0

596 123 13
                                    

"K-Kenapa?" tanya Yoona.

"Nomor tiga, aku tidak setuju."

Yoona melongo beberapa saat, sebelum menyambar kertas 'peraturan' lainnya, yang ia siapkan untuk dirinya sendiri.

"Nomor tiga..." Yoona membaca peraturan itu, lalu memekik.

"Kenapa?!"

"Harusnya aku yang bertanya, apa maksudnya 'dilarang menyentuh makanan yang bukan miliknya'? Pelit sekali." Komentar Chanyeol.

Yoona ingin membalas, tapi mulutnya hanya terbuka lalu mengatup lagi. Ya memang sih terdengar sedikit kejam. Tapi bagaimana kalau itu makanan kesukaan, limited edition, hanya ada setahun sekali, mahal, dan dibeli dengan uang gajinya selama sebulan?! Bukankah itu kerugian besar untuk salah satu pihak.

"Aku tidak setuju dengan nomor tiga. Sebagai gantinya, aku akan mentrasfer gajiku ke rekeningmu, jadi apa yang kau beli akan menjadi punyaku juga. Mengerti?"

Tanpa menunggu jawaban Yoona, Chanyeol mengambil pulpen yang ada di meja dan mencoret peraturan nomor tiga lalu menggantinya dengan kalimat "makanan di rumah ini adalah milik bersama dan harus berbagi."

"Nomor enam." Kata Chanyeol. Dan sebelum Yoona mengucapkan apapun, ia kembali berkata.

"Kita tidur di kamarku."

"Mwo?!" saking kagetnya, Yoona memekik dengan banmal, padahal ia selalu menggunakan jeondaemal kepada Chanyeol.

"Kau tidak berpikir, bagaimana kalau tiba-tiba orangtua kita datang dan mengetahui kalau kita tidur di kamar terpisah? Apa kau yakin mereka tidak akan menikahkan kita untuk kedua kalinya?"

"Tapi tetap saja..." Yoona mencoba berdalih. "A-Aku... aku tidak bisa tidur dengan orang lain. Kau pasti akan menyesal kalau tidur bersamaku."

"Tidak! Bukan itu! Pokoknya tidak bisa!" Yoona buru-buru menambahkan. "Bagaimana kalau semua barangku ditaruh di kamarmu, tapi aku tidur di kamar lain?"

Chanyeol tampak berpikir sejenak, sebelum mengangguk sambil berkata "Baiklah."

Ia pun kembali mengganti tulisan di kertas itu, begitupun dengan Yoona.

"Nomor tujuh. Apa kita ini masih SMA? Kenapa harus ada jam malam?!"

"Itu... aku tidak bisa tidur sebelum seluruh anggota keluargaku pulang ke rumah." Jawab Yoona "Karena kita berada di satu rumah, kupikir tidak ada salahnya seperti itu."

"Kau tidak perlu menungguku."

"Aku akan mengabarimu."
Yoona mengangkat pandangannya dari kertas.

"Kalau aku pulang telat, aku akan mengabarimu. Dan sebagai gantinya, kau juga harus begitu."

"Apa... ada lagi?" tanya Yoona hati-hati.

"Aku tidak mengerti maksud nomor delapan."

"Nomor delapan ya..." kata Yoona. "Maksudnya, kau maupun aku boleh memiliki hubungan cinta dengan orang lain. Tapi jangan sampai orang selain kau dan aku mengetahui hal itu-terutama keluarga kita."

"Tunggu, satu lagi. Nomor sepuluh."

"Biar kutegaskan di sini, Yoona-ssi." Chanyeol meletakkan kertasnya di meja dan mengubah posisi duduknya.

"Tidak ada batas waktu tiga bulan, atau lima bulan, bahkan satu tahun sekalipun. Kita tidak akan bercerai."

Yoona tidak langsung menjawab. Ia menatap hampa meja di depannya, lalu menjawab. "Tidak. Kita ganti nomor sepuluh; tidak ada kata percerai-"

"Chanyeol-ssi, dengarkan aku." Potong Yoona, dan berhasil membuat Chanyeol menatapnya lagi.

"Bagaimanapun, kita belum saling mengenal, dan mungkin banyak masalah yang akan kita hadapi ke depannya. Apa kita harus bertahan kalau itu menyakiti satu sama lain?"

Setelah beberapa saat saling berdiam dan fokus pada pikiran masing-masing, Chanyeol pun berkata. "Kita akan bercerai jika waktu mengehendaki."

Deal....?

Deal...!

****

•Lien D'amour• (M) [Terbit Ebook]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang