Gulf hanya diam saja. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Menatap datar kearah sup yang sedang ia panaskan.

"Mandilah. Aku akan menyiapkan makanan, ah tapi jika kau tidak ingin memakannya tidak apa-apa. Nanti dibuang saja. Yang jelas aku sudah menyiapkannya"

Gulf sudah terlalu lelah. Cukup semalam dia mendengarkan semua asumsi yang menampar dirinya. Belum lagi kenyataan bahwa sebenarnya tidak ada yang benar-benar tulus menyayanginya. Semua punya maksud tersendiri. Ntah itu untuk perusahaan, untuk reputasi atau untuk kepentingan kepuasan diri.

Sesaat setelah menyiapkan makanan ke meja makan, Gulf berjalan menuju kamar dan meninggalkan Mew yang sedari tadi belum beranjak dari tempat duduknya.

"Ada apa denganmu Gulf? Kau benar-benar aneh. Aku merasa kau mendiamkanku"

Tanya Mew yang membuat Gulf menghentikan langkahnya.

"Aku memang aneh sedari dulu kan?"

Jawab Gulf sedatar mungkin. Sungguh! Gulf tidak ingin ribut saat ini. Gulf hanya ingin istirahat di kamarnya dan mencoba untuk melupakan semua kekacauan ini barang sebentar.

Sebelum Gulf melangkahkan kakinya lagi, Mew sudah lebih dulu mencekal tangannya.

"Apa maksudmu? Hey bukankah kita sudah sepakat untuk berteman?"

Gulf akhirnya membalikkan badannya dan melihat kearah Mew yang masih bertahan dengan muka masamnya.

"Kau.." Gulf menggantung kalimatnya

"Mandilah.. "

Mew hanya bisa menatap Gulf bingung, dari pertanyaan yang ia ajukan, kenapa Gulf malah mengatakan hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pertanyaan yang ia ajukan.

"Gulf apa maks-"

"Mandilah. Kau bau wanita itu. Parfum wanita itu menempel di bajumu. Aku ingin muntah"

Belum sempat Mew membalas ucapannya, Gulf langsung bicara kembali

"Setelah kau mandi, baru kita bicara. Aku ke kamar duluan."

Gulf melepas tangan Mew yang tadinya masih mencekal tangannya. Lalu Gulf segera meninggalkan Mew yang masih mematung ditempat.

"Gulf.. kenapa... dia begitu dingin.."
.
.
.
.
.
.
"Baiklah, ayo bicara"
Mulai Gulf tanpa basa-basi terlebih dahulu setelah melihat Mew masuk menuju kamar mereka.

"Apa yang membuatmu tampak begitu marah?"
Tanya Mew dengan tidak sabar.

"Aku banyak fikiran"
Gulf membalas dengan singkat. Dan sesaat Gulf berfikir, apa perlu dia menceritakan semuanya kepada Mew? Gulf terlalu lelah untuk berfikir sendirian dan terlalu malu untuk bercerta ke dokter singto maupun kekasihnya karena mereka sudah banyak membantu Gulf.

Melihat Mew yang tidak memberikan respon apapun setelah mendengar jawaban Gulf, maka Gulf kembali berbicara.

"Phi, kau tau kan aku menyukaimu. Sangat."

Mew melebarkan matanya, tidak menyangka setelah sekian lama dia mendengarkan lagi pernyataan cinta dari Gulf. Ntah kenapa jantung Mew berdebar sangat kencang. Ah! Mungkin saja ini karena Mew terlalu terkejut dengan pernyataan tiba-tiba yang sudah lama tidak dia dengar dari si bibir plum itu.

"Dan phi.. kau.. tidak akan pernah berkeinginan untuk berhubungan sex denganku kan?"
Tanya Gulf lagi.

"T-tentu saja! A-aku masih pria normal!"

Mew gelagapan. Kenapa tiba-tiba pertanyaan Gulf menjadi seintim ini?!

"Kalau begitu.. Phi.. tolong izinkan aku berhubungan sex dengan pria lain.."

Duar! Permintaan Gulf barusan membuat darah Mew rasanya naik keatas kepalanya. Jantungnya berdebar sangat cepat. Apa-apaan?! Berhubungan sex dengan orang lain?! Ow jangan lupa dengan seorang pria lainnya?! Gila. Gulf sudah tidak waras.

"APA KAU GILA KANAWUT?! OTAKMU TERGUNCANG SELAMA AKU TIDAK DI APARTMENT KEMARIN?! ATAU KAU SALAH MEMINUM OBAT?!"

Mew berteriak yang membuat suaranya bergema di seluruh penjuru apartment miliknya.

Gulf hanya menatapnya nanar dan tersenyum. Manis. Sangat manis.

"Izinkan aku sekali ini saja. Tolong izinkan aku hanya kali ini"

Melihat kesungguhan dari mata Gulf, Mew langsung turun dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar dengan keras serta menutupnya dengan sekuat tenaga.

"JANGAN PERNAH KELUAR DARI KAMAR INI JIKA OTAKMU MASIH BELUM WARAS!!"

Teriak Mew dari luar kamar.

"Aku hanya perlu hamil Phi.. aku hanya perlu menghasilkan bayi untuk membalas budi ibuku..."

Gumam Gulf sembari menundukkan wajahnya.

"Aku harus hamil bagaimanapun caranya. Walaupun itu harus mengorbankan nyawaku. Ini semua demi ibuku.. demi membalas kebaikan ibuku selama ini.. pasti berat.. pasti berat baginya untuk berpura-pura menyayangiku selama ini.. hiks"

Menangis. Gulf menangis lagi. Sembari mengingat kalimat yang Singto ucapkan waktu itu.
.
.
.
.

Flashback saat Singkit mengunjungi apartmen MewGulf
.
.
.
.
.
.
.
.
HAI KESAYANGAN THOR 💞
GATAU MAU NGOMONG APA TAPI YANG JELAS TETEP TUNGGUIN UPDATE DARI CERITA INI YA!!
GATAU BAKAL LANJUT KAPAN, TAPI THOR USAHAIN MOOD THOR BAGUS PASTI AKAN LANJUT WKWKWK
THOR LOVE U GUYS 💚💙💜😘

SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang