Fallin Love but You Get Hurt Me part 3 (end)

138 9 17
                                    

Aku terbangun karena haus yang menyerang kerongkonganku. Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan berlari kedapur, aku teguk air dari kulkas dan terasa begitu nikmat. Tapi tunggu, kenapa aku bisa berada di depan kulkas dalam rumahku? Hah rumahku? Loh, bajuku kok udah ganti? Kapan aku pulang? Perasaan aku tadi masih di kantor. Aku kembali ke kamarku dan ku cek jam di dinding kamarku ternyata sudah jam 21:16. Ternyata sudah malam dan aku tertidur sampai malam, aku bingung siapa yang mengantarku pulang? Aku coba cek garasi, mobilku ternyata ada di dalam. Aku tanyakan pada pembantuku di rumah katanya manager yang mengantarku pulang. Ohh, haa? Manager? Ma-maksudnya Zoro? Aku harus bagaimana, apa aku telpon saja atau ketemu. Tidak, tidak boleh. Kalau telpon aku yakin dia akan kegeeran aku harus antisipasi ini, dan kalau ketemu bukannya ini sudah malam ya? Lagian kan gak baik bagi orang yang sudah bertunangan bertemu dengan pria lain. Lagian kenapa sih kok bisa tertidur sampai gak sadarkan diri. Setelah kuingat ingat, aku terlalu lelah karena tiga hari yang lalu aku diharuskan lembur dan pulang tengah malam. Kupikir besok sajalah saat ketemu di kantor untuk menyampaikan rasa terima kasihku. Aku kembali ke kamar tapi tak bisa tidur, akhirnya kuputuskan untuk membaca buku.

Seminggu lagi pernikahan Luffy diadakan, tiga minggu yang lalu aku telah diangkat jadi sekretaris pribadi Luffy. Aku merasa sedikit lega karena pertemuanku dengan Zoro sedikit berkurang. Ekpetasi memang tak selalu sesuai realita karena Zoro jadi lebih sering keruangan Luffy sehingga selalu bertemu denganku. Orang ini selalu saja ada cara untuk bertemu denganku padahal aku selalu menghindar. Dia memang mengatakannya sendiri saat aku bertemu dengannya untuk mengucapkan terima kasih. Huahh, aku lelah jika selalu seperti ini. Aku hanya ingin berdamai dengan masa lalu.

Saat pernikahan Luffy tiba, aku datang sendiri sedangkan Law tak bisa menghadiri pernikahan Luffy karena urusan kerjaan. Sejak sebulan ini aku tak pernah bertemu dengan Law aku jadi kesal padanya. Aku ingin masuk kedalam tapi aku melihat Zoro yang baru datang. Dia masuk seperti tak melihatku, hei apa-apaan itu? Padahal biasanya dia selalu mengusikku. Aku menahannya dan dia melihat kearahku. Aku malu karena sekarang akulah yang menahan orang yang mengejarku. Aku katakan padanya aku ikut meskipun terbata-bata. Dia tersenyum seolah mengejekku, sok ganteng hah? Padahal belom punya pacar. Masih mending aku ya kann? Setidaknya aku punya status meskipun datang sendirian. Diapun mempersilahkanku untuk ikut bersamanya meskipun rada sedikit kesal dengan sikapnya barusan, aku tetap melangkah di sampingnya.

Di dalam ruangan aku melihat sedikit drama. Ya walaupun menurutku itu manis sih, soalnya Luffy memberi kejutan pada Nami dengan caranya yang terbilang anti maainstream itu. Oh ya aku dan Nami memang saling kenal namun tidak akrab. Kami berbicara hanya sebatas kakak dan adik kelas saja, terlebih bahasannya tentang Luffy. Kalau kalian mau tau, Nami itu sangat antusias mendengar cerita tentang Luffy, mereka sangat manis kan. Saat asyik berkhayal, buket bunga itupun jatuh tepat di tangan Zoro (gak tau itu ditangkap atau jatuh) membuat sorakan tamu undangan kearah kami berdua sambil mengatakan ‘Lamar... Lamar... Lamar’ membuatku tersadar dari lamunan. Aku bingung harus apa karena kenyataannya aku dan Zoro bukanlah pasangan kekasih. Tiba-tiba Zoro menarikku keluar menghiraukan sorakan mereka yang terus bergema di dalam ruangan tersebut.

Aku dan Zoro telah sampai di taman pusat kota sambil terengah-engah karena kehabisan nafas. Aku lalu duduk di kursi yang ada di taman itu, begitu pula Zoro yang duduk di sebelahku berjauhan. Kami sama sama terdiam dan tak satupun mau membuka percakapan. Cukup lama sampai dia mengucapkan, ‘Selamat ya Robin’ sambil mengulurkan tangannya. Selamat untuk apa tanyaku bingung. Selamat atas pertunanganmu dan maaf karena aku telat menyadari perasaanku. Dari sini aku terdiam aku tak tahu harus mengatakan apa. Melihat aku tak menjabat tangannya dia meraih tanganku untuk menuntun berjabat tangan dengannya.
Aku terlalu memaksakan egoku padamu padahal aku tahu kau sudah dalam pinangan orang lain Robin.
Aku gelap mata dan tak bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah.
Selama kau pergi aku selalu mencoba mencari kabar tentangmu, berusaha menghubungimu tapi aku malu karena sikapku yang keterlaluan padamu.
Aku mencoba melupakanmu tapi ternyata perasaan itu semakin tumbuh dan membuatku tersiksa.
Aku pikir aku akan ungkapkan semua saat kau kembali kemari.
Tapi ternyata aku terlambat sehingga aku menjadi orang yang egois.
Aku egois karena ingin memilikimu tanpa memikirkan perasaanmu.
Aku terus saja mengganggumu dan berharap bahwa aku bisa mendapatkanmu kembali.
Robin, sekarang aku sudah menyerah dan kau tak perlu khawatir kalau aku akan merebutmu dari Law.
Kebahagiaanmu lebih penting dari apapun, jadi selama kau bahagia dengan tunanganmu. Aku akan berusaha tuk melupakanmu.
Sejak tadi aku terdiam mendengar ucapannya yang membuat hatiku tertohok. Kenapa? Harusnya aku senang dong. Tapi kenapa malah sakit begini. Apa benar ini yang aku harapkan? Apa benar ini kebahagiaanku? Aku masih menatapnya tanpa bicara. Ia kemudian melihatku dan membuatku terkejut, ia menangis? Ini kedua kalinya melihat ia menangis. Aku alihkan pandanganku ke arah kakiku yang terbuka. Aku hanya diam saja, aku tak bisa bicara. Karena jika bicara aku pasti menangis, jadinya aku hanya menggigit bibirku agar tak menangis di depannya. Sepertinya aku harus pergi sekarang, maaf Robin jika aku menunjukkan kelemahanku padamu. Aku memang gak pantas disebut lelaki, Heheh. Selamat untuk pernikahanmu, aku akan kirimkan kado pernikahannya nanti. Dia mengusap kepalaku yang tertunduk kemudian beranjak pergi meninggalkan aku sendiri di situ. Aku menangis, tak kuat lagi ku tahankan sesak ini. Aku menangis sesengukkan, ini bahkan lebih sakit dari penolakannya dulu. Ini bahkan lebih perih dari kata-katanya dulu. Bahkan langitpun ikut bersedih sehingga air yang turun dari langit membasahi seluruh tubuhku yang kini sudah tak kupedulikan lagi.

Aku terbangun ternyata aku hanya tertidur, aku coba bangun dari tidur tapi kenapa terasa lemas. Ku lihat sekitar, loh ini bukan kamarku. Aku gerakkan tanganku ternyata ada selang infus menempel di jariku. Aku sakit? Sejak kapan? Sudah bangun Robin. Suara pria yang kuduga ayahku menyadarkanku. Aku bertanya padanya kenapa kondisiku seperti ini? Ayah menceritakan kejadiannya bahwa aku pingsan di taman kemudian di bawa oleh Zoro ke rumah sakit. Taman? Zoro? Jadi itu semua bukan mimpi? Jadi itu semua nyata? Air mataku kembali menetes, ayahku yang mengira aku menangis karena sakit diangkatnya tubuhku dan dipeluknya. Aku menangis sejadi-jadinya, ayah hanya mengelus punggungku mencoba menenangkanku. Robin, jika kebahagiaanmu bukan bersama tunanganmu. Kau berhak memilih, jangan sakiti dirimu sendiri. Ayah akan selalu mendukungmu. Ucapan ayah seolah jadi penyejuk bagiku, walaupun sempat terkejut tapi itu membuatku merasa lebih tenang. Ayah, aku sangat mencintainya apa boleh jika aku memilihnya? Kataku serak basah saat ayah melepas pelukannya. Tentu, ayah akan mendukungmu. Ucap ayahku yang membuatku menarik sebuah senyuman tipis pada ayah.

Ayahku keluar sebentar kemudian masuk lagi membawa orang yang sangat aku kenal. Mataku membola tak percaya dengan yang ada di depan mataku, ayah membawa Law? Baiklah sisanya terserah kalian, tapi ingat jangan ada perkelahian. Ayahku keluar setelah menginterupsi kami. Robin, maafkan aku karena telah mengabaikanmu selama sebulan ini. Aku hanya diam dan mendengarkan.
Robin, aku tahu jika selama ini kau masih mencintai Zoro bahkan masih hingga detik ini.
Aku juga telah menyukai wanita lain. Baiklah sampai di sini perkataannya membuatku naik darah dan melotot padanya, aku merasa dikhianati oleh tunanganku sendiri.
Terus sekarang apa maumu ha? Aku emosi dan hampir setengah teriak.
Aku minta maaf padamu karena tak jujur sedari awal. Sebagai permintaan maafku aku memutuskan ikatan pertunangan kita agar kau bisa bersama dengan orang yang kau cintai.
Brengsek, setelah kau khianati aku malah kau yang memutuskanku. Aku emosi tapi aku merasa lega.
Maafkan aku Robin, kau boleh meminta apapun dariku. Asal kau mau menerima maafku. Ucapnya lagi.
Baiklah aku meminta kau pergi dari sini. Ucapku sambil menunjuk kearah pintu.
Tapi Robin-
Aku akan memaafkanmu jika kau keluar DARI SINIII, aku berteriak karena sudah muak dengannya. Law pun tak bisa berkata-kata lagi dan memilih menuruti perintahku. Aku merasa lelah karena barusan berteriak dan memutuskan untuk berbaring. Tapi kudengar pintu terbuka lagi.
BELUM CUKUP AKU MEMINTAMU KELUAR? Teriakku sebelum menoleh pelaku pembuka pintu.
Apa aku mengganggumu? Suara yang sangat ku kenal dan sangat ku rindukan. Aku langsung menoleh kearahnya dan kulihat ternyata Zoro yang tersenyum kearahku. Mataku kembali berkaca-kaca melihatnya, tanpa bisa kucegah air mata itu kini turun kembali. Zoro langsung menghampiriku mengulurkan tangannya tuk menghapus air mataku. Aku masih terus menatapnya, tanpa perintah tanganku menangkap tangannya yang besar itu dan ku tempelkan pada pipiku yang mulus terawat. Air mataku bahkan lebih deras dari sebelumnya, Zoro membawaku kedalam pelukannya untuk menenangkanku. Aku menangis dalam pelukannya dan kurasakan dia memelukku dengan penuh kasih. Aku hanya bisa bilang padanya maafkan aku. Dia melepas pelukanku dan menghentikan ocehanku dengan telunjuknya. Aku terdiam dan berhenti menangis, kemudian dia mencari sesuatu dalam saku celananya. Aku lihat sebuah kotak beludru dalam genggamannya kemudian membukanya.
Robin, maukah kau menikah denganku? Aku terdiam karena shock dengan lamaran yang tiba tiba ini. Tidak mau ya? Ucapannya sambil menurunkan kotak itu. Aku mau ucapku cepat. Apa? Dia seolah tuli. Iya aku mau suaraku malah makin pelan dan wajahku tertunduk. Robin, kamu bicara dengan siapa? Aku lalu menegakkan kepalaku kembali.

Cupp

Kejadian ini begitu cepat hingga mataku membulat sempurna, tapi tak lama akupun terpejam dan membalas ciumannya. Tak terlalu lama karena kami sudah kehabisan nafas. Kau jadi pencium yang handal ya, siapa yang mengajarimu, hemm? Aku memicingkan mata curiga. Bukankah kau yang mengajariku? Kau tau aku belum pernah ciuman dengan siapapun selain denganmu Robin. Zoro mengatakan itu sedikit kuat sehingga membuatku malu dan wajahku seperti udang rebus.

End

Huahh, akhirnya Monolog Robin selesai juga, tapi udah gak murni monolog. Karena ada beberapa dialog yang aku sengaja masukkan. Tapi tak apalah, akhirnya aku bisa tidur nyenyak. Karena Zoro gak jadi nyantet akuh.
Zoro: woyyy fitnah aja teross. Teruskan Thor. 😥
Me: Eh ada Zoroh, aku gak fitnah kok. Soalnya kan fakta.
Zoro: Hemm, pedang shishui ku keknya udah tumpul nih. Thor, mau gak jadi bahan uji coba pedangku? Kasihan Shishui jarang aku gunakan nih.
Me: Rooobiiiinnnnnn, tolong aku.
Robin: Zoro, pulang sekarang. Jangan gangguin Author
Zoro: Cihh, awas aja lu Thor.
Me: 🤪🤪🤪🤣🤣🤣

Story Of One PieceWhere stories live. Discover now