We Can Call it an Ending

312 26 29
                                    

DIRANANDRA

Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian paling gila itu terjadi di dalam kehidupan gue, tapi sampai sekarang pun gue masih belum percaya kalau Naraya udah pergi. Dia udah nggak ada disini, udah pergi meninggalkan gue tanpa pamit dan mungkin saja nggak akan pernah kembali ataupun bisa gue temui lagi.

Kepergian Naraya meninggalkan satu kekosongan besar di dalam hati gue. Terutama ketika di saat-saat terakhir pun, orang-orang tahunya gue datang ke pemakamannya sebagai teman satu jurusan, padahal gue berusaha mati-matian menahan berbagai jenis emosi yang bisa saja meledak di sana. Hubungan antara gue dan Naraya, berhasil kami rahasiakan dengan baik, sama seperti janji kami beberapa bulan lalu.

'Aku kayak gini, cuma kita sama Tuhan yang tahu ya, Ra,' ujar gue sambil menciumi punggung tangannya sementara gadis polos itu hanya bisa tersenyum sambil mengangguk lucu.

Satu sampai dua hari setelah pemakaman Naraya, gue masih bersikap biasa aja, masih melakukan bimbingan dan makan tiga kali sehari, seperti manusia normal pada umumnya.

Setelahnya sampai saat ini juga, gue baru merasakan rindu yang sangat luar biasa sampai rasa-rasanya gue pengen menyusul Naraya ke sana tapi gua nggak bisa, gue takut masuk neraka. Yang bisa gue lakukan saat itu adalah menangis keras-keras di atas rooftop, yang bahkan masih terpasang garis polisi. Gue menangis karena gue bahkan takut untuk mati lalu membayangkan, setakut apa perasaan Naraya saat itu?

Setelah menangis sampai kepala gue terasa mau pecah, gue kembali ke kamar dengan tubuh agak sempoyongan. Bertekad kalau hari besok gue harus hidup lebih baik lagi tapi pada kenyataannya gue kembali berakhir dengan nangis-nangis di rooftop.

Malam ini pun sama, gue tertidur di atas kasur tanpa sempat mengganti baju. Mata gue sembab dan nafas gue sesak tapi rasanya masih belum lega. Menangis berhari-hari ternyata nggak mampu membayar penyesalan gue karena nggak bisa menjaga Naraya dengan baik. Entah apa kata dunia kalau sampai orang-orang tahu bahwa gue adalah penyebab Naraya sampai nekat mengakhiri hidupnya sendiri.

Gue menghela nafas pelan, kemudian terlelap terlalu cepat.

"Dira.."

Gue terbangun karena dua hal, satu adalah sinar matahari yang memang biasa menerobos ventilasi kamar gue setiap pukul delapan pagi, dan hal lainnya adalah karena panggilan lembut yang gue dengar dengan sedikit usapan pelan di pipi.

Wajah cantik Naraya adalah hal yang pertama gue lihat saat membuka mata.

"Ra, kamu kemana aja? Aku kangen," ujar gue yang tanpa basa-basi langsung memeluknya erat, menenggelamkan wajah di bahunya karena gue udah terlalu rindu.

Beberapa usapan gue rasakan di kepala belakang, usapan yang halus dan menenangkan, "Sorry, are you waiting for too long?"

"No," gue menggeleng pelan, masih dalam dekapan Naraya, "at least you're here."

"Yes, I'm here for you. Bangun gih, nanti jam sembilan bimbingan, kan?"

"Hmm," gue bergumam, masih enggan melepas pelukan, "bolos aja lah, besok baru bimbingan lagi."

Naraya menepuk pundak gue sedikit keras, tapi bukannya menyakitkan, rasanya malah menyenangkan, "Ih, mana boleh kaya gitu? Skripsi kamu gimana ntar?"

"Bodo lah, masih kangen kamu," lalu gue mengeratkan pelukan.

Gue nggak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi selama bersama Nayara, gue yakin kalau gue akan baik-baik saja. She's the only one for me.

Semoga Tuhan bisa mendengar doa dari hamba-Nya yang berdosa ini, kalau gue pengen bersama Naraya. Selamanya.

selesai.

Hi, hello, annyeong!

First of all aku pengen mengucapkan terima kasih untuk kalian semua yang udah membaca dan mendukung Naradira sampai di detik ini, thank you so much, it means a lot for me!

Kedua, awal aku bikin cerita Naradira ini terinspirasi dari lagunya kak Luthfi featuring Feby Putri dengan judul yang sama, terus aku coba bikin satu prompt kasar kaya gini:

Kedua, awal aku bikin cerita Naradira ini terinspirasi dari lagunya kak Luthfi featuring Feby Putri dengan judul yang sama, terus aku coba bikin satu prompt kasar kaya gini:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan karena aku juga lagi bosen nulis yang happy happy bunny fluffy gitu, pengen sekali-kali bikin Doyoung dimaki-maki WALAUPUN GAK RELA, maka lahirlah Naradira ini. Sebenernya tuh lagunya ga menceritakan tentang selingkuhan engga, cuma sedih aja gitu dan otak aku terlalu liar makanya jadi cerita kaya gini😭

Ketiga, untuk ending sepenuhnya aku serahkan kepada imajinasi pembaca, semuanya aku cukupkan sampai di sana, selanjutnya terserah mau kalian bawa alurnya kemana, hehehe (ketawa jahat sedikit senang tapi banyak sedihnya). Pokoknya kalo dipikirin yaa, endingnya tuh bisa jadi beberapa versi gitu tapi gak mungkin aku paparin disini kaaan, biarlah menjadi sebuah teori (sok misterius).

Keempat, maaf ini tuh PENDEK BANGET soalnya aku nggak bisa nulis fanfic yang panjang-panjang sampai puluhan chapter gitu.. selain karena aku mageran, aku juga takutnya berhenti di tengah jalan, jadi aku rasa sampai sini udah cukup.

Terakhir, sekali lagi terima kasih, terima kasih, dan terima kasih.

250321,
NARADIRA RESMI SELESAI.
kiwi.

[COMPLETED] NARADIRA | DoyoungWhere stories live. Discover now