•Why Do I Accept Them•

Mulai dari awal
                                    

“Baiklah, aku Mark. Aku yang paling tua disini.” Si rambut hitam mengucapkan namanya.

“Aku Jeno.” Sekarang si rambut biru.

“Aku Haechan.” Sekarang si rambut coklat.

“Aku Jaemin, foxie.” Si gulali menyebutkan namanya.

“Aku Chenle.” Sekarang si oranye.

“Aku Jisung.” Si gulali kedua menyebutkan namanya.

“Hm, baiklah.” Renjun memandangi satu-persatu dari mereka.

“Nah, sayang, bisa siapkan makan malam?”

“Siapa yang kau panggil sayang, hah?!” Renjun berjalan ke dapur untuk memasak diikuti Jaemin dan juga Haechan.

Mereka mulai memasak dan orang-orang sisanya menonton tv.

“Haih, aku baru saja membeli stok makan untuk satu bulan dan habis setengah dari stok untuk satu kali makan kalian.”

Grep..

“Tenang saja-“
Mark menyodorkan black card di depan wajah Renjun.

“-Ini cukup, 'kan?”

“Ya, ini cukup tapi ... -”
Renjun mencubit tangan Mark yang melingkar di pinggangnya. “-DIMANA KAU MELETAKKAN TANGANMU BODOH?!” Renjun hampir saja melempar sendok sayur yang ia pegang ke arah Mark.

“Hyung, jika kau terlalu kasar kau tidak akan dapat pasangan, loh.” Chenle berkata dari ruang tv dengan suara lumba-lumbanya.

“Siapa peduli.”

“Hei, cepat kemari. Jika tidak, kalian tidak akan makan malam.”

Sehabis makan mereka berkumpul di ruang tamu.

“Jadi kalian bisa mandi di kamar mandi yang bawah, itu ada 2, kalian bergantian saja.”

“Lalu bagaimana dengamu?”

“Tentu saja di kamar mandi kamarku, lah.”

“Kenapa tidak mandi bersama saja, foxie?”

“Sepertinya karena jadi mafia kepalamu pernah tertembak.”

“Ayolah, mari kita mandi bersama.”

“Permintaan ditolak.”
Renjun hendak berdiri tetapi tiba-tiba dia ditarik dan terjatuh di atas pangkuan Jeno.

“H-hei, apa-apaan ini?”
Renjun berusaha melepaskan diri tapi Jeno memeluk erat pinggang Renjun.

“Nah, hyung, mari kita mandi bersama!” Jisung berjalan lebih dulu membukakan pintu kamar mandi disusul yang lain dan juga Jeno yang menggendong Renjun seperti karung.

Mereka sudah membuka atasan kecuali Jeno. Jeno menyerahkan Renjun ke Mark dan ia juga melepas atasannya.

“H-hei, le-lepaskan aku. Lepas, lepas.” Renjun memberontak meski tahu itu percuma, usaha tidak akan mengkhianati hasil, kan? Tapi Renjun dikhianati oleh hasilnya sekarang karena ia sudah berusaha namun hasilnya tidak ada. Renjun diturunkan Mark di bathtub.

“Nah, Renjun. Apa kau tidak ingin melepas bajumu?”

Renjun menunduk malu. Ia bingung sekarang. Apa ia harus melepaskan bajunya? Kabur pun nampaknya tidak bisa.

“Hm, ayolah, kita sesama laki-laki.”

“Bagaimana jika kalian ‘lengan potong’?”

“Lengan potong?”

“Renjun hyung, itu tergantung. Kamu bisa membuat kami lengan potong atau tidak.” Chenle menjawab karena tahu apa itu ‘lengan potong’ yang artinya adalah seseorang itu gay.

Renjun Birthday Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang