Chapter 7 (Bagian 2) - Genderang Peperangan

1 0 0
                                    

Dengan usaha yang sangat-sangat keras, Tirion berhasil membopong Eitrigg keluar dari kota dan masuk ke dalam hutan. Melihat kebelakang, dia bisa melihat beberapa kobaran api yang baru muncul dari berbagai bagian kota. Dia bisa mendengar teriakan-teriakan dan suara tabrakan senjata dari jarak yang sejauh ini. Sepertinya para orc cerdik itu berusaha membingungkan dan memisahkan para pasukan manusia. Tirion mengamati bahwa siapapun pemimpin orc itu, dia jauh lebih cerdas daripada chieftain (pemimpin bangsa orc) manapun yang pernah didengarnya.

Dengan lelah, Tirion membaringkan Eitrigg di bawah, di tanah tertutup daun, dan berjongkok disebelahnya. Dia mencoba menenangkan diri dan berpikir jernih mengenai situasi ini. Dia tidak bisa memperhitungkan serangan orc yang tiba-tiba di kota itu, dan berpikir kalau-makhluk itu datang untuk membebaskan Eitrigg, seperti yang baru saja dilakukannya. Apapun alasannya, dia senang atas kedatangan mereka. Dia benar-benar sedih melihat banyak dari saudaranya yang tewas dihadapan orc itu, tapi setidaknya dia berhasil mencapai tujuan yang telah direncanakannya. Eitrigg masih hidup. Dan, meski bobrok dan kurus seperti keadaannya sekarang, Tirion masih memiliki kebanggaan berharganya.

Eitrigg terbaring diam di lantai hutan berrumput. Tirion membungkuk, mengecek denyut nadi orc itu. Semoga orc tersebut hanya kelelahan saat menghadapi siksaan beratnya, katanya dalam hati. Terkesiap panik, Tirion menyadari kalau jantung Eitrigg telah berhenti. Siksaan dari manusia membuat orc itu memiliki luka serius di bagian dalamnya. Jika dia tidak melakaukan sesuatu dengan cepat, Eitrigg akan mati. Reflek, dia menaruh kedua tangannya ke dada Eitrigg dan berdoa, meminta kekuatan penyembuhan sang Light untuk menyembuhkan orc yang sekarat itu. Apakah dia sungguh masih cukup kuat untuk menyembuhkan luka parah seperti ini?

Perlahan, perasaan takut khawatir menyebar di hati Tirion. Tak ada yang terjadi. dia menundukkan kepalanya dalam kekalahan, mengingat dirinya telah dikecualikan dari kekuatan sang Light. Ini tak boleh terjadi, Pikirnya dengan sedih. Dia hampir bisa merasakan nyawa Tirion memudar dan menghilang.

"Tidak!" Tirion menggeram tak berdaya. "Kau tidak akan mati, Eitrigg! Kau dengar aku? Kau tidak akan mati di depanku!" dia berteriak pada orc yang sekarat itu. Sekali lagi ia mengayunkan tangannya ke dada orc itu dan memejam berkonsentrasi dengan seluruh keinginannya. "Dengan berkah sang Light, semoga saudara-saudaramu disembukan." Kata-kata itu terlintas di pikirannya berulang-ulang ketika dirinya berusaha merogoh dalam-dalam meraih kekuatan yang tersembunyi entah dimana di dalam jiwanya. "Dengan berkahnya dia akan menjadi seorang yang baru."

Kekuatan Light tak mungkin diambil dari dirinya, dia bersikeras menolak. Orang-orang bisa melucuti baju besi dan gelarnua, mereka bisa mengambil rumah dan kekayaannya—tapi Kekuatan Light akan selalu berada dalam dirinya. Itu harus.

Perlahan, Tirion merasakan perasaan panas yang meningkat di dalam tubuhnya. Perasaan itu memenuhi pusat tubuhnya dengan kekuatan dan kilauan cahaya keluar dari tangannya. Dia hampir berteriak bahagia ketika merasakan energi yang familiar itu mengalir dari kedua tangannya dan menyelimuti tubuh sekarat orc itu. Tirion merasa seakan dirinya sedang mengambang di udara. Kekuatan dan kemurnian dari sang Light membanjiri seluruh tubuhnya dan mengalir keluar dari tubuhnya seperti cahaya halo dari api suci. Terpesona dan senang dengan kebangkitan kekuatannya, Tirion membuka matanya dan melihat sebuah cahaya keemasan nan hangat telah membungkus Eitrigg. Dia terkagum-kagum, melihat luka-luka memar di tubuh orc itu sembuh tepat di depan matanya. Bahkan luka sayatan yang terinfeksi di kakinya menutup dan sembuh seperti sedia kala.

Energi menghangatkan itu mereda, dan Tirion terjatuh di tanah kehabisan tenaga. Dia berbaring di sana selama beberapa saat dengan megap-megap, berusaha menjaga kepalanya agar tidak berputar-putar. Dengan sebuah dengusan, Eitrigg terbangun-duduk dan melihat sekitar dengan terkejut. Orc tua itu memang pucat dan tampak lemah, tapi matanya masih cerah dan waspada. Eitrigg dengan cepat membangkitkan dirinya ke dalam posisi menunduk bertahan dan mencium udaranya. Dia memperhatikan barisan pepohonan di dekatnya mencari tanda-tanda adanya bahaya, dan sepertinya tak mendapatinya. Eitrigg melihat ke bawah dan melihat Tirion berbaring di dekatnya. Dia berbalik menunduk dengan ragu dan menatap manusia yang kehabisan tenaga itu dengan terkejut.

WARCRAFT - OF BLOOD AND HONOR - TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA- (Fan Translate)Where stories live. Discover now