Chapter One

44 2 3
                                    

Coffee Talk

Kitano Niichiro bersiul pelan sambil melihat ke kiri dan ke kanan sebelum berjalan cepat menyeberangi jalan, di salah satu area Shinjuku. Langit di kota Tokyo terlihat cerah hari ini, secerah hati Niichiro sendiri. Tentu cuaca cerah seperti ini selalu membuat suasana hati orang senang kan?

Walau ia ingin berkata begitu tapi tentu tidak semua orang berpikir begitu, karena ia tahu ada seseorang yang tidak akan menyukai cuaca cerah seperti ini, terutama di pagi ini. Kitano Akira saudara laki-lakinya.

Hari ini Niichiro berencana untuk bertemu dengan saudaranya, Kitano Akira. Dia tinggal di apartemen di sekitar Shinjuku tapi sebelum itu Niichiro menelepon saudaranya untuk bertemu di kafe terdengat. Niichiro yakin kalau saudaranya sedang menggerutu kesal karena pria itu tidak suka jam tidurnya terganggu.

Niichiro berhenti sejenak ketika lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah, ia melirik ke kiri dan ke kanan lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengetik beberapa tombol di ponsel itu. Sepertinya Akira sudah sampai di tempat pertemuan mereka, ia bersyukur dan sedikit terkejut karena saudaranya memilih untuk bangun dan menemuinya di kafe itu. Karena jika tidak Niichiro berencana ke apartemennya dan menganggunya dengan suara intelkom dan karena itu ia memarkir mobilnya di dekat apartemen saudaranya.

Orang-orang mulai berjalan ketika lampu lalu intas itu berubah menjadi hijau, begitu juga Niichiro. Ia memasukan ponselnya kembali ke saku dan ia sebaiknya menikmati cuaca ini sebisa mungkin sebelum bertemu dengan saudaranya karena ia tahu-yakin kalau Akira akan membuat cuaca cerah ini menjadi mendung.

Ketika membuka pintu kaca toko itu, aroma kopi segar menyambutnya dengan hangat. Ruangan itu memiliki design klasik dengan meja kayu dan kursi yang terlihat nyaman untuk di duduk, intinya tempat itu terlihat nyaman. Dan Niichiro melihat seseorang melambaikan tangan kepadanya.

Seorang pria berbaju biru yang tidak di kancing sama sekali dengan baju dalam warna putih menatapnya dengan tatapan bosan, Niichiro melihat orang itu saja rasanya suasana hati menjadi aneh. "Maaf apa kau menunggu lama?" Kata Niichiro mendorong kursi depan saudaranya lalu duduk disana.

"Tidak juga." Suara serak terdengar dari saudaranya. "Wow, Nii-san kedengarannya pagi ini sedikit buruk untuk mu."

Akira menatap Niichiro dengan tatapan tajam, "Menurut mu ini gara-gara siapa?" Kata Akira sambil memijat sebelah kepalanya. Niichiro tentu tahu salah siapa dan juga tentu ia tahu kalau membangunkan Akira di jam seperti ini akan membuatnya menggerutu seperti ini.

"Tapi cuaca pagi ini cerah kan? akan sangat di sayangkan kalau hanya tidur di kasur sepanjang pagi ini." Kata Niichiro.

Saudaranya menyipitkan matanya lalu melihat ke arah luar jendela, Langit biru dan matahari hangat yang menyinari seisi kota Tokyo, tentu cuaca hari seperti ini disebut cerah dan melihat respon saudaranya menghembus napas dengan keras ia sedikit terkejut dan tahu kalau suadaranya, Kitano Akira memikirkan hal yang sama. Niichiro tertawa kecil.

"Bagaimana kabar mu?" tanya Akira mengubah pembicaraan mereka.

"Kabar ku baik seperti biasa."

"Baguslah."

"Hmm."

Niichiro memperhatikan saudaranya yang memalingkan wajahnya, sepertinya hari ini akan susah. pikirnya dalam hati.

"Itu... Nii-san..." Kata Niichiro yang membuat Akira melirik ke arahnya, "kapan... kau berencana... kau tahu... tinggal di apartemen itu..." Lanjut Niichiro sedikit ragu.

Akira diam sejenak lalu menghela napas, "Apa ayah meminta mu kesini untuk membicarakan hal itu?" Tanya Akira sedikit dingin.

"Oh tentu tidak." Balas Niichiro langsung, sambil mengangkat kedua tanganya ke depan dada, "Sebenarnya aku datang kesini hanya ingin bertemu dengan mu dan karena...itu..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Beneath The MoonlightWhere stories live. Discover now