Daehyun terpaku taktala kepingannya berpendar sekelabat terporos pada jelaga sang suami. Mendadak tubuhnya mengkristal tanpa mampu untuk bergerak sedikit. Jantungnya nyaris terjatuh sebagaimana penampilan Jungkook malam ini benar-benar luar biasa. Ketampanan yang terpahat pada permukaan wajahnya mendadak membuat Daehyun menahan nafas beberapa detik lantaran masih ada sepercik keterkejutan tertahan dalam ambang pikiran.
Semerbak parfum dengan aroma Cotton Hug memasuki celah penciuman, menginsterupsi tenang beradu dengan hembusan angin kian bergelora. Ketenangan pun kenyamanan mendadak menguar mampu membuat dirinya bergerumul hangat seolah baru saja menciptakan rengkuhan erat tak terlepas bersama dengan sepucuk kerinduan berkembang masif memenuhi lorong pikiran.
Kendati Daehyun tak dapat mendeskripsikan bagaimana sempurnanya seorang Jeon Jungkook dihadapannya. Luar biasa. Terkadang, Tuhan memang adil. Menciptakan dua buah anak manusia untuk menjadi pasangan dengan paras yang luar biasa tak terhingga. Akan tetapi, Daehyun tak tahu bahwa jauh dari itu, akan ada kehancuran yang menantinya bila ia terlalu lama menikai jelaga sang suami yang menyembunyikan beribu rahasia.
Taktala sepasang jelaganya menikai kebawah pada buku menu yang ia genggam, menyibukkan segala perhatian untuk menelisik ragam makanan yang tersedia kendati Jungkook tak sadar bahwa sejak tadi sang istri membuahkan tatapan lamat tanpa berkedip barang sekali. Jungkook benar-benar sempurna. Termangu bersama pijar yang nampak berseri-seri berpendar pada setiap pahatan seraut rupawan milik sang suami, barangkali Daehyun tak dapat mengelak lagi bahwa ia telah terjebak oleh pesona Jungkook.
Berdehem singkat, Jungkook berupaya menetralkan pacuan jantung yang kelewat kencang beradu dengan seraut gugup terpancar. Sebilah alis hitam tebal miliknya melengkung serta laju aksara yang ia sampirkan guna memecah lamunan Daehyun, "Kau ingin makan apa?"
"Terserah kau saja. Aku akan memakan apapun yang kau pesan." Taktala suara kontraltonya mengundara bersama dengan helaian angin berhembus menerpa sebait aksaranya, Daehyun mengulas senyum kelewat lembut bak pelangi yang terpatri pada bongkahan bibirnya. Lagi, Daehyun berhasil menguji perhatian banyak pasang mata. Entah itu pria maupun wanita yang telah terhipnotis oleh suara lembutnya—seolah berada diawang-awang.
Pun Jungkook hanya memberikan respon anggukan kepala seusai deretan katanya mampu ia cerna dalam benak. Meraih sebilah jemarinya terayun keatas, Jungkook menyerukan sang pelayan berupa kata isyaratnya. Bagaimana pun, Jungkook takkan bersikap bodoh didepan khalayak ramai. Ia akan selalu menjaga penampilannya—menyembunyikan segala perilaku buruknya kendati tak mungkin secara gamblang ia bersikap kasar pada Daehyun yang memungkinkan media massa akan mengungkap beritanya secara besar-besaran pun akan berpengaruh pada karirnya.
Barangkali terasa berat menyikapi sang istri dengan intonasi lemah lembut, akan tetapi Jungkook hanya tak ingin karirnya menjadi lebur setelah menjadi pusat perhatian bak deburan abu yang menguar. Seusai menyampaikan sederet kata kepada sang pelayan, Jungkook mengulas senyum tipis, paras rupawannya akan selalu menguar. Sang pelayan memacu tungkai jenjangnya berupaya berlalu menyisihkan kedua entitas dihadapannya. Eoh apakah aku bermimpi? Bagaimana bisa aku berhadapan langsung dengan Jungkook dengan jarak dekat seperti itu? Astaga, ini terlihat semu bagiku.
Barangkali suasana senyap membelenggu membuat atmosfer terasa canggung, Daehyun berujar. " Tempat ini benar-benar indah. Aku sangat menyukainya." Menarik nafas dalam berupaya memasok separuh oksigen kedalam rongga dadanya, Daehyun melanjutkan bersama seraut teduh yang terukir, "Terima kasih sudah menyiapkan segalanya. Ini benar-benar berharga bagiku."
Tulang pipi Jungkook ditarik singkat, tubuh yang bergerak spontan berpaling, menyingkirkan segala gravitasi yang menekan seluruh lamunannya untuk segera buyar. Jelaganya mengobservasi tepat kepingan hazel yang begitu teduh. Jungkook mengangguk beberapa kali, mengusap pangkal tengkuknya dengan sepasang netra mengitari beberapa presensi disekitarnya, "Eoh. Ini tidak seberapa bagiku." Kendati Jungkook merasa tak nyaman bila ia harus menjadi pusat perhatian seolah gravitasi malam ini akan berpihak tepat kepadanya. Alih-alih usapan pada tengkuk hanyalah sebagai perumpamaan dari rasa canggung yang begitu menganggu hati.
ESTÁS LEYENDO
𝐓𝐑𝐀𝐏𝐏𝐄𝐃 𝐎𝐍 𝐀𝐂𝐇𝐄𝐑𝐎𝐍
RomanceLuka akan dibumbui oleh perihnya duka, Kenangan getir yang merebak memenuhi agenda, Oleh segenap kehancuran yang menelisik jiwa, Tiap goresan yang menghiasi seolah karya terbaik yang pernah ada. Kita adalah jelmaan bentuk luka, Yang saling menyiksa...
Chapter 07 - Moving on
Comenzar desde el principio
