MCB-02

53.3K 4.4K 195
                                    

Setelah kejadian dimana sang mamah aren berteriak bahwa asla adalah menantu nya.

Mereka kini berada di ruang tamu rumah aren, asla dan mamah aren sedang berbincang masalah pembullyan aren sebari menunggu aren yang masih mandi dan berganti baju di kamarnya.

"asla sayang gak sama aren?"

Kini pertanyaan mamah aren melenceng ke pembicaraan lain hal itu membuat asla gugup setengah mati.

Tapi untungnya belum sempat asla menjawab aren datang dari arah tangga lalu berlari menuruni tangga.

Kini terlihat aren yang segar karena efek mandi yang membuat asla memandang aren dengan tatapan kagum.

Bagaimana tidak kini aren hanya memakai celana selutut, baju kaos berwarna hitam di sertai rambut basahnya yang membuat aren tambah sexy menurutnya.

Asla heran kenapa banyak yang membully aren? Padahal aren memiliki paras yang tampan menurut asla.

"iya mamah tau anak mamah ganteng, gausah sampe segitunya ngeliat anak mamah kali la" mamah aren terkikik melihat asla yang menatap aren tanpa kedip.

Asla tersadar lalu mengaruk tekuk nya yang sama sekali tidak gatal untuk mengurangi kegugupannya "maap tante, habisnya aren beda banget sama gayanya di sekolah".

Aren juga ikut malu ketika tahu bahwa asla memandangi nya dengan intens begitu.

"gapapa kali la mamah juga tau ko" mamah aren tersenyum geli melihat asla yang masih gugup.

Mamah aren mendekatkan bibirnya pada telinga asla "mamah tau asla suka sama anak mamah" hal itu membuat pipi asla memerah malu.

"mamah bilang apa sih sama kak asla? Pake bisik bisik segala" aren mencibir sambil berjalan ke arah sofa dekat mamahnya.

Mamah aren berdiri dan membiarkan aren duduk "kamu jangan kepo ini urusan mamah sama calon mantu, udah kamu duduk aja temenin calon mantu mamah, mamah mau masak".

Mamah aren berjalan menuju dapur dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.

Aren duduk di sebelah asla yang masih menundukan kepalanya "kak asla mamah tadi bilang apa sama kakak?"

Oke, jiwa kepo aren kumat.

"mamah lo cuman bilang biar gue jagain lo kalau lagi di sekolah" asla mendongkak dan melihat wajah aren yang masih menatapnya.

"ohh gitu yah kak, tapi kalau kakak keberatan buat jagain aku jangan yah kak nanti ngerepotin soalnya" aren merasa tak enak dengan asla.

"emang lo bisa jaga diri sendiri?" asla menaikan sebelah alisnya.

Aren kesal dengan jawaban asla lalu mencubit perut asla dengan kencang sehingga membuat asla berteriak, bukan karena sakit namun dia hanya kaget saja.

"gila lo main cubit aja" asla melotot ngarang ke arah aren membuat aren menundukan kepalanya takut.

"ma-af kak ja-jangan marah hiks" aren menitikan air matanya sambil memilin jarinya.

"hey jangan nangis gue kan cuman kaget sama apa yang lo lakuin tadi, gue gak marah ko" asla mengusap air mata aren.

Lalu tiba tiba aren memeluknya dengan erat menyembunyikan kepalanya di ceruk leher asla.

"maafin aren" asla mengangguk lalu mengusap rambut setangah kering milik aren membuat aren nyaman.

Cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya asla menyadari tidak ada gerakan atau suara tangisan dari aren mencoba melihat dan benar saja dugaan nya.

Aren tertidur sebari terus memeluk nya dengan erat.

Asla tersenyum tak biasanya dia membiarkan orang asing memeluknya selama ini.

Asla kembali mengusap rambut aren begitu juga tangan kanan nya yang menganggur membantu mengusap punggung tegap lelaki di depannya ini.

Dia sedikit heran kenapa aren begitu manja pada dirinya? Ah entah lah mungkin memang sikafnya seperti ini.

Mamah aren yang sedari tadi melihat interaksi sang anak dengan asla hanya tersenyum manis.

Dia tidak pernah menyangka bahwa anaknya bisa begitu cepat nyaman dengan orang yang Baru dia temui beberapa jam lalu.

Mamah aren berjalan menuju asla yang masih tengah memeluk aren dengan sayang, kini dia bisa menilai bahwa asla sangat sayang pada anaknya.

Dia juga seorang wanita bisa merasakan dan melihat bagaimana rasa sayang dan cinta asla kepada aren anaknya.

Ah sudahlah asla ini memang harus menjadi menantunya.

Asla yang melihat mamah aren menghampiri hanya bisa tersenyum manis sekaligus merasa tak enak karna memeluk anaknya di depan sang mamah langsung.

Mamah aren menyuruh supir pribadi nya untuk mengangkat aren menuju kamarnya dan menyisakan asla dan mamah aren di ruang tamu.

"tolong jaga aren yah sayang" mamah aren mengelus lembut rambut asla membuat asla mengangguk mantap.

"tante boleh aku mencintai aren?" mamah aren tersentuh dengan ucapan asla walau hanya lima kata tapi hal itu membuat dirinya senang sekali.

"tentu sayang, tapi ada syarat nya" ujar mamah aren membuat asla mengeryit, apakah syarat yang akan diberikan oleh mamah aren padanya.

"syarat nya apa tante?" tanya asla.

"jangan pernah panggil tante oke, panggil mamah aja itu doang syarat dari mamah" hal itu membuat asla tersenyum manis lalu memeluk mamah aren dan di balas pelukan erat oleh mamah aren.

"makasih mamah" ucap asla membuat mamah aren mengangguk mantap.

Memang bukan hal yang biasa dan bahkan jarang sekali ada gadis yang mau meminta izin kepada orang tua lelaki agar mengizinkan nya mencintai sang anak.

Tapi apapun di lakukan oleh asla karna asla sangat mencintai aren pada pandangan pertama.

Sangat senang rasanya bisa di izinkan mencintai aren.

Bukan hanya asla yang senang namun juga mamah aren yang begitu bersyukur dikirimkan asla untuk anak nya.

Semoga saja dirinya tidak salah memilih dan semoga saja asla tidak akan pernah mengecewakan dirinya seperti gadis yang sudah sudah.

Mereka hanya memanfaatkan harta aren, sedangkan asla memiliki kasih sayang yang besar terhadap anak semata wayang nya itu.

Ya dia tau karna dia bisa merasakan nya.

Semoga dengan hadirnya asla membuat aren menjadi lebih bahagia dari sebelumnya.

Dan semoga asla bisa menjaga kepercaya yang di berikan oleh dirinya.

Dia yakin asla sangat mencintai dan menyayangi anak nya sama seperti dirinya menyayangi aren.

....

Udah yah beb chap2 nih

Gw semangat banget nulis ceritanya.

Semoga bisa sesukses cerita cerita orang lain yah amin...

Udah lah see youu

Smpe ketemu di chap3

SALAM LUCU DARI ISTRI NYA SASUKE 🤣🤣

My Childish Boy Where stories live. Discover now