***
"Tidaklah kau dengar? Aku mencintaimu, lebih dari apapun itu, aku sungguh mencintaimu. Bahkan jika aku harus menukarkan semesta sekalipun, bahkan jika tubuhku terbagi dua, aku akan tetap mencintaimu, gadisku."
"Berhenti mengatakan omong kosong, atau aku akan memenggal kepalamu sebelum diriku."
"Kalau begitu mari kita mati bersama!"
"Demi Tuhan apa kau sudah gila?! Untuk apa kau mencintai gadis sepertiku? Kau seorang kesatria terhormat, sedangkan aku adalah seorang bandit. Kau tidak boleh mencintaiku."
"Aku juga... Mencintaimu. Tetapi akhir kita memang tidak indah."
"JANGAN! JANGAN PENGGAL DIA!"
"GADISKU-GADISKU!"
"PENGGAL SEKARANG!"
SRANGGGGGGG!!!
"TIDAKKK!"
"Ck. Film yang sangat jelek." Gadis itu mendecak, merasa sangat bosan dan jenuh.
Hyunsi sudah memasang wajah suntuk setengah mati. Sejak satu setengah jam yang lalu, ia hanya terus duduk dikelasnya dengan memandangi layar monitor yang menampilkan sebuah film. Entah apa tujuan dosen gilanya itu, Hyunsi hanya merasa ini tidak berguna. Ralat. Sangat tidak berguna.
Baiklah perlu kalian tau, Hyunsi selalu menganggap semua dosennya adalah orang gila.
Itu tidak dibenarkan tapi- ahh kalian pasti paham.
"Sedih banget pilem nya anjim."
"Nyesek banget huhuhu... "
"Kenapa ahirnya gini sih?! Demi alek gua nggak terima."
"Pasti entar habis si cewek dipenggal, cowoknya bunuh diri. Liat aja tebakan gue pasti bener."
Hyunsi mendengus keras, tak mengerti apa yang teman temannya pikirkan. Tidak. Lebih tepatnya pada apa yang mereka tangisi.
Heii, ini hanyalah sebuah film. Sebuah kisah fiksi yang diperankan oleh orang dengan akting, tidak nyata.
Beberapa menit setelah film itu selesai, kelas Hyunsi pun juga berakhir. Gadis itu melangkah keluar kelas, meski agak ragu sebenarnya. Entahlah, dia hanya merasa tidak nyaman setelah kejadian bullying kemarin.
Sertttt...
Brakkk!!!
Argghhh!!!
Hyunsi mengerang tertahan saat kepalanya beradu dengan dinding. Tasnya baru saja ditarik, dan tubuhnya didorong cukup keras. Sesaat Hyunsi merasakan kepalanya seperti berputar. Sambil memegangi kepalanya, gadis itupun berbalik, memandang beberapa orang Siswi yang tertawa lepas melihatnya.
"Sakit ya? Kasian... Tapi lo pernah mikir nggak, gimana sakitnya dibunuh kayak yang lo lakuin ke orang-orang termasuk pak Hoseok?" Ujar seorang gadis berrambut coklat itu.
Sungguh, demi semesta dan segala isinya, Hyunsi benar-benar tidak mengerti dengan ucapan gadis di depannya itu. Membunuh pak Hoseok? Dia? Yang benar saja. Dia bahkan tidak tau apa-apa tentang mendiang dosennya itu, bagaimana bisa?
"Apa kau punya bukti sehingga mengatakan hal seperti itu? Aku bahkan tidak mengenal pak Hoseok, aku juga tidak mengenalmu. Atas dasar apa kau memfitnah ku sekeji itu?" Ucap Hyunsi tak terima.
"Nggak usah playing victim! Berlagak seolah-olah lo manusia suci yang nggak tau apa-apa. Gue yang bakal cari bukti secaptnya, dan bikin lo bertanggung jawab." Gadis itu meninggikan suaranya. "Pak Hoseok itu paman gue, dan gue sebagai keluarganya berhak buat ikut campur masalahnya. Lo pikir lo punya apa buat gantiin nyawa-nyawa yang udah lo ambil secara paksa? Lo mikir nggak sih! lo itu pendosa! lo nggak pantes dikasiani! lo nggak pantes hidup!"
YOU ARE READING
BŁACĶ AĞENĐA
Teen FictionIni tentang Na Yasya dengan segala kebenciannya kepada Na Hyunsi yang sialnya adalah adik kandungnya sendiri. "Aku adalah seseorang yang menginginkan kematianmu, kau tau? Melihatmu bernafas saja aku merasa muak, tidak bisakah kau hanya mati dan meng...
