"Eonni, ada apa?" Sewaktu-waktu atmosfer terasa ketegangan membelenggu seusai Daehyun menyampirkan sepotong pertanyaan. Pun wanita Lee itu merasakan perubahan begitu kentara yang terlampir pada seraut sang lawan meskipun hanya sebatas asumsi yang bercokol. Akan tetapi probabilitas mengikuti langkahnya seolah berbagai yang tercantum asumsi memiliki bukti kebenaran. "Wajahmu terlihat pucat." Jangka kala Daehyun melayangkan telapak tangannya guna menyentuh dahi sang lawan barangkali Seulbi dalam kondisi sakit sehingga seraut nampak berbeda.
"Kau tidak sakit." Wanita Lee itu menggeleng pelan berupaya memberikan validasi seusai mendaratkan telapak tangannya pada dahi sang lawan.
"E-eoh. Aku baik-baik saja."
"Kau sudah membacanya? Bagaimana? Kau tahu maksud tulisan Taehyung itu? Rasanya benar-benar aneh. Beribu kali aku berupaya memetik intinya, selalu saja tak bisa. Apa mungkin Taehyung mengetahui salah satu rahasia Jungkook?" Sekujur tubuhnya bergerak mengikis jarak, Daehyun nampak berpikir logis serta merotasikan netra bulatnya menanti jawaban Seulbi.
Mendadak sepercik kegugupan kian menyusuri permukaan wajahnya, hazel yang nampak berpaling—memilih enggan untuk bersitatap pada sang lawan kendati setangkup gelabah tak berujung menyita hati. Melalui netra coklat madu Daehyun yang berlabuh tepat pada sorotnya tersirat seolah untuk membangkitkan secara paksa. Menghirup terhadap nafas yang mendadak memburu seakan separuh nafas tertelan penuh lantaran banyaknya embaran.
Kendati tetap diam akan mengukur banyak asumsi yang sewaktu-waktu melayang pada celah bibir sang lawan, barangkali dengan seutas kata yang Seulbi lampirkan dapat membuat netra coklat madu kepunyaan sang lawan berangsur-angsur menipis, "Entahlah. Aku juga tidak mengerti apa maksudnya. Tetapi, mungkin saja dia memperingatkanmu untuk tidak mencintainya lebih dalam sebab Jungkook sering sekali membuatmu terluka. Kau tahu, Taehyung sangat khawatir jika berulang kali Jungkook bersikap kasar padamu. Dan mungkin atas hal itulah mengapa Taehyung menulis surat untukmu."
Semoga saja Daehyun tak bertanya apapun lagi mengenai surat itu.
"Benarkah?" Kepingan coklat madu itu mengerjap berulang kali berupaya memetik inti dari lantunan frasa yang menginsterupsi memecah hening. "Begitu rupanya, ya? Taehyung benar-benar baik kepadaku. Dia selalu mengkhawatirkanku sekalipun aku bersikukuh untuk terlihat baik." Daehyun membentuk bongkahan getir pada sudut labiumnya lantaran sebilik hati mendadak merasakan nyeri yang agaknya sekantung oksigen yang merambat melalui jalur pernapasan kian menipis.
Aish. Apa aku salah bicara?
"Daehyun-ah kemasi barang-barangmu. Kita akan segera kembali ke Seoul. Besok pagi para member akan disibuki jadwal lain. Jadi kuharap kau segera beristirahat." Seulbi berangsur bangkit alih-alih menghindari sepucuk konversasi yang seolah menyudutkannya. Barangkali seutas frasa yang ia tuturkan hanyalah sebagai perumpamaan agar sang lawan tak lagi menyeruput sebaris pertanyaan kepadanya.
"Eoh? Benarkah? Kupikir mereka akan kembali dua hari lagi." Kembali menciptakan khayal untuk membangkitkan daya pikiran lantaran secercah keheranan kembali berlindung dibalik tempurung kepalanya seusai Seulbi meluruhkan sederet aksara. Kendati tak dapat menanggapi selain mengangguk meski asumsi kian bergerumul tiap pahatan benak.
Seulbi Eonni terlihat aneh hari ini. Ada apa dengan dirinya? Seperti ada yang ia sembunyikan dan ia menghindari tatapanku sejak tadi.
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚───
Terdiam mengukur seribu waktu memilih lenggang menyusupi bersama hembusan angin malam yang menusuk pori-pori kulit serta tempurung kepala yang dilema dipersimpangan jalan. Embaran yang melintasi seolah memenuhi sebagian besar ruang pikiran. Kacau yang membelenggu, gelabah yang kian menggulung hati tanpa reda. Deru nafas melambung serta seutas sekelumit perasaan sulit yang menyambangi hati. Tubuh meringkuk memainkan jemari yang saling bertautan layaknya telah melakukan dosa besar. Sorot yang berpendar tergeletak diatas lantai kendati ketakutan terbesarnya adalah sepasang retina mata yang kian menilik dalam potretnya.
YOU ARE READING
𝐓𝐑𝐀𝐏𝐏𝐄𝐃 𝐎𝐍 𝐀𝐂𝐇𝐄𝐑𝐎𝐍
RomanceLuka akan dibumbui oleh perihnya duka, Kenangan getir yang merebak memenuhi agenda, Oleh segenap kehancuran yang menelisik jiwa, Tiap goresan yang menghiasi seolah karya terbaik yang pernah ada. Kita adalah jelmaan bentuk luka, Yang saling menyiksa...
Chapter 07 - Moving on
Start from the beginning
