti tidak akan pernah mendengarkannya. Apa yang tertanam di otak wanita itu hanya kebencian terhadapnya, jadi meski ia melakukan hal benar ia akan tetap terlihat salah.

"Aku tahu aku salah, Mom." Lynn lebih baik mengalah. Ia tidak ingin membuat pertengkaran di kediaman itu. Ayahnya pasti akan marah jika ia membuat ibu tirinya kesal.

Ibu tiri Lynn memiliki terlalu banyak kata-kata pedas untuk Lynn, tapi melihat Lynn ia benar-benar tidak tahan. Ia membalikan tubuhnya dan pergi. Di matanya, Lynn merupakan lambang pengkhianatan suaminya.

Lynn menghela napas pelan. Ia segera melangkah menuju ke kamarnya. Ketika ia sudah berada di lantai dua, ia melihat Shirley yang melangkah ke arahnya dengan wajah tersenyum. Wanita itu sudah terlihat rapi dengan setelan kerja.

Shirley mengenakan dress ketat berwarna putih dipadu dengan blazer berwarna senada, dengan sentuhan warna emas pada list blazer itu.

"Kau memiliki malam yang hebat, Lynn?" Shirley bertanya dengan wajah aslinya. Kebencian terlihat di tatapan wanita yang berbeda satu tahun dari Lynn itu.

In Bed With The EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang