"Maafkan aku mas, aku hanya ingin Gibra bisa berprestasi dan mengambil keputusan yang tepat. Aku gak tahu akan seperti ini jadinya" Ucap Yasinta.

"Kita sudah hancur, kita tidak bisa apa-apa lagi" Ucap Heriawan.

"Apa bisa kita memulai usaha baru? Usaha kecil lama-lama akan menjadi besar kan? Aku masih punya perhiasan, tabungan dan tas mahalku. Kita bisa menjualnya mas dan setelah Gibra keluar dari penjara, kau bisa mendidiknya lagi dan menjadikan dia penerusmu yang bisa kau banggakan" Ucap Yasinta.

"Tidak semudah itu membangun sebuah perusahaan Sinta, aku sudah terlalu tua dan sakit" Ucap Heriawan.

"Tapi kita tidak bisa seperti ini mas. Indah mengatur keuangan kita sekarang dan kita tidak bisa hanya menerima seperti ini saja" Ucap Yasinta 

"Tapi memang kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi" Ucap Heriawan 

"Aku akan menjual perhiasanku, tasku dan rumah ini bisa kita jual. Kita keluarkan Gibra dari penjara setelah itu kita memulai usaha kecil. Aku gak masalah kita memulai lagi mas" Ucap Yasinta.

"Yang bisa kita lakukan hanya diam dan meminta maaf pada Dewa dan Yanti. Setidaknya jika Dewa berkenan dia bisa membebaskan Gibra. Aku mohon Sinta, introspeksi dirimu. Kita ini sudah bersalah pada Yanti dan Dewa. Aku juga tidak akan bisa selamanya menjagamu lagi. Kesehatanku sudah seperti ini" Ucap Heriawan.

Yasinta menangis, dia menatap tidak percaya pada Heriawan.
"Kenapa kau lemah? Kenapa kau hanya pasrah" Ucap Yasinta.

"Karena aku sudah sadar bahwa aku bersalah. Ini hukumanku karena aku menjadi pria yang lemah. Aku tidak bisa menjaga keluargaku. Sekarang lebih baik kau diam Sinta, kita jalani hukuman kita ini" Ucap Heriawan.

"Tidak mas, Gibra jangan di libatkan. Kenapa harus aku yang seperti ini, kenapa Yanti harus mendapatkan semuanya" Ucap Yasinta

"Diamlah Sinta kau tidak bisa berkata seperti itu. Yanti sudah banyak berkorban untukmu. Saat kau mengalami pendarahan saat mengandung Gibra, Yanti yang sudah mendonorkan darahnya untukmu hingga kau bisa bertahan. Yanti tidak ingin kau tahu agar kau tidak merasa bersalah dan malu" Ucap Heriawan.
Yasinta terduduk lemas, dia tidak menyangka akan mendengar ini semua dari Heriawan. Apa ini maksud dari perkataan Dewa waktu itu.

"Kau bohong kan mas?" Tanya Yasinta.

"Gak sayang, itulah kenyataannya. Aku merasa bersalah pada Yanti dan Dewa yang sudah aku sakiti tapi aku tahu waktu tidak bisa diulang. Aku sudah memilih kau dan aku harus bisa bertanggung jawab dengan pilihanku. Yanti sudah menolongmu dan dia melakukan itu karena dia bilang dia sayang kau. Kau adiknya dan hanya kau yang di milikki" Ucap Heriawan.

Yasinta menangis, dia tidak menyangka akan mendengarkan ini semua. Heriawan tidak mungkin berbohong padanya. Yasinta mengingat hubungan dia dan Yanti dulu. Yanti anak tertua dan selalu ada untuknya tapi Yanti juga mendapatkan apa yang dia mau. Yanti selalu beruntung bagi Yasinta dan Yasinta iri.

Nilai terbaik, wajah yang cantik, pekerjaan yang baik dan di banggakan orang tuanya dulu. Yasinta hampir tidak bisa mendapatkan itu semua. Saat Yanti berkenalan dengan Heriawan, Yasinta iri. Kenapa harus Yanti bukan dirinya. Sekarang dia harus mendengar bahwa Yanti tetap menyayanginya dan menolong dirinya walaupun dia sudah berbuat jahat pada Yanti. Apakah ini karma yang harus Yasinta terima, rasa bersalah dan sakit ini.

Yasinta menangis mengetahui semua ini. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Apakah seperti yang di katakan Heriawan bahwa dia harus minta maaf dan apakah maaf mereka akan di terima. Yasinta terus menangis sampai dia merasa dia sudah tidak mampu dan dia pingsan. Pantas saja Dewa mengatakan dia wanita iblis.

***
Dewa menemani Dewi untuk terapi kakinya agar dia bisa berjalan dengan normal kembali setelah mengalami patah tulang di kecelakaan waktu itu.

Dewa melihat bahwa kaki Dewi sudah terlihat kemajuan kesembuhannya. Dia sudah tidak menggunakan tongkatnya lagi. Hari ini juga jadwal terakhir terapi bagi kaki Dewi. Itu tandanya dia sudah membaik.

"Mas" Panggil Dewi

"Bagaimana, sudah selesai terapinya?" Tanya Dewa

"Sudah mas" Jawab Dewi.

"Bagaimana mbak Dela?" Tanya Dewa pada wanita yang selama ini sudah membantu terapi Dewi.

"Sudah bagus mas, Dewi sudah bisa berjalan tanpa tongkat hanya saja karena ini cideranya patah tulang jadi Dewi belum bisa melakukan pergerakkan yang terlalu memberatkan kakinya. Lebih hati-hati lagi apalagi untuk turun naik tangga" Ucap Dela

"Baiklah, aku akan menjaga Dewi. Terima kasih untuk selama ini ya" Ucap Dewa

"Sama-sama dan Dewi kau haru jaga diri dan hati-hati ya" Ucap Dela.

"Siap mbak" Ucap Dewi sambil tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya.

"Kami permisi" Ucap Dewa dan dia segera pergi bersama Dewi.

"Malam ini temani mas ya sayang, mas mau pergi ke suatu tempat".

"Kemana mas?" Tanya Dewi

"Ikut aja, sekarang kamu pulang dulu dan bersiap ya" Ucap Dewa.

"Iya mas" Jawab Dewi

Ketika udah sampai di depan rumah, Dewi segera keluar dari mobil.
"Sayang, nanti perginya pakai ini. Mas udah siapkan" Ucap Dewa sambil memberikan paper bag pada Dewi

"Iya mas" Ucap Dewi sambil tersenyum.

Dewa menunggu Dewi sampai masuk ke dalam rumah baru dia melajukan mobilnya kembali menuju ke kantor.

Di dalam rumah, Dewi segera menuju ke kamarnya. Di bukannya paper bag pemberian Dewa dan melihat isinya. Ternyata sebuah gaun yang indah dan ada sebuah memo di dalamnya.

Dewa yang menulis memo itu dan meminta Dewi untuk menggunakan gaun itu saat nanti pergi bersamanya.

Dewi menyukai gaun itu, terlihat indah. Tidak terlalu terlihat mencolok tapi elegan dan berkelas. Warnanya juga seperti yang Dewi sukai.

"Berarti tinggal pilih sepatu dan tas yang tepat" Ucap Dewi sambil masuk ke walk in closet miliknya. Dia memilih sepatu dan tas yang cocok dengan gaunnya.

"Mas Dewa pasti mau ajak aku ke pesta pernikahan temannya" Ucap Dewi pada dirinya sendiri.

Dia melihat ke arah jam dan memutuskan istirahat sebentar sebelum nanti dia bersiap untuk pergi bersama Dewa. Dewi membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur tapi dia bukannya tidur. Dia malah memikirkan Dewa. Dia jadi berkhayal bisa menikah dengan Dewa. Dewi jadi malu sendiri karena pikirannya.

---&---

DEWA & DEWI (Sudah Ada Versi Ebook)Where stories live. Discover now