6. Pertemuan Dengan Madin CS

47 28 62
                                    

Disarankan untuk membaca ulang part sebelum-sebelumnya. Semoga terhiburr;}
______________________________________________________________________________

Satu minggu berlalu, itu berarti hanya ada waktu satu minggu lagi kesempatan mereka untuk mengembalikan ingatan Zahra.

"Bagaimana ya, memang telah ada perkembangan untuk kondisinya. Ini terjadi karena ada sesuatu yang mengingatkannya akan masa lalu. Saya rasa itu karena kalian. Kalian datang dan memicu ingatannya. Tapi ...." Dokter tampak berpikir keras.

"Tapi apa, Dok? Saya mohon, untuk dua hari ... saja. Saya berjanji akan menjaganya dengan sangat baik, boleh ya, Dok?" ujar Fatonah memohon.

"Baiklah. Saya rasa itu akan menjadi yang terbaik," kata Dokter setelah menghembuskan napas panjang.

"Yee!!" Jingkrak-jingkrak yang Fatonah lakukan saat ini. Ingin rasanya ia jungkir balik, namun apa jadinya jika di hadapannya ada seorang dokter. Apalagi sekarang ia tengah berada di ruangan dokter tersebut.

"Tapi ingat, saat dia mengingat sesuatu, maka kepalanya akan sakit. Untuk itu, berikanlah obat yang telah saya resepkan untuknya."

"Ay ay, kapten! Laksanakan," jawab Fatonah dengan tangan menghormat. Kemudian ia berlalu sambil berlari.

Tetapi sesaat kemudian gadis bergamis full kancing warna krem itu kembali lagi.

"Betewe, Dokter asli Indonesia kah?" tanya Fatonah.

"Iya."

"Dokter hensem, membuatku kesemsem. Makasih, Dokter Gama. See you!" pamitnya. Ia kembali berlari.

Dokter terheran-heran, satu alisnya terangkat. Sejak kapan namanya diganti? Ia melirik seragamnya dan ternyata itu adalah singkatan namanya. Nama aslinya adalah Gibran Al-Mahdi.

'Dasar warga +62,' batin Dokter.

***

"Akhirnya, Zahra bisa nginep di sini. Yepi!"

"Yuhuy!"

"Aye-aye!"

"Selamat datang kembali, Zahra! Semoga ini awalan yang bagus. Ini adalah penginapan sewaan kami. Buatlah dirimu senyaman mungkin di sini." Fatonah tersenyum ke arah Zahra.

Zahra hanya mengangguk pelan. Ia diajak berkeliling. Penginapan yang sederhana, namun tempatnya yang asri membuat siapapun akan betah jika tinggal di sana.

"Benarkah itu?" tanya Sonia kegirangan.

"Iyups, benar sekali," jawab Nayla disertai anggukan.

"Sini, Ra! Kamu sekarang sekamar bersama kami, aku, Nayla, dan juga Aisyah." Sonia membawa tas Zahra ke kamar paling ujung dekat dapur.

Ada tiga kamar dalam penginapan ini. Satu kamar depan dekat teras, satu kamar tengah dekat ruang tamu, dan satu lagi dekat dapur. Di setiap kamar hanya ada satu kasur yang mereka rancang untuk tiga orang. Dan kamar terakhir kini bertambah satu jiwa, beruntung ada satu surpet yang sengaja mereka bawa dari Indonesia, jadi cukup untuk semua.

Di kamar, Sonia dan Nayla terus mengajak Zahra berbicara, tidak mau membiarkan Zahra jenuh. Mereka menceritakan semua hal tentang persahabatannya. Zahra pun terlihat serius saat mendengarkannya, ia tampak senang dengan semua ini.

Mereka bercerita mengenai awal pertemuan mereka dengan Madin, Nayla dan Sonia.

🌷~🌷~🌷
"Singkirin atau gua yang nyingkir?!" ancam seseorang sambil ketakutan.

"Nyingkir aja, gue alhamdulillah. Hahaha," tawa Candra menggema ke seluruh ruangan.

"Ish! Singkirin, pliss," ucap Syalma memelas. Wajahnya tampak sedikit pucat.

A Trip for Memories(Slow Update)Where stories live. Discover now