Kageyama sudah setengah jalan, menurut saja menjadi kacung sang gadis. Pikirnya, santapan gratis. Terlebih di negara nya memanjat pohon mangga begini mustahil jika bukan di kebun saat wisata buah.

Jika mau, ia harus beli di supermarket. Namun, mungkin dengan harga satu buah nya kisaran 20 ribu rupiah atau lebih.

Sedang kali ini, gratis! Asal mau berpeluh dan kuras tenaga.

"Uwa mecha takai."
("Uwa tinggi sekali.")

Gumam Kageyama yang kini sudah duduk ketar ketir di salah satu cabang pohon berpegangan erat, sedikit menyandarkan dada pada dudukan nya.

"Do-dore?"
("Ya-yang mana?")

Netra Kageyama berkeliling. Semua berwarna anak bawang, hijau anom sempurna terselimuti, tak terlihat sudah masak sama sekali.

Kageyama, ia meraih mangga mana pun yang ia bisa lalu berteriak dari atas.

"Kore.. mada juku shiteinai yo!"
("Ini.. masih mentah lho!")

Percuma bodoh, ia tak akan mengerti, batin Kageyama merutuk. Andai [Name] mengerti mungkin ia akan beropini sekarang.

Iya, anda salah besar tuan Kageyama, di negri ini ada sebuah larangan. 'Jangan menilai buah dari cover nya', atau kau akan kena prank nanti.

Kageyama kini masa bodo. Daripada harus berlama-lama di atas pohon tanpa hasil, ia akhirnya menarik buah dengan sembarang. Selama masih dalam jangkauan nya, bahkan untuk si bayi mangga sekalipun.

Lalu dengan segera ia jatuhkan pada [Name] yang sudah girang dengan kuda-kuda di bawah.

"Hora kyatchi!"
("Ini tangkap!")

"Jatohin jatohin!" Riang [Name] menadah telapak tangan siap menerima dan.. Hup!

Setengah tas serbaguna [Name] kini berat dengan mangga matang harum manis Pak Haji. Lumayan, pencuci mulut. Bukan mencuri, nanti [Name] akan bilang lagi pada si pemilik-dalih nya tak mau salah.

Tak berselang lama mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju minimarket. Lalu bagaimana cara si surai mangkuk itu turun dari pohon?

Tenang, dia itu pejantan. Percayalah, urusan naik turun adalah suatu hal yang mudah. Benar?

Keduanya, kini meniti tapak di trotoar sempit. Melewati beberapa pedagang kaki lima ilegal di kirinya, juga sejumlah manekin bernyawa yang berpose tengah berniaga.

Bukan lagi kekhawatiran pasal keselamatan dunia yang ada di benak mereka berdua, tapi justru macam tamasya keliling Taman Mini Indonesia. Tanpa beban.

"Bahahah Kags liat-liat!" [Name], ia menunjuk seorang wanita kutilang berpakaian super minim tengah berdiri gemulai, mengalungkan sebuah bass betot dan menggenggam bekas bungkus permen relaxi yang dibalik.

Wajah sang wanita kurus-tinggi-langsing itu tengah sumringah memamerkan gigi putih berjejer. Namun kelopak matanya nampak tertutup setengah, terlihat bak orang yang belum siap untuk dipotret.

Mereka hampiri sang terduga bahan gibah si betina seraya menilik, "Andecaa~ andeecii~ etapi kayanya aslinya ganteng dah." Ucap [Name].

Ia tersenyum-senyum sendiri menahan tawa, jahil menoel pipi sang wanita yang ternyata jadi-jadian.

"Nanka, Tanaka-san no yo da kono hito wa."
("Entah bagaimana, orang ini mirip Tanaka-san.")

Celetuk Kageyama datar.

Ia melambaikan tangan di depan wajah si waria, bahkan menusuk-nusukan telunjuk nya pada dada kopong melompong yang di tampal busa.

Tak sopan, tatakrama belum di temukan pada otak keduanya.

"Ha? Tanaka? Napa jadi Tanaka dah? Kangen?" Tanya sang gadis pada Kageyama, ia tak sengaja menarik wig ungu cerah milik sang waria hingga terlihat kepala aslinya yang plontos.

Kebetulan yang mengerikan.

"Yabee, machigainai. Hontou ni Tanaka-san da."
("Parah, ga salah lagi. Beneran Tanaka-san.")

"Tanaka?"

Loading data, [Name] menoleh pada kepala sang waria lalu mulai tertawa.

"Ngahahhah gila sama bjir, doppelganger kek nya. Maksud mu teteh ini mirip Tanaka kan?" makin terkekeh geli, [Name] melanjutkan, "Tapi kalo beneran ini Tanaka gimana ya? Hahah makin pusing gue, kalo dia ikut gue gamba-"

[Name] seketika terdiam, menatap lekat wajah Kageyama. Teringat hal terpenting yang harus mereka lakukan saat ini. Cepat kembalikan keadaan sedia kala.

Kelima pemuda yang tak sengaja ia libatkan di dunia nya tak seharusnya berlama-lama, pun membuat lelucon receh macam sekarang. Ditambah salah satu nya tengah demam saat ini.

Bisa-bisanya gue becanda. Batin [Name] sesali diri sendiri.

"Yuk Kags, buruan."

Mimik yang berubah sendu tiba-tiba, senyum getir tersungging. [Name] lalu meraih lengan Kageyama agar kembali beriringan dengan nya.

°
°
°

"Mau yang mana?" Menunjukkan sekotak susu ukuran kecil dan yogurt bersamaan.

Di dalam minimarket, [Name] nyatanya justru menjahili sang pemuda. Entah kemana pikiran untuk berhenti bercanda nya saat di jalan.

Tentu saja Kageyama dibuat panas dingin kebingungan, hingga wajah nya nampak bak orang yang menahan buang air. Serius dan suram.

Tangan nya gemetar menunjuk benda di salah satu tangan [Name]. Macam pilihan hidup dan mati untuk nya.

"Ko-kore."
("I-ini aja.")

"Okey!" [Name] riang memasukkan susu ke dalam keranjang belanja di genggaman sang pemuda. Ia berjaya menambah jumlah manekin dunia. Kageyama jadi mematung sekarang karena ulah nya.

"Udah semua nih. Dirumah cuma ada bumbu, kira-kira masak apa ya? Alpa gini ada apa?"

Nasi goreng? Bakal masuk lidah mereka ga ya? Plis lah gue ga bisa masak macem-macem kalo gada mama. Batin [Name] menangisi kekurangan nya.

Berkeliling sendiri tanpa kawan, menuju rak telur dan beberapa roti isi. Sadar akan kesendirian, netra sang gadis berpencar pandang. Si tukang keranjang belanja entah dimana keberadaan nya.

"Kageyama!! Ni bocah kemana dah?"

Mencari sang empu nya nama sambil menggenggam selusin telur dan beberapa roti isi. Sebuah peruntungan baginya ukuran ruang tak begitu besar, hingga memudahkan nya menemukan si terduga anak hilang.

"Yee dicariin juga."

Lah?, Kepala [Name] dimiringkan, mendapati sang pemuda.

"Ngapain kamu Kags?"

Mengerjap cepat, Kageyama tak menoleh walau mendengar vokal feminim yang ia kenal. Matanya berfokus pada yogurt yang kembali [Name] taruh dalam lemari pendingin.

"Trus itu tolong yang ngumpet deket minyak bimoli, bau jamet kalian sudah tercium dari sini ya.. Jadi, keluar kalian! Kuroo! Bokuto!"

🏐🏐🏐

ISEKAI Portal || Haikyuu X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang