"Pipiku perih, bengkak ya mas?" Tanyanya.

"Iya" Jawab Dewa. Dewa mengambil salep dan menggosokkannya pada pipi Dewi. Hatinya sakit melihat Dewi harus seperti ini.

"Mas, aku...".

"Kau masih merasa tidak enak hati kan. Jangan di pikirkan Dewi, mas tahu kau malu, sakit hati atas perlakuan iblis itu tapi kau harus tahu bahwa aku, keluarga ini mengenalmu. Kami semua pendukungmu, jangan hiraukan perkataan dan pandangan orang lain karena mereka tidak mengenal kita" Ucap Dewa. Dia memberikan semangat untuk Dewi.

Dewa memeluk Dewi mesra dan mencium kening Dewi tidak kalah mesranya. Ciuman Dewa turun ke bibir Dewi. Ciuman lembut tapi berubah menjadi penuh tuntutan karena kedekatan mereka sekarang.

Dewa menatap wajah Dewi dan dia tersenyum. Dewa kembali mencium Dewi penuh mesra. Melumat bibir Dewi dan merasakan kenikmatannya.

Dewi mencengkram pundak Dewa saat mereka saling berciuman mesra. Dia juga mengelus lengan dan dada Dewa. Merasakan otot-otot kekar Dewa.

Kecupan Dewa terus turun hingga ke leher Dewi meninggalkan jejak basah di sana. Membuka pakaian Dewi hingga Dewi setengah polos sekarang.

"Mas" Ucap Dewi pelan

"Malu?" Bisik Dewa sambil tersenyum.
"Kita sudah suami istri, sudah sering mas melihat kau tanpa busana jadi jangan malu lagi" Goda Dewa.

"Mas" Ucap Dewi malu sambil membenamkan wajahnya pada dada bidang Dewa.

Dewa kembali mengecup kening Dewi. Mengajak Dewi untuk masuk dalam gairah yang dia ciptakan. Dewa dapat melihat tatapan mata Dewi yang sudah pasrah dan sudah terpancing gairah. Dewi hanya mendesah dan dia benar-benar membiarkan Dewa yang memimpin. Dewi sudah terlalu terpesona.
Dewa melepaskan penghalang di antara mereka dan menyatu bersama Dewi dalam gelombang gairah kenikmatan ini. Kulit mereka yang saling bersentuhan semakin menambah kesan romantis dan gairah di antara mereka.
Tatapan mata Dewi padanya semakin membuat Dewa bergairah. Hanya Dewi wanitanya. Hanya Dewi yang dia inginkan untuk selalu ada di dalam hidupnya.

Dewa mengeram dan membenamkan wajahnya di leher Dewi saat dia berhasil mencapai puncak kenikmatan bersama Dewi. Dewa mengangkat wajahnya dan tersenyum saat memandang Dewi.
"Terima kasih sayang" Ucapnya lembut dan dia kembali mencium Dewi.

Dewa mendekap tubuh Dewi penuh mesra dan sangat posesif. Hembusan nafas Dewi menyentuh dada bidangnya. Dewi mengecup dada bidang Dewa dan Dewa tersenyum. Tidak perlu banyak kata untuk mengungkapkan rasa di antara mereka. Dewa paham dengan Dewi begitu juga sebaliknya.

***
Satu bulan kemudian...

Yanti pergi menemui Nina tanpa sepengetahuan Dewa. Dewa pasti tidak akan setuju jika mengetahui keinginan Yanti. Yanti paham itu karena Dewa ingin melindunginya. Yanti cukup terkejut saat melihat alamat yang diberikan Nina untuk tempat mereka bertemu.

Yanti keluar dari mobil di temani Yana perawat yang selama ini menjaganya. Kondisi kesehatan Yanti sudah jauh lebih baik dari dulu tapi karena Yana sudah cukup lama bekerja dengannya, dia tetap memperkerjakan Yana.

"Rumah sakit Jiwa" Ucap Yanti saat melihat banguna yang ada di hadapannya.

"Mbak Yanti" Panggil Nina.

"Nina, apa kabarmu?" Tanya Yanti

"Aku baik mbak" Jawab Nina.

"Kenapa kau ajak aku kemari?" Tanya Yanti

"Ayo mbak" Ucap Nina sambil mengajak Yanti masuk.

Yanti masuk ke dalam dan melihat Yasinta di sana. Keadaannya sangat kacau dan dia benar-benar terpuruk. Yasinta berbicara sendiri seolah dia masih bersama Heriawan dan bahagia dengan keluarganya. Dia kadang menangis dan tertawa dan terkadang juga marah sampai dia harus di masukkan ke ruangan khusus agar tidak menyakiti pasien lain.

"Bagaimana dia bisa seperti ini?" Tanya Yanti

"Dia tidak terima dengan kenyataan hidupnya mbak. Sebelum dia parah seperti ini, dia sempat melaporkan Hendro. Dia selama ini menyimpan bukti kejahatan Hendro soal aborsi, pelecehan bahkan pemerkosaan. Masalah ini sedang diurus polisi. Hendro mengelak apalagi sekarang Sinta masuk rumah sakit ini tapi bukti yang di ungkap Sinta benar dan sudah ada korban yang melapor jadi Hendro pasti tidak akan bebas" Ucap Nina.

"Apa aku bisa bicara dengannya?" Tanya Yanti

"Untuk saat ini dokter melarang kita menemuinya mbak. Emosinya belum stabil" Jawab Nina.

"Ya ampun Sinta, mbak di sini. Kenapa kau seperti ini,kasihan Gibra" Ucap Yanti

"Bagaimanan Gibra mbak?" Tanya Nina

"Putusan sudah di jatuhkan hakim tapi hukumannya tidak berat. Tahun depan dia sudah bisa bebas" Jawab Yanti

"Syukurlah semoga saat itu juga keadaan Sinta mulai membaik dan dia juga bisa berkumpul bersama Gibra". Nina berharap yang terbaik untuk sahabatnya itu.

Yanti menatap adiknya dari depan terali di luar ruangan. Dia tidak tahu mengapa Yasinta bisa bernasib seperti ini.

"Tapi mengapa dia sempat melaporkan Hendro?" Tanya Yanti.

"Hendro terlalu menyakitinya mbak, sebenarnya cinta pertama dan cinta yang tidak bisa dia lupakan adalah Hendro tapi karena dia merasa iri, dia merebut mas Heri dari mbak. Hendro sakit hati dan saat Hendro berhasil balas dendam padanya Yasinta terluka. Dia pikir Hendro masih sama seperti dulu tapi siapa pun bisa berubah" Ucap Nina

"Kau benar, terima kasih Nina sudah selalu ada untuk Sinta" Ucap Yanti

"Dia sahabatku mbak, aku menyayanginya" Balas Nina sambil tersenyum.

Yanti dan Nina keluar dari rumah sakit. Untuk saat ini mereka tidak bisa menemui Yasinta tapi setelah Yasinta lebih stabil maka mereka akan mengunjunginya lagi.

***
"Mukamu pucat banget?" Tanya Sissy pada Dewi

"Ini sidang skripsi ya, wajar kali pucat" Ucap Dewi

"Santai aja, kau pasti bisa" Ucap Sissy.

"Tetap aja aku takut" Ucap Dewi.

"Aku akan mendukungmu tenanglah" Sissy memberikan semangat pada Dewi.

Saat giliran Dewi untuk masuk ke dalam ruangan, Sissy hanya bisa memberi semangat dari luar. Dan saat semua sudah selesai, Dewi keluar dari ruangan dengan bahagia karena dia berhasil. Sissy memberikan pelukan pada Dewi tapi tidak berlangsung lama karena Dewi pingsan setelahnya. Sissy panik dan bingung dan dia akhirnya menelepon Dewa.
"Dewi, bangun" Ucap Sissy sambil menepuk pipi Dewi pelan.

Seorang dosen memberikan minyak kayu putih dan Sissy mendekatkan botol minyak kayu putih ke hidung Dewi. Perlahan Dewi membuka matanya dan Sissy lebih tenang.

"Kau gak apa? Kenapa kau sampai pingsan?" Tanya Sissy

"Mungkin aku terlalu takut dan lelah" Ucap Dewi

"Kau lagi hamil ya?" Tanya Sissy.

"Gak, hasil testpacknya masih negatif" Ucap Dewi

Tidak lama kemudian Dewa datang untuk menjemput Dewi dan segera membawa Dewi pulang. Dewa khawatir pada kesehatan Dewi akhir-akhir ini. Mereka sudah test dengan testpack tapi negatif berarti Dewi belum hamil tapi kondisi kesehatan Dewi tidak stabil. Dewa akan membawa Dewi segera ke rumah sakit.

---&---

DEWA & DEWI (Sudah Ada Versi Ebook)Where stories live. Discover now