Respon dari pemain lainnya membuat Romeo seperti tersambar petir. Raut wajahnya yang ceria seketika meredup. Kaget bukan main.
Belum ada pemberitahuan resmi dari klub, tapi kenapa pemain lain mengatakan hal itu?
"Hahaha. Masa pelatih bilang gitu?" Ia tertawa garing. Pembawaannya yang ceria dan supel menyulitkan orang-orang untuk mengetahui isi hatinya yang sebenarnya.
"Kalo emang ini hari terakhir gue latihan bareng kalian, boleh, kan, kasih gue satu tendangan pinalti sebagai salam perpisahan?"
Pemain lainnya mulai bergabung. Mengerubungi Romeo yang berdiri di tengah lapangan berada dalam garis lingkaran.
"Gue mau kiper utama," tukasnya sembari menunjuk Jansen, kiper berperawakan sangar yang sudah dua musim bergabung dengan klubnya.
Mengikuti Romeo yang melangkah mendekati garis pinalti, pemain lain kompak menundukkan kepala tanda berduka.
"Hei, gue nggak mati, woy. Lo pada kayak orang yang lagi ngelayat, dah!" Romeo terkekeh melihat wajah muram teman-temannya.
"Rom!" panggil si kiper sembari bertepuk tangan memberinya semangat. "Tendang sekenceng-kencengnya!"
Sorot mata Romeo berubah. Ketika berhadapan dengan bola, ia seolah menjelma menjadi sosok lain. Serius dan fokus. Ia mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang lalu berlari kencang melesatkan bolanya ke gawang.
"GOOOOOOOOOOL!"
Semua pemain kompak bersorak. Layaknya memenangkan pertandingan sekelas piala AFC, yaitu tingkat Asia, para pemain mengangkat Romeo dan melempar-lempar tubuhnya ke udara.
"Priiiiiittttttt... "
Sampai terdengar peluit panjang yang menyudahi tawa bahagia sekelompok pemain bola itu.
"Romeo, ikut saya ke kantor kepala klub," teriak pelatih dari pinggir lapangan.
Para pemain beradu tatap. Zidane memegangi pundak Romeo, seolah berat melepas lelaki yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu.
Romeo tidak banyak bicara. Ia sempat melempar senyum pada kawan-kawannya sembari melangkah ke luar menghampiri pelatihnya.
***
"Ini surat kontraknya," kata ketua klub tanpa berbasa-basi.
Romeo melirik tanpa minat amplop putih di atas meja. "Berhenti dari klub, sama aja dengan berhenti dari bola. Itu berarti saya juga nggak ada kesempatan buat gabung tim nasional, Pak?"
Manajer klubnya mengangguk pelan. "Mana ada pelatih tim nasional yang mau ambil risiko narik pemain mantan napi?"
Romeo mengangguk-angguk paham, namun tetap menun Saya sudah menjelaskan dari awal kalo saya enggak bersalah. Semua masalah ini karena Papa. Saya cuma -"
"Tetap saja kamu akan dikenal sebagai mantan -"
"Mantan Pevita Pearch, Maudy Ayunda, Nayeon Twice, ck." Romeo mendecih. Berusaha membuat hiburan sendiri. "Saya nggak terima, ya, Pak. Ini pasti keputusan sepihak."
Ketua klubnya, Pak Edward, memberi kode pada manajernya yang bernama Mas Jacob, untuk mengambil setumpuk berkas dari lemari. Isinya dokumen-dokumen penting yang dibutuhkan saat awal merekrut Romeo. Kini semua berkas itu diserahkan kembali pada pemiliknya.
(Ada Edward dan Jacob, kurang siapa, ges? I'm Bella Swan. Xoxoxo :D)
"Kalau tidak ada yang mau didiskusikan, silahkan ke luar dari ruangan saya, Rom," tegas Pak Edward, secara tidak langsung mengusirnya.
YOU ARE READING
LOADING ERROR
RandomEros Perlambang Asmoro, sering dipanggil Cupid Millenial oleh teman-temannya. Sebutlah Mak Comblang versi kekinian. Tak terhitung berapa banyak pasang manusia yang akhirnya bisa berjodoh berkat perantara tangan dinginnya. . Malangnya, ia mengalami...
TARGET 2
Start from the beginning
