01.Pertemuan

3.6K 419 2
                                    

"Pah, besok Jisung udah mau masuk sekolah lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pah, besok Jisung udah mau masuk sekolah lagi."

Suasana hening menyelimuti meja makan malam ini, Sehun tau kemana arah pembicaraan ini selanjutnya, tidak ingin Jisung mengatakan yang macam-macam dengan sebisa mungkin Sehun mematikan topik pembicaraan.

"Besok papah yang anter, gak usah minta yang macem-macem."

Jisung terdiam sejenak, sesering itu kah dia meminta pada papahnya.

"Tapi apa papah gak mau mikirin lagi soal itu? Bentar lagi udah mau bulan puasa tau pah."

Sehun menghela nafasnya lelah, ia sebenarnya kasihan melihat Jisung yang terus-terusan memintanya untuk menikah lagi, setelah kejadian perceraiannya dengan mantan sang mantan istri tiga tahun yang lalu Sehun takut untuk memulai kembali sebuah hubungan baru, takut akan gagal seperti waktu itu.

"Kalo ada jodohnya ya,"

Selalu alasan itu yang Sehun lontarkan, Jisung sampai hapal dengan kata-kata itu.

"Sampai kapan pah? Jisung capek liat temen-temen yang punya keluarga lengkap, Jisung iri pah."

Jisung mencengkram kuat sendok makan yang ada di genggamannya, menahan gejolak emosi yang muncul tanpa seizin pemuda itu.

"Jisung cuman mau puasa tahun ini ada sosok mamah di rumah ini, tolong pikirin baik-baik pah"

Pemuda itu berdiri dari kursinya, meninggalkan kesunyian meja makan dengan segala perasaan yang tidak menentu.

Sejujurnya Sehun juga merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakan putranya itu, ia merasa kesepian setelah perceraian tiga tahun lalu.

Namun apa daya otaknya seakan menolak apa yang menjadi permintaan Jisung padanya tapi hatinya dengan senang hati mengiyakan permintaan itu.

Sehun benar-benar di buat pusing dengan situasi ini.

drttt...drttt...

Sejeong....

Sehun menetralkan deru napasnya yang semua menahan tangisnya sebelum mengangkat panggilan telepon dari sang adik.

"Assalamualaikum kak"

Terdengar suara dari sebrang sana, seperti biasa Sejeong dengan nada suaranya yang ceria menyapa Sehun yang selalu kaku dingin dan juga cuek.

"Waalaikumsalam, ada apa? Tumben telfon malam-malam gini."

"Kakak kenapa? Abis nangis ya?"

Sial.Sejeong selalu tau kondisi Sehun dalam keadaan apa pun itu hanya dengan mendengar nada bicaranya atau raut muka Sehun.

"Gak, cuman perih abis motong bawang tadi, kenapa nelfon?"

Terdengar gumaman dari sebrang sana terdengar seperti nada yang tidak percaya.

Bunda | LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang