(Namakamu) berkata dalam hati, "Gak perlu makan di tempat mewah kok Mas, makan nasi goreng disini aja aku seneng. Apalagi sama kamu makannya." ia terkekeh lirih, menertawakan dirinya yang masih terus berharap.
"Mba nasi gorengnya."
(Namakamu) menoleh ke arah penjual nasi goreng tersebut, membayarnya dengan selembar uang berwarna ungu.
Ia melangkah dimana motornya ter-parkir. Menyalakan motornya dan mulai pergi menuju ke rumah.
Mengendarakan motor sambil melamun—membayangkan kalau saja mereka tadi dinner. Jalanan yang gelap tidak menyadari (Namakamu) kalau tak jauh dari nya ada sebuah lubang besar yang cukup dalam.
(Namakamu) tersentak saat ban depan motornya memasuki lubang tersebut. Ia ingin memghindari lubang tersebut tapi malah menabrak pembatas jalan.
Ia terjatuh dengan kaki sebelah kanan yang tertimpah bagian motor depan.
(Namakamu) meringis memegang kakinya, ia mengangkat motornya secara perlahan. Untungnya si motor tidak apa-apa, jadi ia bisa pulang dengan motor ini.
Berjalan pelan karena kakinya yang semakin sakit, untungnya ini sudah dekat dengan rumahnya.
>><<
(Namakamu) mengambil kotak obat guna mengobati kakinya yang kini terlihat memar. Ia menangis melihat kakinya yang sedikit membengkak.
Kini rasa laparnya sudah tidak ada karena digantikan oleh rasa sakit pada kakinya. Ia meletakkan nasi gorengnya di meja, dekat kotak obat. Setelah itu ia mulai melangkahkan kakinya menuju kamar, tapi rasanya tidak sanggup untuk menaiki tangga.
Berfikir untuk tidur di kamar bawah, tapi ia memikirkan suaminya; bagaimana kalau nanti Mas-nya itu bangun dan melihat tidak ada dirinya? Apakah Iqbaal juga akan berpikiran sama sepertinya—menduganya diculik. Ah sepertinya tidak. Iqbaal kan cuek, terkesan tidak perduli malah.
Memaksakan langkahnya menaiki tangga satu persatu, sesekali berhenti karena kakinya yang semakin sakit.
Kini ia sudah berada di dalam kamar dan mulai merebahkan dirinya.
>><<
Pagi ini seperti biasa, (Namakamu) tengah membuatkan sarapan untuk Iqbaal, nasi goreng seperti biasa. Kali ini ia hanya membuatnya sedikit—hanya untuk Mas-nya, sedangkan ia hanya memanaskan nasi goreng yang semalam.
Saat sedang menyusun sarapannya di meja makan, ia mendengar langkah kaki yang mendekat—suaminya.
"Sarapannya Mas"
Mereka menikmati sarapan dengan tenang, tidak seperti biasanya yang disertai ocehan-ocehan (Namakamu). Bukan karena ngambek perihal semalam, tapi rasanya (Namakamu) tidak mood bicara karena sakit pada kakinya.
Iqbaal merasa sedikit berbeda pada sarapannya pagi ini, bukan karena menunya, tapi karena sifat sang istri yang hanya diam tanpa berceloteh.
Melirik istrinya yang sedang tenang menikmati nasi goreng di hadapannya.
Selesai dengan sarapannya, ia bangkit dari duduknya melakukan kegiatan seperti biasa sebelum berangkat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Suami || IDR
Fiksi Penggemar[ FOLLOW SEBELUM BACA ] Iqbaal itu cueknya kebangetan! Jangankan sama orang yang gak dikenal, sama (Namakamu) yang istrinya pun dia cuek. "Mas aku cantik?" "Hm" "Mas aku gendut gak?" "Gak" "Mas kamu sayang aku kan?" "Ya" Untung gue kebal-(Namakamu)...
P a r t ; 3
Mulai dari awal
