Fallin Love but You Get Hurt Me

190 8 11
                                    

Aku Nico Robin saat ini aku berumur 27 tahun. Aku bekerja di Monkey D Company sebagai seorang sekretaris pribadi Monkey D Luffy. Aku dan Luffy adalah saudara angkat, ayah Luffy mengangkatku sebagai anaknya saat aku berusia 13 tahun. Aku tinggal bersama Ayah Dragon, Ace, Sabo, Luffy dan Garp Ji-chan tapi saat beranjak remaja aku memutuskan untuk hidup mandiri. Sayangnya Ayah kurang setuju meski dia mengizinkan tapi biaya kebutuhanku tetap jadi tanggungjawabnya sebagai syarat agar aku boleh pisah rumah. Kalau dibilang gak betah, tentu saja aku sangat betah tinggal di rumah yang seperti istana itu. Luffy dan anggota keluarga yang lain sangat heboh sehingga tak jarang aku melihat mereka rusuh dalam hal apapun. Kalau mengingatnya tentu saja membuatku tak bisa berhenti tertawa, aku bahagia tinggal bersama mereka. Tapi, yang membuatku ingin pindah itu karena aku ingin belajar tanggungjawab. Sebenarnya juga bukan karena itu saja, aku malu pada temannya Luffy yang selalu menempel padanya, karena aku pernah menyatakan perasaanku namun ditolak. Miriskah? Entahlah, mungkin aku hanya baper saja.

Kalian mau tau ceritanya? Hemm, baiklah akan aku ceritakan. Jadi waktu itu aku masih kelas 3 Menengah Atas dan dia masih kelas 1 Menengah Atas di sekolah yang sama. Aku melihatnya sering tersesat saat berangkat sekolah dan tentu saja aku memandunya sampai sekolah. Setiap berjalan bersamanya kami jarang berbicara paling hanya sekedar sapa menyapa. Aku sempat bertanya padanya, kenapa dia sering tersesat padahal jalan ini sering dilalui. Dia hanya bilang ‘urusai’ anehnya aku tidak marah, malah ingin tertawa karena sikapnya yang sok cool tapi terkesan baka. Ups.

Seringnya aku pergi sekolah bersamanya, sifatnya ternyata sangat ramah dan mudah bercanda. Kami sering tertawa dan bercanda bersama tapi hanya saat berangkat sekolah saja. Ketika sampai di gerbang atau masuk kedalam lingkungan sekolah, sikap kami berubah 180⁰ menjadi tak saling kenal ataupun berbicara. Akupun tak mengerti kenapa bisa demikian, padahal tak pernah ada perjanjian seperti itu. Aku pikir mungkin ada alasan kenapa semua ini bisa terjadi, yah. Mungkin saja.

Suatu hari dia bertanya padaku bagaimana tanggapanku tentang hubungan Luffy dan Nami. Tunggu, sejak kapan dia memperhatikan hal itu? Yups, bagiku ini jadi topik yang bagus untuk diangkat, mengingat Luffy dan Nami itu sama sama egois. Aku jawab saja, mereka saling mencintai hanya saja belum menyadari. Aku bisa mengetahuinya dari sikap mereka berdua, ah kupikir siapapun pasti tahu tentang hal itu. Dia mengangguk dan setuju dengan pendapatku, dia bilang dia sangat geregetan lihat kelakuan Luffy dan Nami. Aku hanya tertawa mendengar ceritanya.

Tibalah saat masa akhir sekolah, pelajaran semakin padat dengan ratusan soal try out dan latihan membuatku harus lebih fokus pada studyku. Tapi fisikku tak mampu mengimbangi keinginan belajarku sehingga aku tumbang. Aku sempat dirawat di rumah sakit. Keluargaku selalu datang berkunjung bergantian tapi ada satu orang yang setiap hari datang. Zoro, dia orang yang kubicarakan itu. Entah karena perasaanku saja atau bagaimana dia sangat perhatian padaku. Anehnya setiap dia berkunjung, tak ada seorangpun yang tahu. Mungkin saja dia berkunjung saat lagi jam kerja. Perasaanku mulai tumbuh padanya, karena sikapnya hatiku mulai luluh padanya. Sejak saat aku dinyatakan boleh pulang oleh dokter, aku jadi sering menemuinya. Dia tak pernah menolak ketika aku datang kerumahnya dengan alibi ingin belajar di rumahnya.

Aku sadar aku telah jatuh cinta padanya, tapi karena ujian akhir tinggal menghitung hari, aku harus fokus pada ujianku sebelum kunyatakan perasaanku. Ya, aku bertekad untuk menyatakan perasaanku padanya. Meski ku pikir aku bakal mendapat penolakan atau malah diterima itu takkan membuatku goyah. Akhirnya ujian pun selesai, sekarang aku harus jalankan rencanaku.

Saat pulang tanpa berganti pakaian aku langsung pergi kerumahnya dan menunggu kepulangannya. Saat sampai di rumahnya aku lihat rumahnya masih tidak ada orangnya. Jadi aku tunggu saja di depan rumahnya. Tak sampai setengah jam dia pulang bersama Luffy, aku agak kecewa karena kedatangan Luffy, rencanaku bakal gagal. Padahal saat menunggunya jantungku hampir lompat dari tempatnya, tubuhku dipenuhi keringat dingin dan tanganku rasanya gemetar. Luffy menyapaku dan bertanya kenapa ada di sini? aku sedikit terkejut dengan sapaannya dan menjawab ada sedikit perlu dengan Zoro. Luffy mengangguk sambil tersenyum sedangkan Zoro hanya cuek bebek dan masuk kedalam rumahnya. Aku masih mematung di depan rumahnya. Hei, mau masuk atau mau pulang? Aku terkejut lalu ikut masuk kedalam. Saat di dalam Luffy dapat telpon dari Ace kalau ayahnya ingin bertemu dengannya, akhirnya Luffy pamit dan meninggalkan kami berdua di dalam.

Tinggal kami berdua di rumah itu, dan aku jadi berdebar lagi bahkan lebih kuat dari yang tadi. Dia memandangku dan bertanya padaku, ada perlu apa sampai mendatangiku kerumah? Aku diam dan malah menundukkan kepala. Oh ayolah, mana keberanianku yang tadi, kenapa jadi ciut begini? Ayolah, bicara kumohon. Mungkin dia menyadari kegelisahanku dan menawarkanku minum. Aku bilang padanya, jangan beri aku sake. Sambil memaksakan sedikit senyum. Dia tersenyum lalu pergi ke belakang tak lama kemudian dia datang dengan membawa dua gelas kopi hitam. Ternyata dia sangat hapal dengan minuman favoritku.

Kegelisahanku sedikit berkurang karena Zoro mangajakku bercanda dan aku menjahilinya, muka kesalnya itu bagi sebagian orang terkesan creepy tapi bagiku itu sangat lucu. Setelah suasana cair, dia bertanya lagi apa tujuanku. Hufft, aku berdebar lagi, tapi kali ini aku gak akan mundur. Ambil nafas dalam dalam, aku lalu berdiri dan berjalan kearahnya kemudian duduk di sampingnya. Zoro kebingungan melihat sikapku, aku menatap lurus ke dalam matanya tanganku perlahan meraih wajahnya dan membelai pipinya. Dia masih diam atau mungkin shock dengan sikapku, tanpa basa basi aku dekatkan wajahku hingga kurasakan bibir kami bertemu. Perlahan kulumat bibirnya, ternyata dia membalasnya. Perasaanku mulai berbunga-bunga dan tumbuh harapan lebih karena sikapnya.

Cukup lama akhirnya aku melepaskannya karena kehabisan nafas, ternyata Zoro pandai berciuman, dengan siapa dia belajar? Apakah aku bukan orang yang pertama? Uhh, nyilu rasanya hatiku. Setelah ciuman barusan dia menatapku, aku jadi punya nyali untuk bertanya padanya. Zoro, apa kau menyukaiku? Dia terdiam cukup lama. Aku tak bisa membaca ekspresinya. Aku ingin bicara sekali lagi tapi dia berkata sesuatu yang membuat hatiku teramat sangat sakit. ‘Kamu terlalu tua untukku, carilah lelaki yang sesuai dengan usiamu.’ Kini aku yang shock, hatiku bagai dihujam sembilu. Ekspresinya saat mengatakan itu seperti tanpa dosa, padahal tadi dia membalas ciumanku. Kalau kau memang tidak mau kenapa gak kau tolak saja dari awal? Airmataku tanpa sadar menetes dengan derasnya, aku menamparnya dan berlari keluar dari rumahnya. Sakitt hatiku sungguh sakit, aku tak menyangka akan seperti ini, aku bahkan tak peduli tasku yang tertinggal di sana. Aku hanya ingin sampai di kamarku dan menutup semua ingatan buruk tentangnya.

TBC
Mungkin chap ini terlalu pendek,
Aku gak mampu ngetik lama lama, karena baru sembuh dari demam.
Silahkan dibaca ya teman teman
Jangan lupa like, share and subrek. Ehh
Vote dan comment nya maksud saya.
He he he

Story Of One PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang