"Uncle, tadi aku-"

"Bukan begitu cara pakainya Sirius bodoh!" James menepuk jidat.

"Tapi tadi kau bilang nama panggilannya bayi!" Sirius tidak terima disalahkan.

"Tapi kita hanya memakainya disaat-saat tertentu!" James.

"Dad aku bisa jelas-"

"Dasar ketinggalan jaman!" Kesal James.

"Siapa yang kau bilang ketinggalan jaman?!" Sahut Sirius.

Remus menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sudahlah, abaikan saja mereka. Jadi Harry, kenapa kau bisa pulang sampai selarut ini tidak seperti biasanya."

"Uncle, tadi aku mengerjakan tugas kelom-"

"Tapi tadi kami melihatmu diantar oleh manusia pucat dan pirang, dan apa-apaan! Kalian ciuman?!" Potong James.

"Tenang James, kita harus tenang. Kau sebaiknya mencontoh aku." Nasehat Sirius.

"Tidak sadar diri." Bisik Remus.

"Kalian jadi bertanya tidak sih?" Harry memasang wajah malas karena sudah bosan dengan drama ketiga bapak-bapak di hadapannya ini.

"Tentu saja jadi!" Sirius bersidekap.

"Kalau begitu tolong jelaskan siapa kakek-kakek yang tadi mengantarmu pulang?" James mulai menginterogasi.

"Kakek-kakek?" Harry pun bingung.

James dan Sirius serentak mengangguk.

Remus menghela nafas, "anak itu bukan kakek-kakek! Rambutnya saja yang pirang keputih-putihan."

James mengelus dagunya, "oh begitu ya, seingatku dulu kita punya teman satu sekolah yang rambutnya juga putih seperti itu. Dia anak orang kaya dan selalu merawat rambut badainya. Bukankah dia sering mengajak Severus ke salon bersama?"

"Ya ya! Kau benar! Kalau tidak salah namanya Lusina," Semangat Sirius mengingat-ingat.

Remus menepuk jidat, "namanya Lucius bukan Lusina! Dan dia sering bertengkar denganmu karena rebutan pisang goreng di kantin," Remus menatap Sirius tajam.

"Ah ya! Kau benar! Kau sangat pintar Remus!" Sirius tertawa lalu menepuk bahu Remus.

Harry memutar bola matanya, "kenapa sekarang jadi aku yang diacuhkan."

Mendengar perkataan Harry, seketika James kembali ke mode serius. "Oke! Kembali ke pertanyaan! Jadi siapa yang tadi mengantarmu pulang dan membuat bibirmu tidak virgin?"

Harry menarik nafas, "dia pacarku dad."

"Apa?!" Serentak ketiga bapak-bapak itu.

"Dia pacarku! Manusia pucat dan pirang itu pacarku! Namanya Draco Malfoy." Jelas Harry.

Mereka terdiam sejenak, beberapa saat kemudian Sirius bangkit lalu berjalan ke dapur.

"Uncle mau kemana?" Tanya Harry.

"Mengasah golok," Jawab Sirius dengan nada dalam.

"Untuk apa?" Tanya James.

"Nebang pohon." Jawab Sirius.

Remus mengangguk, "itu benar, pohon mangga yang dibelakang sudah tua," Kata Remus dan entah kenapa suasana menjadi canggung setelah ia berbicara.

"Aku sudah bisa pergi kan?" Tanya Harry hati-hati.

It's Killed Me!!Where stories live. Discover now