Part 9 - Perebutan Hak Asuh

Mulai dari awal
                                    

Di seberang sana, Doni pun tak mau kalah. Pengacara handalnya sudah duduk tepat di sampingnya, kini hanya tinggal menunggu hakim mengetuk palu pertama sebagai tanda dimulainya sidang.

"Baik, sepuluh menit lagi sidang akan di mulai. Saya meminta kepada pihak yang bersangkutan untuk bersiap-siap dengan gugatannya masing-masing, beserta bukti-bukti yang kuat untuk bisa memenangkan sidang ini," sahut sang ketua hakim.

Sang hakim hampir saja mengetuk palu pertama sebagai pertanda bahwa sidang akan dimulai, namun pengacara Nisa sudah datang.

"Dengan ini saya nyatakan, sidang dimulai."

Tok.

"Baik, silahkan dari pihak penggugat terlebih dulu."

"Terima kasih Pak hakim. Saya selaku pengacara menyampaikan tuntutan dari klien saya atas nama Doni Alfalan Zarizy, beliau melaporkan bahwa saudari Nisa Azkana Naira, tidak memberi izin kepada saudara Doni untuk bertemu dengan putri kandungnya sendiri. Saudara Doni sudah mendatangi pihak keluarga Nisa dengan cara baik-baik, tetapi malah menerima pengusiran. Sekian Pak hakim."

Beberapa hakim yang berada di persidangan, mulai mencatat laporan dari penggugat, Doni.

"Silahkan saudari Nisa memberikan keterangannya, apakah saudara Doni benar berkata demikian?" tanya sang hakim pada pengacara Nisa.

"Baik, dari klien saya atas nama Nisa Azkana Naira, menyatakan ya. Saudara Doni memang berkata benar. Tetapi di luar dari itu, pihak dari saudari Nisa maupun keluarga, menolak kedatangan saudara Doni dikarenakan mereka tidak ada hubungan keluarga, saudara Doni dan saudari Nisa belum terikat pernikahan, ini membuat saudara Doni tidak memiliki hak untuk mengalihkan hak asuh untuk jatuh di tangannya."

"Tapi bagaimanapun anak itu merupakan darah daging dari saudara Doni, Doni tetap memiliki hak atas anaknya."

"Tapi saudara Doni lepas akan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Selama saudari Nisa mengandung, melahirkan, hingga anak tersebut kini berumur tiga tahun, saudara Doni tidak sedikitpun datang mengunjungi, juga tidak menemani Nisa selama masa kehamilan maupun saat persalinan."

"Mohon maaf Pak hakim, saya izin memotong," kilah Doni, ia ingin membenarkan semuanya di depan hakim.

"Pak hakim yang terhormat, sebelumnya saya sudah mencari keberadaan Nisa dan keluarganya, bermaksud untuk menikahi Nisa saat itu, tapi orang tua Nisa menolak niat baik saya. Mereka bahkan tidak memberitahu kepada saya bahwa saat itu Nisa sedang mengandung anak saya, orang tua Nisa menyuruh saya untuk menjauhi Nisa dan tidak lagi kembali setelah itu," terang Doni kepada saksi mata yang ada di persidangan tersebut.

Tok tok.

Diketuknya palu kedua tanda bahwa para hakim tengah melakukan keputusan.

Perdebatan di pengadilan kian berlangsung, Nisa hanya bisa mengandalkan ilmu seadanya mengenai kehidupannya selama ini, bagaimana ia berjuang merawat dan membesarkan Akira seorang diri tanpa uluran tangan dari Doni sedikit pun.

"Pak hakim, saya juga izin bicara." Nisa dipersilahkan bersuara.

"Saya sudah berjuang merawat Akira dengan sangat baik selama ini, saya mampu menjamin kebutuhan anak saya, Pak. bahkan tanpa bantuan dari orang-orang sekalipun. Termasuk Doni, yang tak lain adalah ayahnya sendiri."

The Past (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang