Flying Before to Fall

131 5 13
                                    

Sekarang sudah memasuki masa akhir dari sekolah. Banyak para siswa yang sudah mempersiapkan diri mereka dan menaruh target untuk sekolah menengah atas selanjutnya. Sedangkan aku, aku tak perlu sibuk dengan itu karena akan diurus oleh pelayanku. Aku dan Sanji jadi teman baik, karena aku pikir sudah tak perlu lagi mempermasalahkan hal itu. Dia pun tak mengetahui perasaanku karena aku menguburnya dalam dalam jauh di dasar lubuk hatiku.

Perjodohan kami telah dibatalkan oleh Sanji sendiri. Dia datang ke keluarga kami dan meminta untuk memutuskan pertunangan kami meski pada akhirnya dia harus mengganti dengan bayaran yang setimpal. Akibatnya Sanji jadi berhutang pada salah seorang Chef dengan syarat dia bekerja selama 10 tahun di kedai Baratie. Aku pikir itu ringan karena Sanji sudah lama tinggal di sana dan dia tidak diminta uang sebagai pembayaran hutangnya. Aku mengetahui kalau Sanji pernah kabur dari keluarganya dan di selamatkan oleh seorang anak perempuan, dia menceritakan semua kehidupannya dulu padaku sedangkan aku hanya jadi pendengar setia baginya. Aku sempat berpikir kalau Sanji menginginkan seorang wanita yang kuat agar bisa menyelamatkannya bukan seorang wanita manja sepertiku yang hanya minta diselamatkan.

Sekolah baru dunia baru teman baru seragam baru. Yah, semuanya memang baru karena aku telah resmi masuk ke salah satu sekolah menengah atas tanpa harus bersusah payah. Asal kalian tahu, meski sekolahku sudah diurus oleh keluargaku tapi aku bukanlah anak yang bodoh yang hanya mengandalkan uang. Aku masih mampu menembus 5 besar meski tidak diurutan pertama. Aku tidak satu sekolahan lagi dengan Sanji, aku dengar dia di sekolah Granline High School sedangkan aku di New World Highschool. Aku bertemu dengan teman baru di satu kelasku. Tapi kelasku sungguh absurd, ada laki laki berambut hitam dengan bekas jahitan luka di bawah mata kiri terus ada laki laki berambut ijo lumut tapi selalu bawa pedang dan haramaki satunya lagi seorang wanita berambut orange dia memang cantik tapi berbanding terbalik dengan sifatnya yang tidak mencerminkan seorang wanita jika mereka bersama, terlebih lagi kepada seorang lelaki yang ku ketahui bernama Luffy. Sungguh konyol karena mereka bisa berteman dengan perbedaan yang jauh, tapi aku selalu terhibur dengan tingkah kocak mereka, mereka tidak pernah memilih teman bahkan kepadaku mereka sangat baik, ingin rasanya menjadi teman mereka tapi aku malu dan gengsi untuk mengatakannya.

Masa sekolah dilalui tanpa ada hambatan yang berarti hingga tanpa terasa kami sudah menginjak kelas 11. Aku masih satu kelas dengan trio kocak itu, aku ingin sekali menyapa mereka yang selalu bisa jadi mood boosterku. Aku selalu memperhatikan kelakuan mereka, mungkin karena seringnya aku memperhatikan mereka tanpa kusadari aku didatangi oleh Nami. Aku sedikit terkejut dan mencoba mengalihkan mata pada bukuku, dia menyapaku laku duduk disebelahku. Aku membalas sapaannya sambil tersenyum, aku pikir dia orang yang galak tapi dia ternyata sangat baik. Kami jarang bicara waktu di kelas 10 tapi sekarang kami jadi akrab. Mungkin karena aku selalu sendiri dan selalu memperhatikan mereka, merekapun jadi  sering mengajakku untuk makan bersama saat istirahat atau kemanapun mereka pergi. Ternyata punya teman itu enak, mereka selalu bikin aku tertawa.

Suatu hari mereka mengajakku ke kedai baratie, aku terkejut dan takut untuk bertemu Sanji jadinya aku menolak mereka dengan alasan ada urusan di luar, mereka pun memahaminya. Aku sedikit khawatir jika Sanji terpikat dengan Nami yang memang cantik itu. Tunggu kenapa aku harus khawatir, aku bukan siapa-siapa dan tak berhak ikut campur dalam urusannya. Lagian ini juga bukan urusanku jadi aku tak perlu memusingkannya. Esoknya Nami bercerita padaku bahwa pelayan laki laki disitu sangat ramah, juga merupakan temannya Luffy. Aku gak heran dengan Luffy yang punya banyak teman karena dia termasuk orang yang easy going. Nami bilang padaku kalau ia kagum pada lelaki itu dan mungkin jatuh cinta padanya. Tunggu dulu, bukannya kau itu suka sama Luffy ya. Aku keceplosan membuat Nami melongo dengan pernyataanku. Sesaat kemudian dia tertawa karena aku salah persepsi, dia katakan bahwa antara dia dan Luffy itu tidak ada apa apanya dan hanya dianggap sebagai adik yang harus dijaga. Tapi apa kamu gak pernah memikirkan jika tiba tiba Luffy suka padamu? Sontak saja membuat Nami terdiam, ku lihat jika ia bingung untuk menjawab pertanyaanku. Sebelum Nami menjawab, dua cecunguk bodoh itu datang dan membuyarkan kami berdua membuatku lupa bahwa aku sedang menunggu jawaban Nami. Huahhh, kenapa harus tepat banget sih waktunya.

Story Of One PieceWhere stories live. Discover now