Part 8 - Bertemu Luka Lama

Mulai dari awal
                                    

Flashback off.

"Kiraaa," teriak Nisa, ia belum menemukan entah di mana keberadaan putrinya itu. Ia kembali menyusuri lorong hingga sampai pada ruangan yang pintunya agak sedikit terbuka.

Nisa dengan kesadarannya yang sudah dikendalikan oleh rasa khawatirnya itu, menerobos pintu ruangan tersebut.

"Mama," panggil Akira.

"Kira kamu ke mana aja, Sayang. Mama khawatir sama kamu." Nisa memeluk erat putrinya, sedang pasien yang tengah terduduk di bangkarnya itu terpaku melihat sosok yang tidak asing baginya.

"Nisa," panggil sang pasien dengan suara pelan, membuat Nisa kian menoleh.

Terguncang. Bagai disambar petir di siang hari, pasien di depannya itu adalah pria yang sudah sangat lancang menghancurkan masa depannya, yang telah membawa penderitaan besar dalam hidupnya.

"Janji, sampai kapanpun kita akan selalu bersama, bahkan setelah ini, aku akan tetap ada buat kamu, selalu."

"Iya Don, kamu tetap menjadi Doni ku yang keren."

"Dan kamu tetap menjadi Nisa penyabar yang aku kenal, yang selalu tahan dan mau mengalah sama sikap aku yang kadang amburadul ini."

Nisa menatap Doni dengan tatapan yang penuh amarah, air matanya seketika mengalir dengan sangat deras, ia kembali mengingat masalalu yang menyakitkan itu.

"Nisa." Seuntai senyum terbit di sudut bibir Doni.

"Nisa, dia anak aku?" tanya Doni memastikan.

"Anak? Anak dari mana? Dia bukan anak kamu!" sergah Nisa.

"Nisa, dia anak kita 'kan?" tanya Doni kembali memastikan.

"Dari mana aja kamu Don, DARI MANA AJA!" teriak Nisa lantang. "Setelah kamu berhasil merenggut semua kehormatan aku, kamu pergi gitu aja, menghilang tanpa kabar. Dan kamu bilang anak kita? Ha, jangan mimpi kamu Don!" pekiknya.

"Nisa, aku bisa jelasin kejadian waktu itu. Nisa dengarin aku dulu. Nisaaa," teriak Doni, Nisa pergi meninggalkan ruang rawat Doni dan membawa Akira bersamanya.

Hati Nisa remuk dengan semua ini, ia sudah berusaha keras untuk melupakan masalalunya, namun takdir membuatnya bangkit kembali.

Nisa berjalan menemui Rian dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir, ia lelah. Lelah dengan permainan dunia yang tak pernah lengah mempermainkan kehidupannya.

Rian melihat bekas air mata di wajah Nisa, mata sembabnya itu membuat Rian khawatir.

"Nisa kamu kenapa, Sayang?" Nisa tak menggubris, memilih bertanya pada Akira. "Kira, Mama kenapa sampai nangis begini?" Akira menggeleng, tidak tahu harus mengatakan apa.

"Tenangin diri kamu sekarang, cerita ada apa, kenapa sampai nangis gini?" Rian memeluk Nisa, berusaha memberi ketenangan dalam dekapannya itu.

"Dia jahat Ian, dia jahat." Nada putus asa terdengar sangat kental dari suaranya.

"Siapa Sa?" decak Rian tidak sabaran.

The Past (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang