Orange in Your Heart

649 20 19
                                    

Namaku Nami aku berusia 17 tahun, saat ini aku bersekolah di Grand Line High School. Aku mempunyai seorang sahabat bernama Luffy, kami bersahabat sejak kecil. Tingkahnya yang kekanak kanakan selalu membuat aku jengkel, setiap hari kami selalu berdebat untuk hal hal yang tak berguna tapi anehnya aku tak pernah membencinya. Saking seringnya kami bersama, kami sering dibilang pasangan kekasih. Bukan tanpa sebab kenapa mereka menganggap seperti itu. Luffy selalu membutuhkanku dalam hal apapun, karena dia bodoh kecuali soal makan dan berkelahi.

Meskipun begitu aku hanya menganggapnya sebagai adik yang harus aku jaga. Aku juga berharap suatu saat Luffy akan menemukan cintanya dan bisa membuatnya menjadi dewasa. Tapi aku bisa membayangkannya betapa merepotkannya menghadapi Luffy, aku jadi merasa kasihan pada pasangannya nanti.

Suatu hari aku bertemu Sanji di kedai Baratie. Aku bertemu dengannya saat diajak Luffy makan di sana. Kayaknya mereka sudah bersahabat sejak lama. Terlihat mereka begitu akrab (barbar) saat bertemu. Zoro juga terlihat akrab dengannya, yah Zoro memang selalu mengikuti kemanapun kami pergi, ah maksudku Luffy udah kayak tangan kanan aja ya Hehe. Sanji menyapaku dengan ramah, dia sangat menghargai wanita dan aku sangat menyukai itu. Cara dia berbicara padaku perlahan membuatku menaruh hati padanya. Pipiku selalu bersemu saat bertemu dengannya, dia sering mengajakku pergi berdua untuk jalan jalan dan mencicipi masakannya. Ku akui dia sangat ahli dalam memasak, aku pun belajar darinya. Suatu Hari Sanji menyatakan cintanya padaku saat kami pulang dari kedainya. Akupun tanpa ragu membalas perasaannya dan menjadi sepasang kekasih.

Aku dan Sanji menjalani hubungan pacaran di awalnya cukup menyenangkan, tetapi memasuki bulan ke empat. Aku merasa sikap Sanji sedikit berubah, aku pikir mungkin karena kedainya mengalami penurunan penjualan. Aku mencoba berfikir positif tentangnya. Tapi, semakin kesini sikapnya semakin dingin, bahkan dia udah jarang menghubungiku duluan. Biasanya selalu dia yang memulai, tapi kini dia bahkan sama sekali tidak menghubungiku. Perasaanku mulai gelisah dan tak nyaman. Aku putuskan untuk datang ke rumahnya. Ketika aku sampai di depan rumahnya yang awalnya ingin bertemu karena rindu. Kini malah menjadi tangis dan tak pernah kubayangkan. Aku bahkan tak pernah punya dugaan sebelumnya, Sanji sedang mencium seorang gadis di depan pintu rumahnya tepat saat aku berdiri di hadapan mereka berdua. Tak kuasa menahan tangis aku pun berlari tanpa menghiraukan panggilan Sanji.

Sejak kejadian itu aku menjadi murung dan tak nafsu makan bahkan aku sempat bolos sekolah. Aku terlarut dalam kesedihan hingga suara ketukan di pintu kamarku pun tak kusadari. Saat aku sadar aku berpikir bahwa itu adalah Sanji, aku ingin minta penjelasan semuanya dan berharap bahwa aku salah dalam melihat. Ternyata yang datang bukanlah Sanji melainkan Luffy karena sudah terbiasa aku membiarkan dia masuk kedalam kamarku. Luffy langsung ke tempat tidurku. Ahouu, jadi dia kesini untuk tidur doang? Sikapnya ini uhhh bikin aku jadi gregetan, kupikir Luffy akan menghiburku karena dialah yang selalu ada saat aku sedih. Luffy pernah menyelamatkanku dari penculik ketika SMP dan takkan pernah membiarkanku menangis, kalau kupikir Luffy sangat memperhatikanku bahkan menjagaku. Aku seperti seorang wanita spesial untuknya. Spesial? Ah aku mikir apa sih? Hei, ini bukan saatnya untuk bercanda. Saatku masih dalam lamunanku aku dikejutkan dengan wajah Luffy yang begitu dekat denganku, reflekku memukul kepalanya hingga terjatuh. Dia merungut protes kenapa dia dipukul padahal dia tak melakukan kesalahan. Gak salah in your head, udah jelas jelas dia buat aku jantungan masih aja bilang gak salah. Ihh dasar Luffy.

Luffy pun bertanya padaku kenapa sikapku akhir akhir ini berubah, awalnya aku tak ingin membicarakannya. Tapi ketika ia menuntut penjelasan. Akhirnya aku menceritakan semuanya. Saat itu aku bisa melihat kemarahan yang tersimpan di matanya ketika air mataku menetes. Luffy sangat membenci air mataku yang terjatuh. Tanpa sadar aku memeluknya erat, berharap dapat menenangkan tangisku. Luffy pun membalas pelukanku, hingga kurasa kehangatan mulai menjalar kehatiku, tubuhku bahkan mukaku. Seketika aku tersadar dan mendorongnya. Luffy kebingungan dengan sikapku bahkan mengatakan aku aneh. Awas kau ya Luffy.

Story Of One PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang