Something We Still Hold Tightly

229 28 17
                                    

Sabtu malam yang cerah seperti ini, biasanya digunakan untuk berkencan atau sekedar nongkrong dengan teman, tapi menjadi mahasiswi tingkat akhir membuat Naraya mau tidak mau harus bergelut dengan skripsinya, merevisi beberapa bagian yang dicoret tinta merah oleh dosen pembimbingnya.

"Malem minggu, jangan skripsian dulu kenapa?"

Naraya hampir mengamuk ketika seseorang mengambil laptop dari hadapannya, tapi gadis itu tidak jadi mengamuk begitu mengingat tiba-tiba Dira menyusup ke dalam kamar kosnya beberapa saat yang lalu.

"Kamu nggak jalan sama Sahira?" tanya Naraya sambil berusaha mengambil kembali laptop yang sekarang berada di tangan Dira.

"Sahira pulang ke rumah," jawabnya, yang tentu saja tidak membuat Naraya kecewa walaupun sekarang dirinya terdengar seperti sebuah pelarian, karena memang dari awal dia tidak pernah berharap untuk menjadi prioritas.

"Terus kamu bisa seenaknya bawa mobil kesini? Diparkir di depan?" cibir Naraya begitu melihat kunci mobil milik Dira yang tergeletak di atas meja, biasanya laki-laki itu membawa motor biar bisa disembunyikan di parkiran.

"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat," ujar Dira setelah mematikan laptop Naraya, tentu saja dia sudah menyimpan pekerjaannya, lalu menutup laptop itu dan menaruhnya di meja begitu saja.

Naraya mengangkat sebelah alisnya, bingung, "Kemana? Kamu nggak takut ketahuan?"

"Ke kota sebelah, nggak akan ada yang kenal kita disana."

Naraya tidak punya alasan untuk menolak. Selain karena ini adalah pertama kalinya mereka pergi keluar, Naraya juga penasaran tempat seperti apa yang ingin Dira tunjukkan kepadanya. Gadis itu segera mengganti setelan rumahannya dengan kaos dan celana yang lebih pantas.

"Pake flanel aku aja," celetuk Dira begitu melihat Naraya sedang memilih-milih jaket untuk dipakai.

"Kenapa begitu?"

"Biar nanti pas di mobil masih wangi parfumku."

Naraya tidak tahu mau bereaksi seperti apa, entah mengumpat karena laki-laki itu ternyata sadar kalau dia wangi, atau memaki karena ucapan Dira membuatnya terlihat benar-benar seperti seorang selingkuhan.

Honda Jazz hitam milik Dira melaju cukup kencang, menembus jalan arteri yang terbilang lumayan sepi untuk ukuran Sabtu malam. Ini pertama kalinya Naraya berada di dalam mobil Dira, sedari tadi matanya menangkap benda-benda yang tidak asing untuk perempuan di dalam sana.

"Jangan dipindah-pindah, itu punya Sahira," cegah Dira ketika Nayara hampir saja mengambil sebuah lipbalm yang tergeletak di dashboard.

Gadis itu hanya mengangguk, lalu membuang pandangannya ke luar jendela, melihat jalanan dengan lampu-lampunya yang bergerak dan beberapa mobil yang menyalip mereka. Dia tidak tahu mau dibawa kemana, selama bersama Dira, rasanya tidak masalah walupun pergi ke ujung dunia sekali pun.

Sejak lama Diranandra sudah seperti semesta bagi Naraya. Laki-laki itu adalah segala-galanya. Di tengah ketidakpastian mereka, Naraya berani menjadikan Dira sebagai pusat rotasinya. Gadis itu memang sudah gila rupanya.

Getaran halus menandakan mobil Dira berhenti bergerak. Sudah hampir satu jam sejak mereka meninggalkan kosan Naraya tapi Naraya masih bertanya-tanya dibawa kemana dia sebenarnya.

Naraya memekik ketika ia turun dan melihat tempat di depannya. Ternyata Dira membawanya ke salah satu destinasi wisata malam dimana pengunjung bisa menonton film dari dalam tenda dengan pemandangan city light sebagai latarnya.

 Ternyata Dira membawanya ke salah satu destinasi wisata malam dimana pengunjung bisa menonton film dari dalam tenda dengan pemandangan city light sebagai latarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"You like it?" tanya Dira begitu melihat perubahan raut wajah Naraya.

Naraya mengangguk lalu melompat kecil untuk memeluk leher laki-laki yang berdiri di sampingnya itu, "I love it!"

Sepanjang mereka berada disana, Dira tidak melepaskan genggamannya dari tangan Naraya. Belum saatnya untuk dia melepas, pikirnya. Biarkan saja malam ini menjadi milik mereka berdua, setidaknya untuk malam ini saja.

"Udah selesai?" gumam Naraya kecewa begitu layar menggelap, tanda film sudah selesai diputar.

"Iya, mau nginep sini?"

Naraya langsung memandangi Dira dengan mata berbinar-binar. Mereka memang masih berada di dalam tenda sampai-sampai gadis itu mengira kalau mereka betul-betul bisa tidur di sana.

"Nggak bisa, Nara, nggak boleh. Kita pulang ya?"

Helaan nafas kecewa kembali terdengar dari bibir Naraya, tapi sedetik kemudian dia menyunggingkan senyum. Merasa bersyukur karena sudah diberi kesempatan buat melewatkan malam yang indah ini bersama Dira.

Seperti malam-malam yang biasa mereka lewati sebelumnya, malam ini Dira juga tertidur di samping Naraya. Dari awal merebahkan diri, Naraya sudah ditarik masuk ke dalam pelukan Dira, membuatnya ikut melingkarkan lengan pada pinggang ramping laki-laki itu juga.

Naraya juga tidak akan melepaskan pelukannya, bahkan sampai pagi hari datang nanti. Untuk saat ini, dia semakin mengeratkan pelukan itu karena memang belum saatnya untuk melepas.

Mungkin nanti, atau besok.

--

--

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


SJSKSJFK KENAPA FF INI ISINYA PACARAN MULU, maaf bukan pacaran, maksudnya berduaan.

Fun fact foto Kim Doyoung dengan latar city light di atas adalah foto pertama doi yang aku save sjsjdjkskdjsks pas itu aku belum ngebias kak doy but he looks so freaking beautiful.

100321,
kiwi.

[COMPLETED] NARADIRA | DoyoungWhere stories live. Discover now