Surai blonde itu berterbangan kala semiliar angin menerpanya. Rose tak pernah merasa sesantai ini.

Mendekati bait akhir lagunya, wanita itu merasakan air yang menetes dari atas mengenai lengannya. Sepertinya akan hujan. Bersamaan dengan itu tiba-tiba senar gitarnya putus tanpa sebab, hingga melukai jemarinya.

Sesuatu kembali menetes mengenai badan gitar Rose. Kali ini tidak berwarna bening seperti sebelumnya. Tetapi merah kecoklatan, seperti darah.

Cairan itu terus menetes hingga membasahi dress yang Rose pakai, sampai akhirnya ia menyadari kalau darah itu mengucur dari hidungnya.

"Tolong.." wanita itu meraba lehernya kala tak ada suara yang terucap. Lagi, ia mencoba untuk teriak.

"Tolong!!" Tapi hasilnya sama, Rose tidak bisa bicara.

Darah yang mengalir dari hidungnya makin banyak keluar, merembes kepakain Rose dengan air mata berjatuhan. Rose panik, ia berniat pergi dari sana tetapi tangannya di tarik seseorang. Membuatnya terduduk kembali.

"Lisa?" Ujarnya tanpa suara. Yakin kalau itu benar-benar Lisa, Rose memeluk wanita itu sambil sesegukan. Ia menangis lagi.

"Tak apa," ucap Lisa sembari mengelus bahu Rose.

"Walaupun kau sekarang tidak bisa bicara, seenggaknya kau masih bernyawa." Kata Lisa. Rose terdiam, masih sesegukan.

"Suara yang indah adalah kunci dari seorang penyanyi, sama halnya seperti pelari yang harus memiliki sepasang kaki," jelas Lisa. "Aku menginginkan suaramu, jadi tak ada salahnya kan kalau kuambil?"

Rose langsung melepas pelukannya, ia menatap Lisa bingung. Apa maksudnya?

"Aku menginginkan suaramu Chaeyoung-ah," ucap Lisa sambil menyeringai. Rose melangkah mundur sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau bukan Lisa!" Teriak wanita itu tanpa suara. Lisa yang berada di depannya berdiri, sangat tinggi hingga Rose hanya sebatas dadanya saja.

Lalu mata Lisa berubah merah, tangannya yang gesit tiba-tiba sudah mencengkram leher Rose. Dalam sekejap, tenggorokannya berhasil diremuk hanya dalam satu genggaman.

×××

"Akhhhhhhhhh!" Rose terbangun dari tidur lelahnya yang terasa panjang. Napasnya tersenggal dengan peluh deras mengalir dari pelipisnya.

"Ada apa?" Tanya Jennie yang menghadap ke kaca. Mereka masih berada di ruang latihan.

"Hanya mimpi." Wanita itu mendesah lega seraya merebahkan diri lagi di lantai yang dingin. Di menatap langit-langit ruangan latihan.

"Ekhem! Ekhem!" Coba Rose mengetes suaranya. Lagi-lagi ia bersyukur. Suaranya masih ada. Mimpi barusan benar-benar sangat menjengkelkan.

Pintu ruang latihan di dorong terbuka, Mr. Kang masuk sambil membawa dua keresek berisi makanan dan minuman. Wajahnya tampak lelah.

"Aku tidak menemukan Lisa," ucapnya membuat perasaan Jennie dan Rose berubah khawatir. "Aku bahkan menghubungi sahabat-sahabat Idol Lisa, dan mereka sedang tidak bersamanya." Lanjut lelaki itu.

"Mungkin dengan kekasihnya."

Ketika Bianca bersuara, rasanya Jennie ingin sekali menyemburkan air yang ia minum ke wajah wanita itu karena asal bicara.

"Lisa tidak memiliki kekasih," kata Jennie.

"Kau mana tahu, mungkin saja dia merahasiakannya dari kalian." Balas Bianca. Setelah mengatakan itu ia pergi keluar. Jennie yang kesal sudah ancang-ancang ingin melempar botolnya ke arah Bianca. Tapi Mr. Kang menahan.

"Kalau sampai nanti malam Lisa belum pulang. Aku terpaksa memberi tahu PD-nim." Kata Mr. Kang sambil duduk di lantai. Jennie dan Rose menunduk, pikirannya penuh dengan pertanyan-pertanyaan tentang Lisa.

Dimana wanita itu sekarang?

×××

Jisoo berjalan meninggalkan tempat tidurnya. Setelah memastikan semua orang sudah pergi ke agensi, wanita itu berniat memeriksa kamar Bianca. Ia harus mencari cara untuk membawa Lisa kembali.

Tapi sial. Pintunya terkunci. Jisoo melangkah keluar dorm, berjalan ke sisi samping dorm menuju jendela kamarnya Bianca. Jendelanya tertutup, tapi untungnya tidak dikunci.

Jisoo lantas bergegas naik dengan susah payah. Saat tiba di kamar Bianca, tempat pertama yang ia kunjungi adalah meja rias. Tidak ada hal yang aneh di sana, jadi Jisoo berpindah ke lemari Bianca. Hanya ada baju-baju yang di lipat rapih. Tak ada yang mencurigakan.

Wanita itu berkacak pinggang mencari tempat mana lagi yang harus ia periksa. Sampai akhirnya Jisoo menyingkap selimut di tempat tidur Bianca.

Matanya membelalak, ia bahkan sampai membekap mulutnya tak percaya. Banyak kertas dengan tulisan-tulisan aneh berserakan di tempat tidur Bianca. Kertasnya terlihat lusuh. Dan juga ada foto dirinya juga anggota lain.

Jisoo mengambil foto Rose yang tertera angka 2 di sana, saat di balik fotonya tertera tulisan di belakangnya yang makin membuat Jisoo terkejut.

Suara yang indah adalah kunci dari seorang penyanyi, sama halnya seperti pelari yang harus memiliki sepasang kaki.

Jisoo mengambil foto-foto yang lain, foto Jennie, dirinya dan juga Lisa yang sudah seperempat terbakar. Lalu ia bergegas kembali ke kamarnya.

×××

Bingung mau ngomong apa..

Yang pasti jangan lupa vote dan komen yang banyak ya..

Gw lagi nulis bab 4, baru setengah doang sihh..

Secepetnya gw selesain biar bisa cepet² update okgheyyy.

Eh iya sejauh ini ada yang mau di sampein buat para member

Lisa

Jisoo

Jennie

Rose

Bianca

Siyu next babbbbb
Gomawo

The Girl of Evil | ft. BLACKPINKWhere stories live. Discover now