𝟚𝟟

8.1K 1.5K 502
                                    

Dua sejoli cicit jauh Adam dan Hawa kini beriringan, mengimbang langkah satu sama lain. Bak sepasang sandal jepit swallaw mereka menyusuri jalan menuju minimarket terdekat dari rumah sang gadis.

Sebelah ketiak si gadis mengapit dompet tak besar-tak kecil khas ibu-ibu, di genggaman sebuah tas serbaguna ukuran besar warna biru tua. Ingat, gerakan tanpa kantung plastik.

Tangan satunya menautkan lengan si surai hitam mangkuk agar melangkah seirama. Tengah yang di gandeng kini agak tergopoh, sedikit bersemu sambil terus menerka kemana gerangan ia akan dibawa oleh betina negri seribu pulau ini.

"Ano.. [Name]-san, doko ni iku no?"
("Anu.. [Name]-san, kita mau kemana?")

Tanya Kageyama ragu seraya mengusap tengkuk nya, membuat [Name] kini nampak berpikir.

"Aku ga ngerti Kags, intinya kamu ikut aja. Oke?" Titah sang gadis menyimpul senyum, membulat bentuk dengan jari telunjuk dan ibu jari.

"A-o-oke?" Kikuk Kageyama.

Kembali fokus pada jalan setengah kampung-setengah kota, mereka melewati beberapa rumah tetangga sang gadis. Bernaung sunyi senyap tanpa kehidupan.

Berkawan manekin bocah-bocah kontrakan dekat rumah termakna main kejar-kejaran, pula emak-emak yang syahdu duduk penuh tutur faedah di depan rumah tukang seblak bersama penjajak ember keliling.

[Name], kini retina nya justru terfokus pada pasukan mangga yang bergelayut di pohon depan rumah pak Haji. Agak nya sudah ia incar sejak dua hari lalu sebab akan siap sengget.

Langkah nya terhenti, mata mengerling bertabur binar. Lisan nya terbuka sumringah hingga berliur, beruntung air najis nya itu tak offside keluar rongga mulut namun justru ia teguk.

Buat ngerujak mantul ini!. Girang [Name] membatin.

[Name] menggoncang lengan Kageyama beberapa kali, sambil menunjuk si pohon besar target siasat nya.

"Ngab, manjat ngab! Ambilin mangga tuh! Ya ya ya?" Pinta nya antusias, tengah Kageyama masih mengerjap dalam sunyi.

"Ih.. ambilin.. manjat, manjat.." jelas [Name] lagi. Kageyama hanya memasang wajah dungu andalan, meraba makna kalimat sang gadis yang tak ia pahami sama sekali.

"Kamu manjat sayang.. ambilin.. ya?" Rayu sang gadis penuh asa.

Punggung sang pemuda lalu di dorong mendekat batang besar si pohon mangga oleh nya.

Dengan bahasa tubuh, [Name] terus berjuang membuat Kageyama paham dengan pinta nya.

"Tuh tuh, yang mateng tuh yang gede-gede." Tunjuk nya pada beberapa mangga pilihan.

"Tenang aja, aku udah sohib sama pa haji. Nanti ku bilang aja kalo minta. Dah sana manjat buruan..." pinta nya lagi. Kali ini dorongan pada punggung Kageyama sukses mencium kan dua bilah bidang sang pemuda dengan batang pohon.

"Boku.. wakanai yo. Ki ni noboru, ka? Mango o kari?"
("Aku.. ga ngerti. Naik pohon kah? Petik mangga?")

"Ah! Mango! Iya bang mango! Petik mango! Pinter!"

Ibu jari menjadi perwakilan terbaik [Name]-tanda persetujuan. Baiklah, bahasa tubuh berhasil. Sisanya tinggal ikhtiar panjat nya saja.

[Name] menarik nafas dalam-dalam, menaruh dua tapak tangan nya di samping wajah. Ia, bersiap untuk teriak penuh energi.

"PA HAJEEE AKU MINTA MANGGAA, IYA AMBIL AJA NAKKK. Oke." Pekikan tak bertuan, tanpa tujuan. Akhlak kaula muda jaman now, menyahut sendiri kala tak dapat jawaban.

ISEKAI Portal || Haikyuu X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang