Perawat Kim sampai-sampai memohon ke rumah sakit pusat untuk mengirimkan dokter terbaik untuk Nara.
Awalnya pusat menolak, tapi setelah perawat Kim menyebut jika Nara adalah nenek dari seorang Baek Lalisa, bagaimana bisa rumah sakit pusat menolak mengirimkan dokter terbaik mereka?
"Maaf, saya memberitahu pusat tentang hubungan Nyonda Hwang dan Anda. Saya terpaksa melakukannya karena awalnya pusat menolak mengirim dokter terbaik mereka." Sesal perawat Kim.
Keadaannya mendesak tadi, pikirannya yang tidak jernih membuatnya terpaksa membocorkan informasi pribadi keluarga Lisa yang sudah berusaha mati-matian dibuat tertutup.
"Gwaenchana. Itu tidak penting lagi saat ini, yang terpenting adalah nenek." Lisa tak marah. Masalah itu tidaklah penting untuk saat ini. Mengetahui jika Nara sudah dirawat dengan dokter terbaik sudah bisa membuat Lisa sedikit tenang.
"Di mana dokter yang bertangung jawab atas nenek? Apa dia tidak bisa menangani nenek lagi?" Tanya Lisa.
"Dokter Shin bilang penyakit nyonya Hwang sudah mustahil untuk disembuhkan. Dokter Shin tidak ingin mengambil resiko untuk melakukan operasi nyonya Hwang, jadi Beliau meminta untuk memanggil dokter yang lebih handal darinya."
Rumah sakit itu memang yang terbaik di wilayahnya. Namun itu bukanlah rumah sakit pusat yang berisikan alat-alat medis lengkap serta tenaga medis dan dokter yang sangat pintar ataupun hebat.
Pasien yang memiliki penyakit parah seperti Nara memang seharusnya ada di rumah sakit pusat agar bisa dirawat dengan baik. Tapi kembali lagi pada Lisa, gadis itu bersikukuh menempatkan Nara di sana.
"Itu dokter Jung." Perawat Kim dan Lisa menghampiri dokter terbaik yang dikirim rumah sakit pusat tadi. Dokter itu baru saja melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Nara dan melakukan penanganan pertama pada wanita itu.
Dokter Jung membungkuk hormat setelah maniknya menangkap sosok Lisa. Seorang Lalisa, hanya sebagain orang yang tak mengenalnya.
"Bagaimana?" Tanya Lisa menuntut penjelasan pada dokter pria di depannya.
"Anda pasti sudah tahu kalau keadaan nyonya Hwang sudah sangat mustahil untuk membaik atau bahkan sembuh."
"Operasi pun mustahil dilakukan karena kanker sudah menyebar dan usianya yang sudah tua," lanjut dokter itu menjelaskan. Penjelasan itu begitu menyakitkan untuk Lisa dengar.
"Nyonya Hwang sudah bertanhan hingga saat ini saja sudah sebuah keajaiban, nona. Cepat atau lambatㅡ "
"Aku tidak akan pernah mau melepasnya. Entah cepat atau lambat waktu mautnya datang, aku tidak akan membiarkannya pergi." Potong Lisa cepat sebelum dokter Jung menyelesaikan kalimatnya.
Gadis berponi itu berlari meninggalkan ICU. Ia berlari tanpa tujuan hingga akhirnya kakinya melemas dan duduk terjatuh di sebuah lorong gelap dan sepi.
"Mianhae, halmeoni. Lisa egois, tapi Lisa belum siap untuk kembali kehilangan. Jika kau pergi, aku harus bagaimana?" Tangis pilu itu menggema di lorong sepi. Terlalu menyakitkan untuk di dengar.
"Bagaimana aku akan hidup jika kau pergi dan meninggalkanku? Dunia ini terlalu kejam untukku pijaki sendirian." Lisa menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia harus lemah? Kenapa uangnya tidak bisa membuat Nara sembuh?
Lisa meraung kesakitan. Bukan fisiknya, namun hatinya. Terlaku banyak masalah dalam hidupnya dan semuanya harus ia tanggung dan selesaikan sendirian. Saat lelah pun, ia tidak punya siapa-siapa untuk dijadikan sandaran.
Hingga sebuah tangan mengelus lembut pucuk kepala Lisa, membuat gadis berponi itu mendongak dengan mata sembab dan merahnya.
"Kim Jennie?" Lisa kebingungan. Jennie tiba-tiba ada di depannya dan tersenyum padanya.
"Maaf lancang, tapi untuk saat ini saja. Jadilah sosok Lisa yang sesungguhnya. Kau tidak perlu berpura-pura kuat agar terlihat baik-baik saja, kau juga tidak perlu menunjukkan wajah datarmu itu untuk menutupi rasa sakit yang selalu menguasaimu."
Jennie berjongkok tepat di depan Lisa. Sedangkan Lisa semakin menangis mendengar ucapan Jennie.
"Untuk saat ini, jadilah Lisa berusia 24 tahun yang sedang merasa sedih dan kesepian." Saat itu juga Jennie membawa Lisa dalam pelukannya.
Jennie terlalu lemah untuk membiarkan Lisa menangis dan menderita sendirian. Sisi lembutnya selalu mendorong dirinya untuk menjadi sandaran bagi orang yang membutuhkan.
"Menangislah sampai kau merasa puas. Menangislah sampai beban dipundakmu sedikit lebih ringan. Bahuku akan siap menopangnya,"
Saat ini yang ada dipelukannya bukanlah Baek Lalisa yang biasa ia lihat. Bukan sosok gadis tangguh, dingin, dan cuek. Tapi sosok gadis lemah dan kesepian, yang memiliki banyak masalah dan beban yang harus ditanggungnya sendirian.
"Gwaenchana. Aku adalah unniemu. Datang padaku jika butuh sandaran, aku akan siap mendengarkan semuanya."
________________
Rame yokk
Sejauh ini, gimana cerita ini menurut kalian? Ada saran?
Next? Soon💕
YOU ARE READING
Nothing [ E N D ] ✔
Teen FictionSemua orang pasti memiliki makna tersendiri tentang hidupnya. Tapi, bagaimana jika kita hidup tanpa arah dan tujuan? "Hidupku? bukan apa-apa."
19. Leaned
Start from the beginning
![Nothing [ E N D ] ✔](https://img.wattpad.com/cover/246290080-64-k193206.jpg)