9. Empat hari menjelang pulang

Start from the beginning
                                    

Sekarang, Fatonah tak menemukan dompetnya yang berisi semua uang anak FA setelah merogoh saku dan tasnya.

"Faton, ada gak?" tanya Aisyah.

Fatonah menggeleng, wajahnya berubah agak pucat. "Tadi gue yakin banget udah naruh dompet di tas," ungkapnya.

Mbak kasir akan menagih kembali uang yang harus dibayar Fatonah. Tapi, Dokter Gama terlebih dahulu menyodorkan nominal tagihan tersebut.

"Eh, Tuan?" ucap Mbak kasir terlonjat kaget.

"Pergilah!" titah lelaki yang dipanggil Tuan oleh Mbak kasir tersebut.

Fatonah menolak karena ia tak mau berhutang kepada siapapun apalagi kepada laki-laki yang belakangan ini sangat menjengkelkan baginya.

Lagi pula, hutang itu harus dibayar. Ia memikirkan berbagai cara, salah satunya meminta Aisyah untuk membayar belanjaannya. Dan sayangnya, Aisyah saat ini tidak membawa uang sepeserpun. Aisyah pikir mereka hanya akan mengembalikan Zahra saja dan langsung pulang ke penginapan.

Dokter Gama terus meyakinkan Fatonah bahwa ia tidak akan menagih uangnya. Pada akhirnya, Fatonah mengalah dan memilih pulang bersama Aisyah.

Tin ~ Tin ~

Suara klakson mobil mengalihkan pandangan mereka.

"Saya antar," ucap si pemilik dari dalam mobil.

"Gak usah!" tolak pejalan kaki yang usianya lebih tua dua tahun dari teman di sebelahnya.

"Jalur kita sama, cepatlah!"

Dan lagi-lagi Fatonah mengalah dan memilih mematuhi Dokter Gama. Aisyah tak banyak bicara, hanya mengikuti seniornya itu.

•••

"Mereka lagi belanja bahan-bahan buat makan empat hari ke depan," ujar Sonia menjawab pertanyaan Candra.

"Widih, makanan nih. Tau aja kalo perut gue gak ada isinya." Aida yang baru datang dari dapur pun langsung membuka keresek dari ibunya Zahra.

"Duhay Aida, yang barusan makan dua mangkuk mie kuah siapa?" sarkas Epti menggelengkan kepala.

"Mie ya mie, ini kan kue sama ciki. Ya beda lagi dong," ucapnya santai dan membuka satu kemasan plastik berukuran sedang itu, lalu menyantapnya.

"Ya elah, tungguin Mamih Aisyah sama yang lainnya dulu kek," kata Tari.

Ia memang selalu memanggil Aisyah dengan sebutan 'Mamih' karena baginya Aisyah sudah seperti ibunya sendiri. Aisyah begitu care walaupun terlihat agak cuek.

"Udahlah, sisain aja buat mereka." Setelah mendapat saran dari Rahma, akhirnya semua orang pun setuju.

"Nay mau bobo," ucap Nayla sambil mengucek matanya. "Tante Madin mana?"

"Loh iya di kamar, pantesan dari tadi nih suasana adem. Palingan udah tidur tuh si kunti. Udah sana, Nay tidur!" 

Candra mengantarkan Nayla ke kamar mandi untuk gosok gigi, lalu mengantarkannya ke kamar yang ditempati Madin. Dan benar saja, Madin tengah tidur dengan kepala berada di kaki ranjang, posisinya terbalik. Sungguh mengesankan.

Candra berdecak, "Ck, Nay yakin mau tidur di sini?"

"Iya. Nay takut tidur sendirian."

"Oke, hati-hati. Oyasumi ..." Candra meninggalkan Nayla berbaring bersama Madin yang telah berada di alam kapuk sambil mengeluarkan dengkuran.

"Kalian lihat dompet gue?"

"Nggak, dari tadi gue sama Epti beresin kamar kita semua. Tapi gak ada tuh lihat dompet lu," jawab Rahma.

Fatonah tak bergeming. Sesaat kemudian terduduk di atas lantai seraya memijit pelipisnya. Bagaimana mungkin dompetnya hilang, tanpa isinya, ia dan sahabatnya takkan bisa pulang kembali ke Indonesia.

Semua sahabatnya pun dikerahkan untuk mencari dompetnya yang hilang kecuali dua orang yang telah tidur. Mereka berharap bisa menemukannya, siapa tahu masih ada di sekitar sini.

"Lapor Kapten! Di halaman rumah tidak ada."

"Dan di dapur juga tidak ada."

"Begitupun di wc dan di seluruh ruangan ini."

Satu-persatu dari mereka telah memberikan laporan setelah beberapa belas menit. Namun tidak memuaskan hati kaptennya, Fatonah.

Fatonah tak memberikan respon, ia melesat begitu saja meninggalkan semua temannya. Mengambil air wudhu, berserah diri kepada-Nya dan mulai merafalkan do'a.

"Ya Allah, jika semua uang itu milik hamba, hamba ikhlas ... tak apa tak ada uang. Tapi itu semua milik kami, apa yang harus hamba lakukan?" Begitulah keluhan yang keluar dari mulutnya, deraian air mata tak kunjung reda dibuatnya.

*
*
Terimakasih telah membaca, semoga sehat selalu, ya. Arigatok. See you next part:o

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 11, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Trip for Memories(Slow Update)Where stories live. Discover now