Prologue : "Arjuna Jaemin Nasution S.Si"

ابدأ من البداية
                                    

"Atau lu mau jadi reseller brownies gua aja, Jaem :D?" Tanya Felix.

"Nggak deh, gua nanti coba nanyain kepsek-nya." Ucap Jaemin.

Hyunjoon mengangguk, "ide bagus, lewat Pak Jackson mungkin lu baru masuk langsung dijadiin walikelas."

Jaemin ketawa, "nggak mungkin."

.
.

Hari Senin di minggu setelahnya, Jaemin datang ke SMA 7 Puncak yang makin tahun makin megah aja. Kolam ikan yang dulu sekarang udah jadi air mancur dan taman. Tempat dimana dulu Sunwoo dan Hyunjin sering dihukum untuk mencabuti rumput liar telah diisi dengan gazebo. Sekarang Jaemin gabisa lihat pemandangan itu lagi dari jendela ruang klub.

"Jaemin!" Sebuah suara mengejutkannya, dia menoleh dan menemukan Jackson melambaikan tangan kepadanya.

Jaemin langsung menghampiri pria itu dan berjalan mengikutinya ke arah ruang kepala sekolah. Ruang kepala sekolah ternyata telah pindah ke ruang BK. Ketika dia masuk, jam bandul antik yang menjadi sebuah saksi atas kejeniusan ketua Klub 513 tahun 2018-saksi bisu atas pembelaan siswa SMA di depan jaksa agung itu masih berdiri anggun.

"Saya juga merasa hal yang sama setiap masuk kemari." Jackson berucap sambil duduk di atas kursi putarnya.

"Kau merindukan kami, bukan?" Jaemin terkekeh, "tak ada lagi lima siswa nakal yang merepotkanmu hanya karena ingin memecahkan sebuah kasus kriminal."

Jackson menghela nafas, "justru kalian tak ada apa apanya."

Jaemin menoleh dengan bingung, lantas dia terkejut karena pria itu melemparkan pistol kepadanya. Refleks Jaemin masih ada, dia menangkapnya dengan mudah.

"Kau masih memilikinya? Kemampuan untuk menembak?" Tanya Jackson.

"Gua nggak yakin kalau itu diperlukan pas gua mengajar." Balas Jaemin.

"Kau memerlukannya untuk menghadapi mereka." Ucap Jackson.

Jaemin mengerutkan kening, "mereka? Maksudmu para siswa-?"


Jaemin terkejut ketika seseorang membuka pintu ruangan dengan keras. Dia menoleh dan makin bingung ketika melihat Hongjoong berjalan ke arah meja Jackson dengan tatapan tajam, tampak jika dia sedang menahan amarah. Jaemin mengamatinya dan menemukan jika Hongjoong tampak kelelahan.

"Saya masih bisa meng-handle-nya. Anda tak bisa membuat anak ini memegang kelas itu." Ucap Hongjoong.

Jackson menggeleng, "lihatlah dirimu di cermin Hongjoong, kau sangat kelelahan memegang dua kelas di tengah kesibukanmu menyelesaikan studi S2 mu. Saya tak bisa membiarkanmu seperti ini lebih lama lagi, itu tampak seperti saya telah mengkhianati Seonghwa yang bahkan tak membiarkan jarimu tertusuk sebuah jarum."

"Ini tak ada hubungannya dengan Seonghwa, Pak. Ini soal resiko yang akan anak ini dapat jika menggantikan saya sebagai wali kelas itu." Ucap Hongjoong, suaranya masih terdengar tenang namun terdapat penekanan di setiap katanya.

Jaemin tetep Jaemin yang benci banget jadi orang yang ga paham apa apa soal keadaannya sekarang. Jadi dia menyela, "bisa jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"

"Kau akan menjadi walikelas." Jawab Jackson.

"Ini pertama kalinya gua mengajar dan gua udah jadi walikelas? Wow." Balas Jaemin.

"Namun kau tak akan mengajar Kimia saja." Jawab Jackson, "aku mengingat dengan jelas jika kau salah satu siswa berprestasi di satu angkatanmu dulu. Kau menguasai semua mata pelajaran baik itu mata pelajaran wajib dan minat. Di kelas ini kau akan menjadi walikelas sekaligus guru kelas yang artinya mengajar semua mata pelajaran."

"Bentar, ini gua nggak salah masuk sekolah, kan? Ini SMA, oke? Bukan SD ataupun TK yang cuma butuh 1 guru pengajar, doang." Kata Jaemin.

"Kelas ini adalah kelas yang istimewa. Saya sebut istimewa karena tak cocok jika seorang kepala sekolah menyebutnya sebagai kelas terbelakang." Balas Jackson.

"Lalu?" Tanya Jaemin.

"Lalu kelas yang isinya cuma 15 siswa ini nggak bisa sembarangan diajar ama guru. Bahkan ada aturan sendiri untuk siapa yang bisa mengunjungi kelas itu. Pergantian 12 walikelas, dan cuma Hongjoong yang berhasil bikin mereka tunduk." Jawab Jackson.

"Cerita karangan yang bagus." Respon Jaemin.

"Ini bukan sebuah karangan. Terserah lu mau nyebut apa, walaupun gua bahkan ga peduli ama lu, gua nggak akan biarin lu jadi walikelas mereka, bahkan guru di kelas itu." Balas Hongjoong.

Jackson menghela nafas panjang, "Jaemin, seluruh siswa di kelas ini tak akan mendengarkanmu kecuali kau bisa membuat mereka mendengarkanmu. Pemaksaan adalah apa yang Hongjoong lakukan untuk mengimbangi perilaku liar mereka selama ini. Jika kau bertanya kenapa mereka tidak dikeluarkan dari sekolah adalah pihak sekolah tak bisa melakukannya. Sebuah perjanjian disepakati semenjak sekolah ini dibangun, bahwa seluruh siswa yang berada di zona sekolah wajib diterima oleh sekolah apapun kondisinya, dan jika sekolah berani menolak dan mengeluarkan seorang siswa yang ada di zona sekolah, maka tuntunan akan diajukan kepada pengadilan."

"Seluruh anggota kelas itu ada di zona yang sama dengan sekolah?" Tanya Jaemin.

"Sayangnya iya." Jawab Jackson.

"Kalian berlebihan, ini hanya tentang kenakalan remaja." Kata Jaemin.

"Bukan," Jackson menggeleng, "ini bukan soal kenakalan remaja lagi, Jaemin. Ini tentang kriminalitas. Bahkan walikelas sebelum Hongjoong memilih bunuh diri."

Jaemin melebarkan mata terkejut, "bagaimana bisa?!"

Jackson mengangkat sedikit sudut bibirnya, "mereka, para siswa mengancamnya, dengan sebuah informasi yang sampai sekarang bahkan belum saya ketahui. Para siswa itu memberikannya dua pilihan, bunuh diri atau informasi itu akan disebar pada publik."

Jaemin mematung di tempat tidak percaya. Sementara Hongjoong setia dengan tatapan dinginnya.

Jackson lalu menyodorkan pistol tadi pada Jaemin, "karena itu kau membutuhkan ini untuk membela dirimu."

"Lu pernah denger, Jaem?" Tanya Hongjoong tanpa menatap lawan bicaranya, "kalau ketakutan terbesar menjadi seorang tenaga pengajar bukanlah kinerja buruk namun para siswa itu sendiri?"

























#####

Based on a true story, madrasah ku dibangun di atas tanah yang dulunya adalah bekas tempat dimana dosa mudah sekali ditemukan. Dulu, daerah sekolahku adalah tempat yang benar benar buruk reputasinya.

Pembangunan madrasah memiliki harapan agar reputasi daerah itu membaik dengan memunculkan banyak siswa siswi madrasah yang berprestasi dan berbudi pekerti luhur. Ketika madrasah ini dibangun, ada satu ketentuan yang harus dipenuhi, yaitu Madrasah harus menerima siapapun yang berada di lingkungan madrasah sebagai siswa, bagaimana pun kondisinya.

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.3 : Arjunaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن