Part 2

609 95 6
                                    

Kini Prilly telah berada di kantor ketua yayasan atau direktur utama Cathay High School bertemu dengan Fenila ibu dari Katarina yang berpenampilan glamour dan berkepribadian yang anggun.

"Aku ingin dia di keluarkan dari sini sekarang juga!" Ucap Prilly.

"Siapa yang kamu maksud?" Tanya Fenila.

"Guru olahraga kampung itu." Ucap Prilly.

"Joko?" Tanya Fenila.

"Ya, pecat dia sekarang juga!" Ucap Prilly.

"Tidak bisa." Ucap Fenila.

"Loh kenapa bu?!" Ucap Katarina.

"Ibu tidak bisa melakukannya karena dia adalah rekomendasi dari salah satu pemilik saham besar di sekolah ini." Ucap Fenila.

"Dia telah menyiramku pakai air kolam ikan dan anda membiarkannya berkeliaran di sekitarku? Yang benar saja!" Ucap Prilly dengsn nada tinggi.

"Lalu harus bagaimana lagi? Saya tidak bisa melakukannya!" Ucap Fenila.

"Ck, punya jabatan tertinggi tetapi tidak berguna." Ucap Prilly lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hey Prilly! Perhatikan bicaramu kepadaku yang jauh lebih tua darimu, itu tidak sopan!" Ucap Fenila.

Prilly pun tertawa sinis.

"What? Aku tidak salah dengar? Kamu masih menyuruhku untuk sopan kepadamu dengan apa yang telah kamu lakukan terhadap keluargaku?" Ucap Prilly.

Prilly pun langsung menghampiri Fenila dan membisikkan sesuatu kepadanya.

"Aku tahu kamu adalah tersangka yang membunuh bundaku kan?" Ucap Prilly lirih di telinga Fenila.

Fenila pun langsung melotot.

"Prilly!!!" Ucap Fenila dengan nada tinggi.

"Jaga ucapanmu! Aku tidak melakukannya!" Ucap Fenila menatap tajam Prilly.

Prilly pun tersenyum miring.

"Aku pasti akan mendapatkan bukti itu secepatnya dan aku yakin seluruh bukti itu akan mengarah kepadamu." Ucap Prilly lalu pergi.

Fenila pun melihat kepergian Prilly dengan menahan amarahnya.

"Bu, apa maksud ucapan Prilly? Ibu memangnya berbuat apa kepadanya?" Tanya Katarina.

"Ibu tidak berbuat apapun jangan dengarkan dia, sudah kamu kembali saja ke kelas, ibu masih banyak kerjaan jangan ganggu." Ucap Fenila yang berusaha santai.

Katarina pun menghentakkan kakinya lalu pergi.

Fenila pun langsung memencet handphonenya untuk menelfon Gideon.

"Puterimu semakin lama semakin kurang ajar dan membuat darahku mendidih,kamu urus dia!" Ucap Fenila lalu mematikan telfonnya.

Skip.

Kini Prilly dan James pun telah sampai Penthousenya lalu mereka pun masuk.

"Prilly!" Panggil Gideon dengan nada tinggi.

Prilly dan James pun menoleh.

"Kamu bicara apa dengan Tante Fenila?!" Ucap Gideon.

"Dia mengadu kepadamu?" Ucap Prilly lalu tertawa sinis.

"Aku hanya berkata bahwa dia yangg telah membunuh bundaku,tidak disangka reaksinya akan sepanik ini sampai mengadu kepadamu." Ucap Prilly.

War In LifeWhere stories live. Discover now